57 berlebel disebabkan karena rata-rata kacang tanah yang dijadikan
benih oleh petani adalah kacang tanah komsumsi yang dijual bebas di pasaran tampa melalui seleksi langsung, dan tidak
mengetahui asal usul yang digunakan oleh petani hanya diperoleh dari pasar tampa melalui seleksi, begitu juga benih yang diperoleh
dengan cara menanam sendiri yaitu para petani menanam benih yang tidak mempunyai berkualitas yang benihnya ditanaman
secara turun temurun tanpa melalui proses penangkaran yang benar .
Menurut Van den Ban Hawkins 1999 bahwa jika orang tidak benar menggunakan sarana produksi seperti benih dan
pupuk maka sarana produksi yang benar tersebut akan beralih kearah yang keliru dan selanjutnya dikatakan bahwa penggunaan
yang benar dan tepat waktu akan memberikan peningkatan pendapatan yang besar bagi petani.
Munawir 1996 mengatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya produksi kacang tanah adalah karena para petani
belum menerapkan teknologi secara sempurna seperti belum menggunakan varietas unggul, pemupukan yang belum sesuai
atau belum berimbang. Tinggi rendahnya pemakaian sarana produksi sangat ditentukan oleh kemudahan mendapatkan dan
kemampuan daya beli petani untuk memperoleh sarana produksi yang dibutuhkan Pasandaran , dkk., 1989.
2. Intensitas Penyuluhan
Intensitas penyuluhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa banyak petani tersebut menerima informasi, baik
melalui agen penyuluhan, maupun keinginan sendiri mengunjungi kantor penyuluhan di tingkat kecamatan dan di tingkat
kabupaten.
58 Data hasil penelitian tingkat intensitas penyuluhan yang
diterima petani responden disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 5.18 .
Tabel 5.18. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Intensitas Penyuluhan
Intensitas Penyuluhan
Rata-rata Skor
Jumlah Petani
Orang Persentase
Tinggi Rendah
≥ 1,61 1,61
34 46
42,50 57,50
Total -
80 100,00
Sumber Data : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
Tabel 5.18 di bawah ini menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 80 orang, dikategorikan petani yang
mempunyai intensitas tinggi adalah responden yang memiliki skor lebih besar atau sama dengan 1,61 poin yaitu sebanyak 34
orang atau 42,50 persen, sedangkan yang dikategorikan intensitas rendah adalah responden yang memiliki skor kurang
dari 1,61 poin yaitu sebanyak 46 orang atau 57,50 persen, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat intensitas
penyuluhan yang diterima petani kacang tanah di Kabupaten Maros tergolong masih rendah .
3. Tingkat Pengetahuan Petani
Petani yang memiliki pengetahuan yang cukup dapat memecahkan masalahnya sendiri, dan pengetahuan ini banyak
dikembangkan dari percobaan-percobaan sederhana yang dilakukan oleh petani sendiri dan belajar dari upaya-upaya
menyusuaikan rekomendasi penyuluhan yang diperoleh dari agen
59 penyuluh dengan keadaan usahataninya, serta pengetahuan yang
diperoleh secara turun temurun. Data hasil penelitian tingkat pengetahuan petani disajikan
pada Tabel Lampiran 3. Hasil pengolahan data tingkat pengetahuan petani responden disajikan pada Tabel 5.19 di
bawah ini. .
Tabel 5.19 Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap Teknologi Produksi
Tingkat Pengetahuan
Rata-rata Skor
Jumlah Petani
Orang Persentase
Tinggi Rendah
≥ 13,66 13,66
53 27
66,25 33,75
Total -
80 100,00
Sumber Data : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016 Tabel 5.19 menunjukkan bahwa dari jumlah responden
sebanyak 80 orang, dikategorikan berpengetahuan tinggi adalah responden yang memiliki skor lebih besar atau sama dengan
13,66 poin yaitu sebanyak 53 orang 66,25 petani responden, sedangkan yang dikategorikan berpengetahuan rendah adalah
responden yang memiliki skor kurang dari 13,66 poin yaitu sebanyak 27 orang 33,75 , petani responden. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan petani kacang tanah di Kabupaten Maros sudah tergolong tinggi
4. Tingkat Keterampilan Petani