xiv
yang tidak perlu. Atas dasar pemikiran ini maka penulis mencoba melakukan penelitian untuk meneliti gejala refluks pada anak-anak dengan konstipasi.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan gejala refluks gastroesofageal dengan konstipasi fungsional pada anak?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan gejala refluks gastroesofageal dengan konstipasi fungsional pada anak
1.4 Tujuan Penelitian
Menilai hubungan gejala refluks gastroesofageal dengan konstipasi fungsional pada anak
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Di bidang akademik ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang gastrohepatologi anak, khususnya dalam hubungan gejala refluks
dengan konstipasi fungsional pada anak 1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : pada anak-anak dengan konstipasi
fungsional adanya kecenderungan untuk terjadinya gejala refluks gastroesofageal, sehingga diharapkan orangtua lebih waspada agar
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut 1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan masukan terhadap
penelitian lebih lanjut pada anak yang mengalami konstipasi fungsional
xiv
di bidang gastroenterohepatologi anak secara khusus dan di bagian anak secara umum.
xiv
HUBUNGAN KEJADIAN GEJALA REFLUKS GASTROESOFAGEAL DENGAN KONSTIPASI FUNGSIONAL PADA ANAK
Herlina Loka, Supriatmo, Johannes H. Saing, Atan Baas Sinuhaji, Ade Rachmat Yudiyanto
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, RSUP. Haji Adam Malik Medan
Abstrak Latar Belakang. Konstipasi dan refluks gastroesofageal merupakan masalah
yang sering dijumpai pada masa anak-anak. Keterlambatan waktu transit kolon dapat menyebabkan anak-anak mengalami gejala refluks gastroesofageal.
Tujuan. Untuk menilai hubungan antara gejala refluks gastroesofageal dan konstipasi fungsional pada anak.
Metode. Studi cross-sectional dilakukan pada bulan Juni 2014 di panti asuhan Alwashliyah Medan. Sampel adalah anak berusia 6 sampai 18 tahun yang
memenuhi kriteria Rome III. Anak tanpa konstipasi fungional yang matching dengan usia dan jenis kelamin yang sama dengan anak dengan konstipasi
fungsional dipilih sebagai subjek penelitian. Anak dengan dan tanpa konstipasi fungsional diminta untuk mengisi Gastroesophageal Reflux Questionnaire
GERQ untuk menentukan gejala refluks gastroesofageal. Data dianalisa dengan analisa kai-kuadrat.
Hasil. Terdapat 52 anak dalam studi ini termasuk 26 anak dengan konstipasi fungsional grup I dan 26 anak tanpa konstipasi fungsional grup II, dengan 28
anak laki-laki dan 24 anak perempuan. Cegukan dan sendawa adalah dua gejala yang paling sering muncul pada grup I vs grup II, 80,8 vs 57,7
P=0.211 and 73.1 vs 65.4 P=0.244. Regurgitasi pada grup I vs grup II sebesar 42.3 vs 19.2 P= 0.071. Kesulitan menelan pada grup I vs grup II
sebesar 34.6 vs 11.5 P=0.048. Kesimpulan. Kesulitan menelan yang merupakan salah satu gejala dari refluks
gastroesofageal berhubungan secara signifikan dengan konstipasi fungsional, sedangkan gejala yang lain tidak berhubungan secara sgignifikan.
Kata kunci: refluks gastroesofageal, anak, konstipasi
xiv
THE RELATION BETWEEN SYMPTOMS OF GASTROESOPHAGEAL REFLUX AND FUNCTIONAL CONSTIPATION IN CHILDREN
Herlina Loka, Supriatmo, Johannes H. Saing, Atan Baas Sinuhaji, Ade Rachmat Yudiyanto
Department of Child Health, Medical School,University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik Hospital, Medan
Abstract Background. Constipation and gastroesophageal reflux are commonly found in
the childhood. Delayed colonic transit time in children with functional constipation made the children experience gastroesophageal reflux symptoms.
Objective. To assess the relation between symptoms of gastroesophageal reflux and functional constipation in children.
Methods. A cross sectional study conducted on June 2014 in an orphanage. Eligible samples were 6 until 18 years old children diagnosed with functional
constipation on Rome III criteria. Children without functional constipation matched with age and sex of functional constipation children were obtained.
Children with and without functional constipation were asked to fill gastroesophageal reflux questionnaire to determine gastroesophageal reflux
symptoms. Data were analyzed by chi square analysis. Results. We enrolled 52 children in the study including 26 children with
functional constipation group I and 26 children without functional constipation group II. There were 28 boys and 24 girls. Hiccup and belching were two
major symptoms noted in group I vs group II, 80.8 vs 57.7 P=0.211 and 73.1 vs 65.4 P=0.244. Regurgitation in group I vs group II was 42.3 vs
19.2 P=0.071. Difficulty in swallowing in group I vs group II was 34.6 vs 11.5 P=0.048.
Conclusion. Difficulty in swallowing as one of the symptoms of gastroesophageal reflux was significantly related with functional constipation,
while others were not. Keywords: gastro esophageal reflux, children, constipation
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstipasi merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak-anak. Konstipasi didefinisikan sebagai kesulitan atau keterlambatan dalam
pengeluaran tinja lebih dari durasi 2 minggu, dimana konsistensi tinja bersifat keras, kering dan kecil yang sulit dan menyebabkan rasa sakit ketika
dikeluarkan.
1,2
Tiga sampai lima persen anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik dan 25 anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik gastroenterohepatologi
menderita konstipasi.
3,4
Diperkirakan 0,3-28 anak-anak diseluruh dunia mengalami konstipasi. Lebih dari 90 konstipasi pada anak bersifat fungsional
tanpa ada kelainan organik dan 40 diantaranya diawali sejak usia 1 sampai 4 tahun, hanya 5 sampai 10 yang mempunyai kelainan penyebab organik.
5-7
Sebanyak 84 anak dengan konstipasi fungsional mengalami retensi feces. Dilaporkan sebanyak 3 anak prasekolah dan 1-34 anak sekolah mengalami
masalah konstipasi.
8-10
Penyebab konstipasi fungsional masih belum jelas, diduga ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konstipasi fungsional seperti faktor herediter,
faktor psikologis, gangguan hormon dan gangguan pola bakteri di usus. Faktor herediter berupa riwayat keluarga dimana hampir dua pertiga pasien
mempunyai riwayat orang tua dengan kebiasaan buang air besar yang tidak normal, kebiasaan makan yang sedikit mengandung serat dan karbohidrat.
xiv
Faktor psikologis berupa rasa trauma akan rasa sakit pada saat defekasi, toilet training yang tidak tepat.
4,9,11
Terapi pada konstipasi dapat berupa pengeluaran tinja, terapi modifikasi perilaku, obat-obatan dan konseling.
12
Pengeluaran tinja dilakukan dengan obat baik secara oral maupun rektal. Terapi modifikasi perilaku dilakukan dengan
cara latihan kebiasaan pola buang air besar anak dan toilet training.
13
Konstipasi dan gastroesofageal refluks adalah dua penyakit yang paling sering dialami pada anak-anak. Penyebab dari kedua hal diatas tidak jelas, tapi
hal ini diduga disebabkan oleh karena faktor hormonal, neuronal dan psikogenik. Terjadinya gangguan pada masa transit di kolon menyebabkan
terjadinya konstipasi dan mengganggu masa pengosongan lambung sehingga anak dengan konstipasi mengalami gejala refluks.
14-15
Studi di Turki pada tahun 2012 mendapati sebanyak 47,4 anak dengan konstipasi mengalami gejala refluks. Pada studi ini anak dengan konstipasi dan
dengan gastroesofageal refluks dilakukan pengukuran pH esofagus selama 24 jam dan didapati sebanyak 39,5 anak dengan konstipasi fungsional dan
42,5 anak dengan gastroesofageal refluks mengalami kelainan patologi refluks di bagian distal dari esophagus.
16
Sebuah studi kasus di Virginia mendapati 17 dari 34 anak dengan konstipasi mengalami gastroesofageal
refluks, dimana gejala refluks ini berkurang secara signifikan sampai hilang setelah konstipasi diatasi.
17
Penelitian tentang gejala refluks pada anak dengan konstipasi fungsional belum pernah diakukan di Indonesia dan sering kali gejala gastrointestinal
karena konstipasi tidak terdeteksi sehingga anak sering mengalami prosedur
xiv
yang tidak perlu. Atas dasar pemikiran ini maka penulis mencoba melakukan penelitian untuk meneliti gejala refluks pada anak-anak dengan konstipasi.
1.2 Perumusan Masalah