xiv
c Riwayat perilaku menahan buang air besar yang berlebihan retentive posturing
d Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras e Terdapat massa feses yang besar direktum
f Riwayat diameter feses yang besar sehingga dapat menyumbat toilet
2.2. Epidemiologi Konstipasi
Tiga sampai lima persen anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik dan 25 anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik gastroenterohepatologi menderita
konstipasi.
3,4
Diperkirakan 0,3-28 anak-anak diseluruh dunia mengalami konstipasi. Lebih dari 90 konstipasi pada anak bersifat fungsional tanpa ada
kelainan organik dan 40 diantaranya diawali sejak usia 1 sampai 4 tahun, hanya 5 sampai 10 yang mempunyai kelainan penyebab organik.
5-7
Sebanyak 84 anak dengan konstipasi fungsional mengalami retensi feces. Dilaporkan sebanyak 3 anak prasekolah dan 1-34 anak sekolah mengalami
masalah konstipasi.
8-10
2.3. Patofisiologi konstipasi
Saluran cerna adalah organ panjang dan berbentuk seperti tabung yang dimulai dari mulut sampai anus. Tubuh mengolah makanan dengan menggunakan
pergerakan dari otot disepanjang saluran cerna bersamaan dengan pelepasan hormon dan enzim. Usus manusia terdiri dari usus halus, usus besar dan anus.
Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan sebagian nutrisi yang tersisa yang telah diolah sebagian oleh usus halus. Usus besar kemudian mengolah
sisa makanan dari bentuk cair menjadi bentuk padat yang dinamakan tinja.
xiv
Konstipasi terjadi ketika tinja berada dalam waktu yang lama di kolon sehingga kolon menyerap lebih banyak air yang menyebabkan tinja menjadi keras dan
kering.
2
Pada anak-anak, frekuensi pembuangan tinja bervariasi tergantung pada usia anak. Didapati penurunan jumlah pengeluaran tinja dari 4 kali sehari pada
minggu awal usia kehidupan menjadi 1,7 kali sehari pada usia 2 tahun, dan 1,2 kali perhari pada usia 4 tahun yang berkorelasi dengan peningkatan massa
tinja. Pada saat anak berusia 4 tahun pola buang air besar anak sudah sama seperti pada orang dewasa. Pada anak prapubertas, konstipasi lebih sering
dijumpai pada anak laki-laki dibanding anak perempuan dengan perbandingan 3:1, dan pada masa remaja perbandingan ini menjadi terbalik.
21,22
2.4. Penegakan Diagnosis Konstipasi
Pemeriksaan fisik harus dilakukan yang meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dari palpasi abdomen sering didapati massa fekal yang besar
diregio suprapubik. Pada rectal touché dapat dijumpai retensi fekal yang menyebabkan dilatasi rektum. Adanya rambut halus di daerah tulang belakang,
tidak adanya refleks kremaster menimbulkan kecurigaan kelainan neurologik. Infeksi saluran kencing yang berulang dan bukti adanya obstruksi dapat terjadi
pada anak dengan konstipasi. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan kadar hormon tiroid dan elektrolit jarang dilakukan kecuali jika dicurigai adanya
kelainan organik yang mendasari.
12,23
Diagnosis konstipasi dapat ditegakkan dengan kriteria ROME III yang berdasarkan pada gejala klinis
20
xiv
Tabel1. Kriteria ROME III sebagai diagnosis konstipasi fungsional pada anak dan remaja
20
Gejala berikut harus muncul setidaknya 1 kali dalam seminggu selama setidaknya 2 bulan dan meliputi 2 atau lebih gejala berikut pada anak dengan usia perkembangan
lebih dari 4 tahun, dan tidak memenuhi kriteria diagnosis Irritable Bowel Syndrome:
1. ≤ 2 kali buang air besar di toilet dalam 1 minggu
2. Setidaknya 1 kali episode inkontinensia fekal dalam 1 minggu 3. Adanya riwayat perilaku menahan buang air besar yang berlebihan retentive
posturing 4. Adanya riwayat buang air besar yang sakit atau keras
5. Dijumpai massa fekal yang besar di rectum 6. Riwayat feses yang besar yang menyumbat toilet
Pemeriksaan radiologi seperti foto polos abdomen dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya retensi feses, batas retensi feses dan
menilai kelainan pada tulang belakang. Pemeriksaan radiologis ini juga dapat dilakukan pada anak yang tidak dijumpai massa feces di daerah suprapubik
pada pemeriksaan abdomen, anak yang menolak dilakukannya rectal touché,
anak obesitas dan anak yang masih mengalami gejala konstipasi walaupun telahdiobati dengan laksatif.
23
Pemeriksaan colonic transit study dengan manometri untuk mengukur
tekanan intraluminal dengan kateter merupakan pemeriksaan yang bersifat objektif, yang berfungsi untuk menilai tingkat keparahan konstipasi pada anak.
Pemeriksaan ini tidak perlu dilakukan pada sebagian besar anak dengan konstipasi fungsional.
23,24
2.5. Tatalaksana Konstipasi