Hubungan status gizi dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI FUNGSIONAL PADA ANAK
BADAI BUANA NASUTION 077103015/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
Judul Penelitian
: Hubungan status gizi dengan kejadian
konstipasi fungsional pada anak
Nama
: Badai Buana Nasution
Nomor Induk Mahasiswa : 077103015
Program Magister
: Magister Klinis
Konsentrasi
: Kesehatan Anak
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Supriatmo, Sp.A(K)
Ketua
Dr. Hakimi, Sp.A(K)
Anggota
Ketua Program Magister
Ketua TKP PPDS
Dr Hj Melda Deliana, Sp.A(K) Dr. H. Zainuddin Amir, Sp.P(K)
Tanggal lulus : 9 Maret 2011
(3)
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI
FUNGSIONAL PADA ANAK
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka
Medan, 9 Maret 2011
Badai Buana Nasution
Telah diuji pada
Tanggal: 9 Maret 2011
(4)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: dr. Supriatmo, Sp.A(K)
...
Anggota
:
1. dr. Hakimi, Sp.A(K)
...
2. Prof. dr. H.M. Sjabaroeddin Loebis, Sp.A(K)
...
3. dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K)
...
5. Prof. dr. H. Darwin Dalimunthe, PhD
...
(5)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan
Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua
pihak di masa yang akan datang.
Pada
kesempatan
ini
perkenankanlah
penulis
menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama dr. Supriatmo, SpA(K) dan dr. Hakimi, SpA(K),
yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, bantuan serta
saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak FK-USU, dan dr. Beby Sofyani, M Ked (Ped) Sp
A, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan tesis ini.
(6)
3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. H. Syahril Pasaribu,
DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis,
DTM&H, SpA(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara periode
tahun 1995 sampai 2010 dan Dekan FK-USU yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis
Anak di FK-USU
4. Prof. H. Munar Lubis, Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H.Adam Malik
Medan periode 2011 sampai sekarang yang telah dengan sabar dan
uletnya memberikan bantuan, motivasi, dan semangat yang
menginspirasikan penulis dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
5. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji Sp.A(K) yang sudah membimbing saya
dalam penyelesaian tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU /
RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan
pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
7. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah
membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian
tesis ini, Rizky Adriansyah, Ade Rahmad Yulianto, Fahrul Azmi
Tanjung, Fadli Syahputra, Wiji Joko Pranoto, Karina Sugih arto, Inke
Nadya Lubis, Aridamuriany Dwi Putri Lubis. Terima kasih untuk
kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.
(7)
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta
penulisan tesis ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya dr Guntur
Bumi Nasution, Sp F, Dra Hasni Anggreini Lubis, MAP, dr Abdul Razak, Sp.A,
Faizah Hanum Lubis, BSc atas pengertian serta dukungan yang sangat
besar, terima kasih karena selalu mendoakan saya dan dengan sabarnya
selalu member semangat. Jasa-jasanya tidak akan saya lupakan dalam
membimbing saya selama ini. Begitu juga abang saya Taufan Alam Nasution,
S.Pt yang telah memberikan bantuan moril
dan selalu mendo’akan serta
memberikan dorongan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik
yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada istri tercinta dr Hafizah
Soraya Dalimunthe dan anak saya Halilintar Raja Athari Nasution yang telah
mendukung saya berkat doa, dorongan, dan kerja kerasnya menjadi
semangat dan sumber inspirasi penulis selama mengikuti pendidikan ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Maret 2011
(8)
DAFTAR ISI
Lembaran Pengesahan Tesis ... iii
Lembar Pernyataan ... iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji ... v
Ucapan Terima Kasih ... vi
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Singkatan ... xiii
Daftar Lambang ... xiv
Abstrak ... xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... 2
1.4 Tujuan Penelitian ... 2
1.41. Tujuan Umum... 2
1.4.2. Tujuan Khusus ... 2
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi konstipasi ... 4
2.2 Epidemologi konstipasi ... 4
2.3 Patogenesis ... 5
2.4 Klasifikasi ... 6
2.5 Patofisiologi ... 7
2.6 Diagnosis ... 7
2.7 Faktor Risiko ... 8
2.8 Penatalaksanaan ... 10
2.9 Kerangka Konseptual ... 13
BAB. III METODOLOGI
3.1 Desain ... 14
3.2 Tempat dan Waktu ... 14
3.3 Populasi dan Sampel ... 14
3.4 Perkiraan Besar Sampel ... 14
(9)
3.5.1. Kriteria Inklusi... 15
3.5.2. Kriteria Eksklusi ... 15
3.6 Persetujuan /
Informed consent ...
15
3.7 Etika Penelitian ... 16
3.8 Cara Kerja dan Alur Penelitian ... 16
3.9 Identifikasi Variabel ... 17
3.10 Definisi Operasional ... 18
3.11 Rencana Pengolahan dan Analisis Data ... 19
BAB. IV HASIL
4.1 Data demografik dan karakteristik subjek ... 20
4.2 Hubungan jenis kelamin dengan konstipasi fungsional ... 21
4.3 Hubungan IMT dengan konstipasi fungsional ... 22
BAB. V PEMBAHASAN
5.1 karakteristik subjek penelitian ... 23
5.2 Hubungan jenis kelamin dengan konstipasi fungsional ... 24
5.3 Hubungan IMT dengan konstipasi fungsional ... 25
BAB. VI. Kesimpulan dan saran ... 27
Daftar Pustaka ... 28
Lampiran
1.Blanko Penelitian ... 30
2.Riwayat Hidup ... 33
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.8. Obat-Obatan Konstipasi
11
Tabel 4.1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian
20
Tabel 4.2. Hubungan IMT dengan Konstipasi Fungsional Berdasarkan Jenis
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Faktor-faktor risiko konstipasi pada anak
9
Gambar 2
Kerangka konsep penelitian
13
Gambar 3
Alur penelitian
17
(12)
DAFTAR SINGKATAN
WGO
:
World Gastroenterology Organization
PaCCT
:
Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology
IMT
: Indeks massa tubuh
BB
: Berat badan
TB
: Tinggi badan
SLTP
: Sekolah lanjutan tingkat pertama
SPSS
:
Statistical Package for Social Science
(13)
DAFTAR LAMBANG
°
: derajat
kg
: kilogram
m
: meter
z
: Deviat baku normal untuk
P
: proporsi
d
: Tingkat ketepatan absolut
n
: Jumlah subjek / sampel
α
: Kesalahan tipe I
(14)
The relationship between body mass index with functional constipation
in children
Badai Buana Nasution, Supriatmo, Atan Baas Sinuhaji, Hakimi
Department of Child Health, Medical School University of Sumatera Utara /
H. Adam Malik Hospital, Medan
Abstract
Background
. Constipation defines as difficulty of defecation with hard stool
and the frequency of defecation more than once in three days. The
prevalence of constipation is 22.6% at the age 4-17 years old and the high
rate is the functional constipation, almost 90% - 97%. The risk factors of
constipation are sex, fibre intake, fluid intake, toilet usage, and body mass
index. The aim of this study is to assess the relationship between body mass
index and functional constipation.
Methods
. A cross-sectional study from June until July 2010 was carried out in
Pesantren Musthafawiyah in Panyabungan, Mandailing Natal regency, North
Sumatera province. The students were given questionnaires by interviewing
one by one. They were measured the body weight and height to determine
the body mass index, and then were assessed the nutritional status by z
score. The functional constipation was assessed with Rome III criteria.
Chi-squarred test were used to find correlation between body mass index and
functional constipation.
Results
. Thirty two students were enrolled in constipation group, and 50
students were enrolled in non constipation group. We found 11% male and
28% female in constipation group. There were significant relationship
between sex and prevalence of functional constipation (P=0.0001). We had
11% children with normoweight and 28% with overweight in constipation
group. At non constipation group, we had 45% children with normoweight and
13% overweight, and 4.1% underweight. There were significant relationship
between overweight and functional constipation (P=0.0001).
Conclusions
. Our study showed a significant correlation between body mass
index and functional constipation. We also found functional constipation
present more frequent in girls than boys.
(15)
The relationship between body mass index with functional constipation
in children
Badai Buana Nasution, Supriatmo, Atan Baas Sinuhaji, Hakimi
Department of Child Health, Medical School University of Sumatera Utara /
H. Adam Malik Hospital, Medan
Abstract
Background
. Constipation defines as difficulty of defecation with hard stool
and the frequency of defecation more than once in three days. The
prevalence of constipation is 22.6% at the age 4-17 years old and the high
rate is the functional constipation, almost 90% - 97%. The risk factors of
constipation are sex, fibre intake, fluid intake, toilet usage, and body mass
index. The aim of this study is to assess the relationship between body mass
index and functional constipation.
Methods
. A cross-sectional study from June until July 2010 was carried out in
Pesantren Musthafawiyah in Panyabungan, Mandailing Natal regency, North
Sumatera province. The students were given questionnaires by interviewing
one by one. They were measured the body weight and height to determine
the body mass index, and then were assessed the nutritional status by z
score. The functional constipation was assessed with Rome III criteria.
Chi-squarred test were used to find correlation between body mass index and
functional constipation.
Results
. Thirty two students were enrolled in constipation group, and 50
students were enrolled in non constipation group. We found 11% male and
28% female in constipation group. There were significant relationship
between sex and prevalence of functional constipation (P=0.0001). We had
11% children with normoweight and 28% with overweight in constipation
group. At non constipation group, we had 45% children with normoweight and
13% overweight, and 4.1% underweight. There were significant relationship
between overweight and functional constipation (P=0.0001).
Conclusions
. Our study showed a significant correlation between body mass
index and functional constipation. We also found functional constipation
present more frequent in girls than boys.
(16)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konstipasi biasa terjadi pada anak. Hanya 3% konstipasi pada anak dibawa orang tua berobat ke dokter.1 Pada anak normal, buang air besar dialami setiap hari kedua dan ketiga, tanpa kesulitan.2
Konstipasi dapat terjadi pada semua usia anak2,3, tetapi biasa terjadi pada usia pra sekolah, usia sekolah, dan neonatal. Pada usia sekolah, konstipasi lebih sering terjadi pada anak laki - laki.
Konstipasi bukan merupakan suatu diagnosis, melainkan gejala klinis. Penyebab konstipasi dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu anatomi, fisiologi dan fungsional. Penyebab anatomi dapat berupa penyakit Hirschprung, anus imperforata, dan obstruksi saluran cerna. Penyebab fisiologis dapat berupa perubahan motilitas saluran cerna seperti hipotiroidisme dan defek tulang belakang. Penyebab fungsional dapat berupa menahan buang air besar secara sengaja, merupakan penyebab tersering dari konstipasi, fobia kamar mandi, riwayat nyeri buang air besar.3
Kebiasaan konstipasi pada anak dapat berkelanjutan hingga dewasa. Bongers dkk menguraikan pada studi cross sectional menguraikan gejala konstipasi anak berkelanjutan pada dewasa pada 24% anak. Konstipasi persisten dari anak ke
dewasa dapat mengganggu kualitas hidup.4
Anak dengan status gizi berlebih, prevalensi konstipasi lebih tinggi dibanding status gizi lain. Dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan yang baik, peneliti
(17)
mencoba mencari hubungan antara status gizi, khususnya status gizi lebih dengan angka kejadian konstipasi fungsional pada anak.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah anak dengan status gizi normal dapat menyebabkan konstipasi fungsional ?.
2. Apakah anak dengan status gizi lebih dapat menyebabkan konstipasi fungsional ?.
3. Apakah anak dengan status gizi lebih dapat menyebabkan konstipasi fungsional ?.
1.3. Hipotesis
Anak dengan status gizi memiliki hubungan dengan kejadian konstipasi fungsional.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mencari hubungan status gizi dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi konstipasi di lokasi peneltian. 2. Untuk mengetahui prevalensi gizi lebih di lokasi penelitian
3. Untuk mencari hubungan status gizi normal dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak
(18)
4. Untuk mencari hubungan status gizi lebih dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak
5. Untuk mencari hubungan status gizi kurang dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak
1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan tentang hubungan status gizi dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak.
2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan usaha peningkatan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan anak penderita konstipasi.
3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap standar pelayanan kesehatan di bidang gastroentero-hepatologi anak.
(19)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Konstipasi
Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi kotoran yang padat dengan frekuensi buang air besar lebih atau sama dengan 3 hari sekali.2
Konstipasi memiliki persepsi gejala yang berbeda-beda pada setiap pasiennya. Menurut World Gastroenterology Organization (WGO) adalah defekasi keras (52%), tinja seperti pil/ butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang (33%).5
Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition,
konstipasi adalah kesulitan atau lamanya defekasi, timbul selama 2 minggu atau
lebih, dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Sedangkan menurut Paris
Consensus on Childhood Constipation Terminology menjelaskan defenisi konstipasi sebagai defekasi yang terganggu selama 8 minggu dengan mengikuti minimal 2 gejala sebagai berikut: defekasi kurang dari 3 kali per minggu, inkontinensia frekuensi tinja lebih besar dari satu kali per minggu, massa tinja yang keras yang dapat mengetuk kloset, massa tinja teraba di abdomen, perilaku menahan defekasi, nyeri saat defekasi.6
2.2. Epidemiologi Konstipasi
Konstipasi sering terjadi pada anak. Loening-Baucke melaporkan prevalensi konstipasi pada anak usia 4-17 tahun adalah 22,6%7 sedangkan.untuk usia di
(20)
bawah 4 tahun hanya memiliki prevalensi kejadian konstipasi sebesar 16%.8 Pada studi longitudinal, Saps dkk melaporkan 16% anak usia 9-11 tahun menderita konstipasi.9
Konstipasi yang tersering adalah konstipasi fungsional. Didapati 90-97% kasus konstipasi yang terjadi pada anak merupakan suatu konstipasi fungsional.3
2.3. Patogenesis
Faktor-faktor penyebab konstipasi berbagai macam dan sulit dimengerti. Berikut merupakan penyebab yang dapat dibedakan berdasarkan struktur (gangguan motilitas) dan fungsi (gangguan bentuk pelvik). Gangguan motilitas dapat berupa :
1. Nutrisi tidak adekuat
a. Asupan serat tidak adekuat
b. Dehidrasi akibat asupan cairan tidak adekuat 2. Motilitas kolon melemah
Inersia kolon, konstipasi transit lambat, iritable bowel syndrome (ibs), miopati intestinal, sindroma Ogilvie, obat-obatan, penyebab neurologis 3. Faktor psikiatri
Depresi, pelecehan seksual, kebiasaan yang menyimpang terhadap makanan dan fungsi pencernaan.
Gangguan bentuk pelvik dapat berupa fungsi pelvik dan spingter melemah, obstruksi pelvik, prolapsus rectum, enterokel, intususepsi rectum, rektokel.5
(21)
2.4. Klasifikasi10
Sistem klasifikasi konstipasi pada anak didasarkan pada kriteria Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology (PaCCT) dimana konstipasi dibagi menjadi 8 kategori, sebagai berikut :
1. Konstipasi kronik, dalam delapan minggu memenuhi dua atau lebih dari kriteria berikut : frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu, lebih dari satu kali episode inkontinensia feses per minggu, tinja yang banyak di rektum atau abdomen teraba pada pemeriksaan fisik, feses yang melewati rektum terlalu banyak sehingga dapat menyebabkan obstruksi di kloset, perilaku menahan defekasi, dan nyeri defekasi.
2. Inkontinensia fekal, aliran feses pada tempat yang tidak seharusnya.
3. Organik inkontinensia fekal, fekal inkotinensia didapat dari kelainan organik (kelainan neurologis atau abnormalitas spinter)
4. Fungsional inkontinensia fekal, fekal inkontinensia yang didapat dari penyakit non-organik, dapat berupa konstipasi berhubungan dengan inkontinensia fekal, inkontinensia fekal non retensi
5. Konstipasi berhubungan dengan inkontinensia fekal, fungsional inkontinensia fekal yang berhubungan dengan kehadiran konstipasi
6. fekal inkontinensia non retensi, aliran feses tidak sesuai tempat, terjadi pada anak usia 4 tahun atau lebih tanpa ada riwayat dan gejala klinis konstipasi 7. Feses keras, massa feses mengeras dan membatu pada rektum atau
abdomen yang tak dapat bergerak. Massa feses dapat terlihat dan dipalpasi di abdomen
(22)
8. disinergi pelvik, ketidakmampuan pelvik relaksasi ketika defekasi
2.5. Patofisiologi
Pada banyak kasus, konstipasi pada anak dimulai dari rasa nyeri saat defekasi. Ketika anak merasakan nyeri saat berlangsung defekasi, maka anak akan mulai menahan-nahan tinja agar tidak dikeluarkan untuk menghindari rasa tidak nyaman yang berasal dari defekasi. Jika menahan-nahan defekasi terus berlanjut, maka keinginan defekasi akan berangsur hilang sehingga akan terjadi penumpukan tinja.
Proses defekasi yang tidak lancar akan menyebabkan feses menumpuk hingga menjadi lebih banyak dari biasanya dan dapat menyebabkan feses mengeras yang kemudian dapat berakibat pada spasme sfingter anus. Distensi rektal kronik menyebabkan kehilangan sensitifitas rektal, keinginan defekasi yang dapat berdampak pada inkontiensia fekal.1
2.6. Diagnosis
Pada umumnya gejala klinis dari konstipasi adalah frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu, feses keras dan kesulitan untuk defekasi. Anak sering menunjukkan perilaku tersendiri untuk menghindari proses defekasi. Pada bayi, nyeri ketika akan defekasi ditunjukkan dengan menarik lengan dan menekan anus dan otot-otot bokong untuk mencegah pengeluaran feses. Balita menunjukkan perilaku menahan defekasi dengan menaikkan ke atas kedua ibu jari dan
(23)
Sesuai dengan Kriteria Rome III, diagnosis konstipasi berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut.
Konstipasi fungsional
Kriteria diagnostik harus termasuk dua atau lebih dengan usia minimal 4 tahun:
- Kurang atau sama dengan dua kali defekasi per minggu
- Minimal satu episode inkonstinensia per minggu
- Riwayat retensi tinja yang berlebihan - Riwayat nyeri atau susah defekasi
- Teraba massa fekal yang besar di rektum
- Riwayat tinja yang besar sampai dapat menghambat kloset
Non retensi fekal inkontinensia
Diagnosa dalam usia minimal 4 tahun dan harus melibatkan semua kriteria tersebut, yakni :
- Defekasi pada tempat yang tidak selayaknya minimal satu kali per bulan
- Tidak terdapat inflamasi, kelainan anatomi, metabolik atau proses neoplastik
- Tidak ada retensi fekal
Krtieria dipenuhi minimal 2 bulan sebelum diagnosis.11
2.7. Faktor risiko
Pengenalan dini faktor-faktor risiko pencetus konstipasi dapat membantu kita untuk mencegah konstipasi itu sendiri. Richmond dkk menjelaskan bahwa beberapa faktor
(24)
risiko konstipasi yang ada, dikumpulkan dan dinilai melalui kuesioner untuk kemudian dikalkulasikan skor masing-masing, yang bertujuan untuk menilai derajat risiko seseorang menderita konstipasi.12
Berikut tabel faktor-faktor risiko konstipasi pada anak Gambar 1. Faktor-fator risiko Konstipasi pada anak12
Masalah yang sering timbul saat ini adalah timbulnya berat badan anak yang berlebih (overweight atau obesitas) yang ternyata merupakan faktor pencetus terjadinya konstipasi pada anak. Loening-Baucke pada studi retrospektif melaporkan
Kondisi Fisiologis
Gangguan Metabolik
Gangguan Bentuk Panggul
Gangguan Neuromuskular Gangguan Endokrin Gangguan Abdominal/ Kolorektal Kondisi Psikologis Gangguan Psikiatri
Gangguan Belajar atau demensia
Medikasi
Anti emetik Analgetik
Calcium channel blocker Analgetik non-opioid
Iron Supplement Opioid kontinu
Antikolinergik Kemoterapi sitotoksik
Anti kejang Agen Sitotoksik
Anti depresi Agen alkaloid vinca
Obat anti Parkinson
Antispasmodik Faktor risiko Jenis kelamin Tingkatan pergerakan kerusakan tulang belakang
Asupan serat harian
Asupan cairan harian
Penggunaan Kamar Mandi
(25)
pada anak-anak konstipasi, dijumpai 22% memiliki status gizi obesitas sedangkan pada kelompok kontrol yang obesitas hanya 11%. Dan pada anak obesitas dan konstipasi didapati 25% laki-laki dan 19% perempuan. Pada studi ini disimpulkan bahwa obesitas memiliki hubungan yang kuat dengan angka kejadian konstipasi. Peningkatan angka prevalensi obesitas dapat diperoleh dari diet, tingkatan aktivitas, atau pengaruh hormon.13
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konstipasi fungsional melibatkan faktor non farmakologi dan faktor
farmakologi.14 Faktor non farmakologi dapat berupa diet, dan perubahan
perilaku.14,15
Baker dkk mengelompokkan algoritma penanganan konstipasi pada anak di bawah 1 tahun dan di atas satu tahun. Penatalaksanaan dari konstipasi fungsional meliputi edukasi, pencahar, modifikasi perilaku, dan obat-obatan.15,16
Cheng dkk pada studi uji klinis tersamar systematic review membandingkan obat herbal cina dengan medikasi lainnya melaporkan efek obat herbal cina untu medikasi konstipasi pada anak menunjukkan hasil yang memuaskan dibanding dengan obat lain, seperti cisapride, PEG, mosapride, dan bifidobacterium.17
Chmielewska dkk pada studi uji klinis tersamar systematic review
melaporkan efek probiotik pada medikasi konstipasi anak belum terlalu memuaskan.
(26)
Tabel 1. Obat-obatan konstipasi 19
Obat Dosis Maksimum Keterangan Tingkat Kepercayaan
Pencahar
Psyllium 7,5-15 g/h oral dengan
minimal 4 gelas air
Dapat menyebabkan kembung Data-data yg akurat
penting untuk
mengeluarkan
rekomendasi tentang
efikasi Pelunak Tinja Sodium Dokusat Kalsium Dokusat
5mg/kg/hari dibagi 1-4
dosis
<3thn: 10-40mg/hari
3-6thn: 20-60mg/hari
6-12thn: 40-150mg/hari
Jangan memaksa bab
Bekerja sepanjang hari
Kekuatan di bawah Psyllum dalam
meningkatkan frekuensi bab
Data-data yg akurat
penting untuk
mengeluarkan
rekomendasi tentang
efikasi.
Tidak ada
keterangan mengenai pemakaian jangka panjang Pelumas Minyak Mineral Jeli Lansoyl
15-30cc per tahun umur
dibagi 1-4 dosis
Maks: 240cc
Konstipasi kronik :
1-3cc/kg/hari
6-12thn: 5-15cc(1-3
sendok teh) sehari
≥12thn:15-45cc (1-3 sndk mkn sehari)
Tidak direkomendasikan pada bayi
<12 bulan atau pada pasien
dengan gangguan jalan nafas.
Diberikan 2-3 jam setelah makan
malam untuk mengurangi
(27)
Direkomendasikan
diminum saat mau tidur
Laksatif stimuli
Senna
Bisacodyl
2-6thn:2,5-3,75cc
6—12thn:5-7,5cc >12thn:10-15cc
Digunakan lebih dari 2
minggu sebelum
rumatan
3-12thn:5-10mg oral
>12thn:5-15mg/hari
oral dalam 3 hari
Tidak direkomendasikan pada
anak
Data-data yg akurat
penting untuk
mengeluarkan
rekomendasi tentang
efikasi
Laksatif osmotik
Gliserin 2-6thn:1/2-1 supp
sehari
Tidak ada efek samping
Polietilen
glikol 3350
tanpa elektrolit
Polietilen
glikol 3350
dengan
elektrolit
1,5g/kg utk 3 hari
Rumatan
<6thn: 3g/hari
>6thn:6g/hari
Tidak berasa dan berbau dalam
bentuk serbuk. Diabsorpsi dalam
jumlah wajar dan tidak beresiko
terhadap penyerapan garam.
Kristal dicampurkan pada
minuman
Meningkatkan frekuensi dan
konsistensi bab. Dianjurkan untuk
konstipasi kronik atau gagal
ginjal.Tidak ada data keamanan
untuk bayi Tingkat 1 Magnesium hidroksida Konsentrasi 400mg/5cc <2thn:0,5ml/kg/dosis
Untuk penyembuhan
segera.Bekerja beberapa
Data-data yg akurat
(28)
2-5thn:5-15ml/hari
6-11thn:15-30ml/hari
>12thn:30-60ml/hari
jam.Pasien dengan gagal ginjal
dapat menyebabkan keracunan
magnesium
mengeluarkan
rekomendasi tentang
efikasi
Fosfat - Dilarang untuk anak-anak
Laktulosa 1-3ml/kg/hari dibagi
beberapa dosis
Bekerja 24-48 jam Tingkat 1
Prokinetik
Tegaserod - Dilarang untuk anak-anak
2.9. Kerangka Konseptual
:
yang diamati dalam penelitianGambar 2. Kerangka konsep penelitian Status nutrisi
- Berat badan - Tinggi badan
Edukasi Perubahan tingkah laku
Pencahar Obat-obatan Penderita Konstipasi Kriteria Rome III Asupan serat harian
Feses keras& Frekuensi ≤ 2
x/minggu 3 episode dalam satu
periode waktu selama 3 bulan
mempengaruhi aktivitas anak
(29)
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain
Desain penelitian ini adalah studi cross sectional untuk megetahui hubungan status gizi dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di SLTP di Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara mulai bulan Mei sampai Juni 2010.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak pelajar SLTP yang menderita konstipasi. Populasi terjangkau adalah anak pelajar SLTP di Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi, yaitu :20
n = Z2 PQ d2
n = besar sampel
= kesalahan tipe I = 0,05 (Tingkat kepercayaan 95%) Z = 1,96
(30)
Q = 1 – P = 0,78
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,15
Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel adalah sebanyak 30 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Murid SLTP usia 10 - 14 tahun
2. Orang tua bersedia mengisi informed consent.
3.5.2. Kriteria Eksklusi 1. Memiliki kelainan organik
2. Dijumpai anamnesa : penurunan berat badan, gagal tumbuh, muntah, diare kronis, demam yang tidak diketahui penyebabnya, feses abnormal, darah saat defekasi.
3. Kelainan gastrointestinal berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti peritonitis.
4. Dijumpai kelainan organ secara pemeriksaan fisik seperti pembesaran organ hepatomegali atau splenomegali.
3.6. Persetujuan / Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu.
(31)
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
1. Sampel disurvei dulu dengan kuisioner dan wawancara langsung.
2. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan ke dalam penelitian.
3. Sampel dilakukan pemeriksaan fisik dan pengukuran antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan.
4. Status gizi dinilai dengan penilaian indeks massa tubuh (IMT) dengan memasukkan nilai IMT (BB/TB2) ke dalam tabel z skor.
5. Sampel dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan status gizi normal, status gizi lebih, dan status gizi kurang
6. Sampel melalui kuesioner dinilai kriteria konstipasi fungsional menurut kriteria ROME III
(32)
Alur Penelitian
Gambar 3. Alur penelitian
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Status nutrisi Nominal
Variabel tergantung Skala
Konstipasi Nominal
Sampel
Pengukuran berat badan dan tinggi badan
Status Gizi
Kriteria inklusi dan eksklusi
Pengukuran IMT
Konstipasi
Ya
Tidak
(33)
3.10. Definisi Operasional
1. Konstipasi adalah kesulitan defekasi dengan tinja keras dan rasa sakit dengan frekuensi defekasi ≤ 2 kali dalam 1 minggu.
2. Konstipasi fungsional adalah konstipasi yang didiagnosis berdasarkan Kriteria ROME III (memenuhi 2 dari kriteria berikut selama 1 bulan) yaitu :
a. Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu
b. Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia c. RIwayat menahan buang air besar yang berlebihan
d. Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras e. Teraba massa feses yang banyak di dalam rektum
f. Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang toilet.
3. Remaja yang dimaksud pada penelitian ini anak usia 10-14 tahun
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam satuan kg dibagi dengan tinggi badan dalam meterpangkat dua (BB/TB2)
5. Gizi normal adalah status gizi dengan nilai IMT pada persentil 5-85 6. Gizi lebih adalah status gizi dengan nilai IMT di atas persentil 85 7. Gizi kurang adalah status gizi dengan nilai IMT di bawah persentil 5.
(34)
3.11. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Data dianalisis dengan uji kai-kuadrat untuk melihat hubungan status gizi dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak SPSS versi 18.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0,05.
(35)
BAB 4. HASIL
Dari Kelas 1 sampai dengan kelas 3, diperiksa sebanyak 221 siswa dimana dijumpai sebanyak 139 memiliki umur di atas 14 tahun, sebanyak 82 siswa memiliki usia diantara 10-14 tahun, setelah mengisi informed consent, langsung menjadi populasi terjangkau. (Gambar 1)
Gambar 4. Profil penelitian
221 siswa
139 tidak memenuhi kriteria inklusi
82 siswa
Populasi terjangkau
32 siswa
Penderita konstipasi
48 siswa
Tidak menderita konstipasi
9 siswa
Gizi normal
23 siswa
Gizi Lebih
37 siswa
Gizi normal
11 siswa
Gizi lebih
2 siswa
(36)
4.1. Data Demografik dan Karakteristik Subjek
Penelitian dilaksanakan di Pesantren Musthafawiyah Kecamatan Purba Baru, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Populasi terjangkau berjumlah 82 siswa dengan rerata usia yg menderita konstipasi 13,6 tahun, usia rerata yang tidak menderita konstipasi 13,8 tahun. Berat badan rerata anak yang menderita konstipasi 42,9 kg, rerata berat badan anak yang tidak menderita konstipasi 44,5 kg. Tinggi badan rerata anak yang menderita konstipasi 144,3 cm, rerata tinggi badan anak yang tidak menderita konstipasi 148,8 cm. Indeks massa tubuh (IMT) rerata anak yang menderita konstipasi 20,3, rerata IMT anak yang tidak menderita konstipasi 19,1. Karakteristik dasar subjek penelitian seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian (n=82)
Konstipasi Fungsional P
Ya Tidak
Usia (tahun) 13.6 (0.63) 13.8 (0.41) .578
Berat Badan (kg) 42.9 (8.52) 44.5 (8.33) .152
Tinggi badan (cm) 144.3 (7.22) 148.8 (7.51) .210
Jenis kelamin,
Prempuan (%) 28 (3.7) 13 (2.3) 0.0001
Laki – laki (%) 11 (1.8) 45 (4.3) 0.0001
Indeks Masa Tubuh (IMT) 20.3 (2.65) 19.9 (2.92) 0.0001
(37)
4.2. Hubungan IMT dengan Konstipasi Fungsional Sesuai BErdasarkan Jenis Kelamin
Hubungan jenis kelamin dengan konstipasi fungsional terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Angka konstipasi dan tidak konstipasi pada status IMT sesuai dengan jenis kelamin
Laki - laki Perempuan P
Konstipasi Tidak konstipasi
P Konstipasi Tidak konstipasi
(n=2) (n=25) (n=30) (n=25)
Jumlah 2 25 30 25
Usia, tahun (rerata ± SD)
13,6(0.23) 13,8(0.34) .320 13,6(0.24) 13,8(0.37) .289
Gizi lebih, % 10 5 0.0001 18 8 0.0001
Gizi normal, % 5 15 .179 6 30 .160
Gizi kurang, % 0 2 .583 0 2.1 .374
Dari tabel di atas didapati hubungan bermakna anatar jenis kelamin dengan kejadian konstipasi fungsional.
Dari tabel di atas, dijumpai hubungan antara obesitas dengan konstipasi fungsional pada anak (nilai p=0,0001).
(38)
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Karakteritik Subjek Penelitian
Kejadian konstipasi fungsional pada anak beragam menurut tingkatan usianya. Menurut Loening-Baucke didapati 22,6% dari 482 anak dengan konstipasi berada pada usia 4-17 tahun. Untuk usia di bawah 1 tahun didapati 13% konstipasi, akan tetapi untuk usia ini dieksklusikan karena bayi di bawah 1 tahun sering mendapati konstipasi tanpa sebab yang jelas.7
Pada penelitian ini rerata usia anak yang mendapat konstipasi fungsional adalah 13,6 tahun. Penelitian ini bersifat retrospektif dimana tidak dapat menilai perubahan IMT yang merupakan gambaran dari perubahan komposisi tubuh.
Penilaian IMT dapat menilai perubahan komposisi tubuh terjadi pada masa anak dan remaja, baik pada laki-laki maupun pada perempuan.21 Walaupun tergantung ras dan jenis kelamin, penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa penilaian IMT merupakan pengukuran yang paling baik untuk menilai persentase lemak tubuh dan hubungan berat badan dengan tinggi badan.22-24 Penilaian IMT untuk menilai komposisi tubuh juga lebih baik daripada penilaian tebal lipatan kulit,25 indeks Rohrer (kg/m3),26 dan menggunakan alat noninvasif.27 Berdasarkan suatu studi longitudinal pada anak laki-laki dan perempuan berusia 8
sampai 18 tahun, perubahan IMT dapat merefleksikan perubahan komposisi tubuh.28
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemantauan IMT untuk
(39)
Pada penelitian ini rerata berat badan dan tinggi badan pada anak dengan konstipasi adalah 42,9 kg dan 144,6 cm. Sedangkan pada anak yang tidak konstipasi, rerata berat badan dan tinggi badan adalah 44,5 kg dan 148,8 cm. Dengan perbedaan rerata IMT pada anak dengan konstipasi dan tidak konstipasi adalah 20,3 dan 19,9. Dari hal tersebut di atas dapat dinilai bahwa anak dengan konstipasi cenderung memiliki IMT lebih tinggi dari anak yang tidak konstipasi.
5.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Konstipasi Fungsional
Faktor jenis kelamin menurut Richmond dkk merupakan faktor risiko terjadinya konstipasi. Berdasarkan Constipation Risk Assessment Scale (CRAS) dijelakan bahwa faktor jenis kelamin perempuan memiliki skor dua,12 dimana hal ini disebabkan perempuan memiliki risiko mendapat konstipasi 3 kali lebih besar dari laki-laki.30
Pada penelitian ini dinilai hubungan jenis kelamin dengan kejadian konstipasi fungsional. Didapati hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian konstipasi fungsional (p=0,0001). Dari 32 jumlah anak dengan konstipasi, didapati 30 (28%) anak perempuan dan 2 (11%) anak laki-laki. Rasio prevalens dari hubungan jenis kelamin dengan konstipasi 1,3, bermakna bahwa jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya konstipasi fungsional pada anak.
(40)
Peningkatan prevalensi obesitas pada anak merupakan masalah utama yang dihadapi dokter anak. Perubahan pola makan seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat, aktivitas fisik yang berkurang dan iklan-iklan televisi yang merubah kebiasaan makan pada anak merupakan penyebab penting terjadinya obesitas.31 Taveras dkk pada studi cross sectional menjelaskan faktor ras dan suku bangsa memiliki andil dalam terjadinya obesitas.32 Hal ini bukan semata karena gen seseorang tetapi karena kebiasaan makan, faktor demografi yang berhubungan dengan bahan-bahan makanan yang tersedia di daerah tersebut dan pola makan suatu ras atau suku.33
Pashankar dkk pada studi retrospektif menjelaskan bahwa obesitas memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian konstipasi, 41% anak obesitas mengalami konstipasi.13 Hal ini diperkuat oleh Fishman dkk pada studi cross sectional, didapati 23% anak obesitas mengalami konstipasi. Etiologi konstipasi pada anak obesitas belum jelas diketahui. Fishman menjelaskan bahwa perubahan hormon atau hiperglikemia berperan penting dalam terjadinya konstipasi pada anak obesitas.31
Pada penelitian ini didapati hubungan yang bermakna anatara obesitas dengan konstipasi fungsional (p=0,0001). Anak dengan obeitas memiliki kecendrungan mengalami konstipasi fungsional. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Loening-Baucke dan Fishman, dimana didapati hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian kontipasi fungsional pada anak. Nilai rasio prevalens 0,3 menunjukkan bahwa status nutrisi seseorang dapat mencegah terjadinya konstipasi.
(41)
Untuk menilai seluruh faktor risiko yang dapat mempengaruhi konstipasi sebenarnya diperlukan analisis univariat dan multivariat. Pada penelitian ini hanya dilakukan uji kai kuadrat dengan studi cross sectional. Beberapa faktor risiko lainnya telah dilakukan restriksi (berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi) untuk menghindari bias penelitian.
Beberapa keterbatasan penelitian lainnya yakni tehnik pengambilan sampel dan pemilihan sekolah tidak menggunakan random sampling. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek dalam menentukan hubungan IMT dengan konstipasi fungsional pada anak.
(42)
BAB 6. KESIMPULAN, DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini, kami menemukan adanya peningkatan prevalensi obesitas pada anak dengan konstipasi fungsional. Konstipasi juga lebih sering didapati pada anak perempuan.
6.2. Saran
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek dalam menentukan hubungan IMT dengan konstipasi fungsional. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan studi prospektif untuk menentukan hubungan antara perubahan komposisi tubuh, pola makan, ras dan suku, gaya hidup serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
1. Wyllie R. Constipation. Dalam : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Penyunting. Nelson Text Book of Pediatrics. Edisi 18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h 1525-65
2. Brennan LK. Constipation. Dalam: Zaotis LB, Chiang ZW. Penyunting. Comprehensive Pediatric Hospital Medicine. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2007. h 612-6
3. Constipation in children. Diunduh dari
http://www.emedicinehealth.com/constipation_in_chldren/article_em.htm. Diakses April 2010
4. Bongers MEJ, Benninga MA, Maurice-Stam H, Grootenhuis MA. Health-related quality of life in young adults with symptoms of constipation continuing from childhood into adulthood. Biomed central.2009;7: 1-9.
5. World Gastroenterology Organisation. World Gastroenterology Organisation Practice Guidelines: Constipation. World Gastroenterology Organisation. 2007; 1-10
6. Borowitz S. Constipation. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/928185-overview. Diakses April 2010 7. Loening-Baucke V. Prevalence rates for constipation and faecal and urinary
incontinence. Arch Dis Child.2007; 92: 486-489
8. Lee, Warren, Ip, Kin, Chan, June, Lui, Noel, Young, Betty. Increased prevalence of constipation in pre-school children is attributable to under-consumption of plant foods: A community-based study. J Paediatr Child Health. 2008;. 4:170-175.
9. Saps M, Sztainberg M, Di Lorenzo C. A Prospective Community-based Study of Gastroenterological Symptoms in School-age Children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2006; 43:477-82
10. Rubin G, Dale A. Chronic constipation in children. Clinical review. BMJ. 2006; 333: 1051-5
11. Walker, Caplan-Dover, Rasquin-Weber. Pediatrics Gastrointestinal Symptoms Rome III version. 2000.
12. Richmond JP, Wright ME. Development of a constipation risk assesment scale. Clin effect nurs.2005; 9: 37-48
13. Pashankar DS, Loening-Baucke V. Increased prevalence of obesity in children with functional constipation evaluated in a academic medical center. Pediatrics. 2005; 116:377-80
14. Clayden G, Keshtgar AS. Management of childhood constipation. Review. Postgrad Med J. 2003;79:616-21
15. BakerSS, Liptak GS, Colletti RB, Croffie JM, Di Lorenzo C, Ector W et al. Constipation in Infants and Children: Evaluation and Treatment. J Pediatr Gastroenterol Nutr.1999;29: 612-626
16. Biggs W, Dery WH. Evaluation and treatment of constipation in infants and children. Am Fam physician. 2006;73: 469-77
(44)
17. Cheng C, Bian Z, Wu T. Systematic review of Chinese herbal medicine for functional constipation. World J Gastroenterol. 2009; 15: 4886-95
18. Bekkali NH, Bongers MEJ, Van den Berg MM, Liem O, Benninga MA. The role of probiotocs mixture in the treatment of childhood constipation: a pilot study. Nutrition J. 2007; 6:1-7
19. American College of Gastroenterology Chronic Constipation Task Force. An evidence-based approach to the management of chronic constipation in North America. Am J Gastroenterol 2005; 100 Suppl 1:S1-S4.
20. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30
21. Maynard LM, Wisemandle W, Roche AF, Chumlea WC, Guo SS, Siervogel RM. Childhood body composition in relation to body mass index. Pediatrics 2001;107:344-50
22. Ellis KJ. Body composition of a young, multiethnic, male population. Am J Clin Nutr. 1997; 66:1323–31.
23. Ellis KJ, Abrams SA, Wong WW. Monitoring childhood obesity: Assesment of the weight/height2 index. Am J Epidemiol. 1999; 150:939–46.
24. Franklin MF. Comparison of weight and height relations in boys from 4 countries. Am J Clin Nutr. 1999; 70:157–62.
25. Malina RM, Katmarzyk PT. Validity of the body mass index as an indicator of the risk and presence of overweight in adolescents. Am J Clin Nutr. 1999; 70:131–6. 26. Mei Z, Grummer-strawn LM, Pietrobelli A, Goulding A, Goran MI, Dietz WH.
Validity of body mass index compared with other body composition screening indexes for the assessment of body fatness in children and adolescents. Am J Clin Nutr. 2002; 75:978–85.
27. Elberg J, McDuffie JR, Sebring NG, Salaita C, Keil M, Robotham D, dkk. Comparison of methods to assess change in children’s body composition. Am J Clin Nutr. 2004; 80:64–9.
28. Demerath EW, Schubert CM, Maynard LM, Sun SS, Chumlea WC. Pickoff A, dkk. Do changes in body mass index percentile reflect changes in body composition in children? Data from the fels longitudinal study. Pediatrics. 2006; 117:487–95.
29. American Academy of Pediatrics. Policy statement: Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics. 2003; 112:424–30.
30. Johanson J, Sonnenberg A, Koch TR. Clinical epidemiology of chronic constipation. Abstract. J Clin Gastroenterol 1989; 11:525-36
31. Fishman L, Lenders C, Fortunato C, Noonan C, Nurko S. Increased prevalence of constipation and fecal soiling in a population of obese children. J Pediatr 2004; 145: 253-4
32. Taveras EM, Gillman MW, Kleinman K, Rich-Edwards JW, Rifas-Shiman SL. Racial ethnic differences in early-life risk factors for childhood obesity. Pediatrics 2010; 125: 686-95
33. Barlow SE, Expert Committee. Expert committee recomendations regarding the prevention, assessment, and treatment of childhood and adolescent overweight and obesity: summary report. Pediatrics 2007; 120: 164-92
(45)
LAMPIRAN 1.
BLANKO PENELITIAN 1. Data Pribadi
Nama: ... Tanggal pemeriksaan: ... Alamat :... Tempat/tanggal lahir: ... Berat badan: ...kg Tinggi badan: ...cm
Status nutrisi : Obese / Overweight / Normoweight / Mild malnutrition / Moderate malnutrition / Severe malnutrition
Saat ini duduk di kelas: ... Sekolah: …..………..
2. Data Sakit perut berulang (NPB)
1.Pada 2 bulan terakhir, seberapa sering buang air besar (BAB)? 1.2 x seminggu atau kurang
2.3-6 kali seminggu 3.sekali sehari 4.2 atau 3 kali sehari 5.lebih dari 3 kali sehari _ tidak tahu
2..Pada 2 bulan terakhir, bagaimana kebiasaan babnya? 1.sangat keras
2.keras
3.tidak begtu keras dan begitu lembek 4.sangat lembek
5.seperi air _ tidak tahu
2a. Jika ketika BAB, biasanya fesesnya keras, berapa lama hal tersebut telah terjadi?
0.Kurang dari 1 bulan 1.1 bulan
2.2 bulan
3.3 bulan atau lebih
3.Pada 2 bulan terakir, apakah anda mengalami nyeri ketika BAB? 0. tidak
1. ya _ tidak tahu
(46)
Lingkari jawaban berikut
Pada 2 bulan terakhir, seberapa sering 0% Tidak pernah 25% Sekali waktu 50% Kadang -kadang 75% Sepanjan g waktu 100%
selalu Tidak
tahu 4.Apakah anda
terlalu sibuk ke kamar mandi untuk bab
0 1 2 3 4
5.Apakah anda harus mengedan kuat saat bab
0 1 2 3 4
6.Apakah feses anda membatu saat keluar
0 1 2 3 4
7.Apakah anda merasa tidak puas ketika selesai bab
0 1 2 3 4
8.Beberapa anak sering menahan bab-nya walaupun kloset tersedia. Mereka melakukannya dengan menegangkan badannya dan menyilangkan kakinya. Pada 2 bulan terakir, selama di rumah, seberapa sering anda menahan bab-nya?
0.tidak pernah 1.1-3 kali per bulan 2. sekali seminggu
3.beberapa kali seminggu 4.Setiap hari
9.Pernahkan dokter atau perawat memeriksa dan mengatakan ada feses dalam jumlah yang banyak di dalam perut anda?
0.tidak 1.Ya
11.Dalam 2 bulan terakir, seberapa sering pakaian dalam anda ternoda dengan feses?
0.tidak pernah
1.Kurang dari sekali sebulan 2.1-3 kali sebulan
3.sekali seminggu
4.Beberapa kali seminggu 5.Setiap hari
11a.Ketika pakaian dalam anda bernoda oleh feses, seberapa banyak noda feses yang tinggal?
(47)
2.sedikit noda feses 3.banyak noda feses
11b.Berapa lama anda sudah mengalami noda feses pada pakaian dalamnya? 1.kurang atau sama dengan 1 bulan
2.2 bulan 3.3 bulan 4.4-11 bulan 5.1 tahun lebih Cara Penilaian kuesioner:
Memenuhi 2 atau lebih dari kriteriasebagai berikut:
- P1 = kurang atau sama dengan dua kali per minggu
- P2 = feses keras atau sangat keras
- P3 = nyeri BAB
- P8 = Melewati tinja yang sangat banyak
- P9 = retensi feses sekali seminggu atau sering
- P10 = Riwayat massa feses di rektum
(48)
Lampiran 2.
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Dr. Badai Buana Nasution
Tempat, tanggal lahir : Medan, 22 April 1981
Alamat : Jl Al Falah No 14 Medan 20146
Nama istri : Dr. Hafizah Soraya Dalimunthe
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar Swasta Kemala Bhayangkari-1 Medan, selesai tahun 1993. 2. Sekolah Menengah Pertama St. Thomas-1 Medan, selesai tahun 1996. 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan , selesai tahun 1999.
4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2004.
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2006.
6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.
Riwayat Pekerjaan
1. Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Meurbo, Kabupaten Meulaboh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2006 (selama 6 bulan).
2. Dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Pendidikan Nasional, Universitas Sumatera Utara, 2009 sampai sekarang.
(49)
(1)
17. Cheng C, Bian Z, Wu T. Systematic review of Chinese herbal medicine for functional constipation. World J Gastroenterol. 2009; 15: 4886-95
18. Bekkali NH, Bongers MEJ, Van den Berg MM, Liem O, Benninga MA. The role of probiotocs mixture in the treatment of childhood constipation: a pilot study. Nutrition J. 2007; 6:1-7
19. American College of Gastroenterology Chronic Constipation Task Force. An evidence-based approach to the management of chronic constipation in North America. Am J Gastroenterol 2005; 100 Suppl 1:S1-S4.
20. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30
21. Maynard LM, Wisemandle W, Roche AF, Chumlea WC, Guo SS, Siervogel RM. Childhood body composition in relation to body mass index. Pediatrics 2001;107:344-50
22. Ellis KJ. Body composition of a young, multiethnic, male population. Am J Clin Nutr. 1997; 66:1323–31.
23. Ellis KJ, Abrams SA, Wong WW. Monitoring childhood obesity: Assesment of the weight/height2 index. Am J Epidemiol. 1999; 150:939–46.
24. Franklin MF. Comparison of weight and height relations in boys from 4 countries. Am J Clin Nutr. 1999; 70:157–62.
25. Malina RM, Katmarzyk PT. Validity of the body mass index as an indicator of the risk and presence of overweight in adolescents. Am J Clin Nutr. 1999; 70:131–6. 26. Mei Z, Grummer-strawn LM, Pietrobelli A, Goulding A, Goran MI, Dietz WH.
Validity of body mass index compared with other body composition screening indexes for the assessment of body fatness in children and adolescents. Am J Clin Nutr. 2002; 75:978–85.
27. Elberg J, McDuffie JR, Sebring NG, Salaita C, Keil M, Robotham D, dkk. Comparison of methods to assess change in children’s body composition. Am J Clin Nutr. 2004; 80:64–9.
28. Demerath EW, Schubert CM, Maynard LM, Sun SS, Chumlea WC. Pickoff A, dkk. Do changes in body mass index percentile reflect changes in body composition in children? Data from the fels longitudinal study. Pediatrics. 2006; 117:487–95.
29. American Academy of Pediatrics. Policy statement: Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics. 2003; 112:424–30.
30. Johanson J, Sonnenberg A, Koch TR. Clinical epidemiology of chronic constipation. Abstract. J Clin Gastroenterol 1989; 11:525-36
31. Fishman L, Lenders C, Fortunato C, Noonan C, Nurko S. Increased prevalence of constipation and fecal soiling in a population of obese children. J Pediatr 2004; 145: 253-4
32. Taveras EM, Gillman MW, Kleinman K, Rich-Edwards JW, Rifas-Shiman SL. Racial ethnic differences in early-life risk factors for childhood obesity. Pediatrics 2010; 125: 686-95
(2)
LAMPIRAN 1.
BLANKO PENELITIAN 1. Data Pribadi
Nama: ... Tanggal pemeriksaan: ... Alamat :... Tempat/tanggal lahir: ... Berat badan: ...kg Tinggi badan: ...cm
Status nutrisi : Obese / Overweight / Normoweight / Mild malnutrition / Moderate malnutrition / Severe malnutrition
Saat ini duduk di kelas: ... Sekolah: …..………..
2. Data Sakit perut berulang (NPB)
1.Pada 2 bulan terakhir, seberapa sering buang air besar (BAB)? 1.2 x seminggu atau kurang
2.3-6 kali seminggu 3.sekali sehari 4.2 atau 3 kali sehari 5.lebih dari 3 kali sehari _ tidak tahu
2..Pada 2 bulan terakhir, bagaimana kebiasaan babnya? 1.sangat keras
2.keras
3.tidak begtu keras dan begitu lembek 4.sangat lembek
5.seperi air _ tidak tahu
2a. Jika ketika BAB, biasanya fesesnya keras, berapa lama hal tersebut telah terjadi?
0.Kurang dari 1 bulan 1.1 bulan
2.2 bulan
3.3 bulan atau lebih
3.Pada 2 bulan terakir, apakah anda mengalami nyeri ketika BAB? 0. tidak
1. ya _ tidak tahu
(3)
Lingkari jawaban berikut
Pada 2 bulan terakhir, seberapa sering 0% Tidak pernah 25% Sekali waktu 50% Kadang -kadang 75% Sepanjan g waktu 100%
selalu Tidak tahu 4.Apakah anda
terlalu sibuk ke kamar mandi untuk bab
0 1 2 3 4
5.Apakah anda harus mengedan kuat saat bab
0 1 2 3 4
6.Apakah feses anda membatu saat keluar
0 1 2 3 4
7.Apakah anda merasa tidak puas ketika selesai bab
0 1 2 3 4
8.Beberapa anak sering menahan bab-nya walaupun kloset tersedia. Mereka melakukannya dengan menegangkan badannya dan menyilangkan kakinya. Pada 2 bulan terakir, selama di rumah, seberapa sering anda menahan bab-nya?
0.tidak pernah 1.1-3 kali per bulan 2. sekali seminggu
3.beberapa kali seminggu 4.Setiap hari
9.Pernahkan dokter atau perawat memeriksa dan mengatakan ada feses dalam jumlah yang banyak di dalam perut anda?
0.tidak 1.Ya
11.Dalam 2 bulan terakir, seberapa sering pakaian dalam anda ternoda dengan feses?
0.tidak pernah
1.Kurang dari sekali sebulan 2.1-3 kali sebulan
3.sekali seminggu
4.Beberapa kali seminggu 5.Setiap hari
(4)
2.sedikit noda feses 3.banyak noda feses
11b.Berapa lama anda sudah mengalami noda feses pada pakaian dalamnya? 1.kurang atau sama dengan 1 bulan
2.2 bulan 3.3 bulan 4.4-11 bulan 5.1 tahun lebih Cara Penilaian kuesioner:
Memenuhi 2 atau lebih dari kriteriasebagai berikut:
- P1 = kurang atau sama dengan dua kali per minggu - P2 = feses keras atau sangat keras
- P3 = nyeri BAB
- P8 = Melewati tinja yang sangat banyak
- P9 = retensi feses sekali seminggu atau sering - P10 = Riwayat massa feses di rektum
(5)
Lampiran 2.
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Dr. Badai Buana Nasution Tempat, tanggal lahir : Medan, 22 April 1981
Alamat : Jl Al Falah No 14 Medan 20146 Nama istri : Dr. Hafizah Soraya Dalimunthe
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar Swasta Kemala Bhayangkari-1 Medan, selesai tahun 1993. 2. Sekolah Menengah Pertama St. Thomas-1 Medan, selesai tahun 1996. 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan , selesai tahun 1999.
4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2004.
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2006.
6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.
Riwayat Pekerjaan
1. Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Meurbo, Kabupaten Meulaboh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2006 (selama 6 bulan).
(6)