Apa yang diharapkannya dilakukan oleh Alfan sebagai kekasihnya malah ia dapatkan dari sahabatnya Will. Pengalaman yang jauh berbeda sekali
didapatkan Karla dari Will. Pada akhirnya setelah Karla menolak hubungan dengan pria seperti Alfan yang hanya memeberikannya kekecewaan, kemudian
mengalihkan objek ke objek lain, yakni Will lelaki yang lebih penuh perhatian dan sayang kepadanya yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman. Dan Will
mampu menarik hati Karla.
4.2.2.3 Regresi
Hall 1995:129 mengatakan bahwa sesudah mencapai taraf tertentu dalam perkembangannya seseorang dapat surut kembali kepada suatu taraf
terdahulu karena ketidaktahuan. Ini dinamakan regressi penyurutan. Juga orang-orang yang sehat dan normal melakukan regresi dari waktu ke waktu
untuk mengurangi kecemasan, atau seperti mereka katakana, untuk membebaskan dirinya. Mereka merokok, mabuk, makan terlalu banyak, hilang
kesabarannya, menggigit kukunya, memijit hidungnya, melanggar undang- undang, berbicara seperti bayi, merusak benda, melakukan masturbasi, dan lain-
lain. Dalam novel Forgiven Karla menyikapi keputusan Will untuk tidak lagi
bertemu dengan cara meluapkan perasaannya dengan hubungan yang tidak terpuji. Sebagai akibatnya ia harus menanggung malu karena hamil di luar nikah.
Tindakannya yang untuk menghilangkan kecemasannya terhadap rasa kecewa pada Will membuatnya berperilaku tidak wajar dan cenderung merusak dirinya
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Superego tidak bisa lagi mendominasi id , yang menginginkan hidup dengan kesabaran.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis tokoh dan penokohannya, dalam novel Forgiven terdapat tokoh utama bernama Karla sebagai tokoh bulat dan penokohannya
dilakukan melalui dialog, percakapan batin, dan lakuan, pikiran dan cakapan batin tokoh utama, juga peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh utama.
Wataknya yang tomboy, berpenampilan apa adanya, cenderung ingin seperti laki-laki, mandiri, tidak terlalu senang bergaul dengan perempuan sebayanya,
dan agak tertutup menunjukkan sisi egosentrisnya. Ada hal-hal yang memang sudah melekat pada dirinya sejak lahir. Sedangkan sikap cengeng dan mudah
menangis menunjukkan alurtrasinya. Tokoh utama mendapati dirinya menjadi sosok yang mudah menangis setelah beberapa kejadian yang dialaminya.
Kepribadian batin tokoh utama didominasi oleh superego. Tindakan- tindakan yang dilakukan oleh tokoh utama untuk memperjuangkan dorongan-
dorongan superego untuk mempertahankan egonya untuk tetap dapat menjalani kehidupannya dan menjauh dari hal-hal yang membuatnya tertekan. Meskipun
demikian tokoh utama tetap mengalami kegagalan dalam mengatasi konflik batin yang dialaminya. Untuk melupakan rasa sakit yang di hatinya tokoh utama
justru menghadirkan masalah baru dan lebih serius dengan melakukan hal – hal yang tergolong merusak dirinya karena keadaan mental yang jatuh kembali ke
tahap terdahulu tanpa sadar.
Universitas Sumatera Utara