100
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan karena penelitian memiliki ciri:
1 menggunakan angket yang bertujuan untuk kuantifikasi atribut kedisiplinan pada siswa; 2 dilakukannya pengolahan data secara statistik, baik untuk
pembakuan instrumen maupun saat penjelasan profil. Pendekatan kualitatif digunakan karena pada proses pengembangan program dilakukan uji logis-
teoretis tentang kedisiplinan siswa berdasarkan hasil profil dan kajian teoretik serta diikuti oleh kajian pakar. Dengan demikian pendekatan penelitian adalah
mix method design Creswell, 1994: 177-178.
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan variabel penelitian maka dibuat definisi operasional sebagai berikut.
1. Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama yang melibatkan orang banyak.
101
Kedisiplinan pada siswa terbentuk apabila siswa sudah dapat bertingkah luhur sesuai dengan pola tingkah laku yang baik menurut norma tingkah laku di
sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku
sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Aspek- aspek disiplin pada penelitian ini memiliki empat unsur sebagai berikut.
a. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang
disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting, yaitu fungsi pendidikan, sebab peraturan merupakan alat
memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada anak, dan fungsi preventif karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak
diinginkan. Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu
mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif akan membantu seorang anak
agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas. Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi di
antara anggota kelompok, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan menjadi model perilaku yang harus terwujud didalam keluarga.
102
Proses penentuan setiap peraturan dan larangan bagi anak-anak bukan merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka
panjang, peraturan dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan kondisi saat ini didalam keluarga.
b. Hukuman
Hukuman berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau balasan.
Hukuman memiliki tiga fungsi, 1 menghalangi pengulangan tindakan, 2 mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa
tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman, 3 member motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat.
c. Penghargaan
Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian,
kata-kata, senyuman, atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai peranan penting yaitu, 1 penghargaan mempunyai nilai mendidik,
2 penghargaan berfungsi motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial dan 3 penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang
disetujui secara social, dan tiadanya penghargaan melemahkan perilaku tersebut.
103
d. Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi yaitu 1 mempunyai nilai mendidik yang besar, 2 konsistensi
mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakuakn tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan 3 konsistensi membantu
perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai
motivasi yang lebih kuat dan komitmen untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
konsisten.
2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial