Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2. menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generelasisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5.
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah. Tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal apabila pembelajaran
dilaksanakan sesuai dengan kondisi siswa agar lebih mudah untuk dipahami dan dimaknai. Sayangnya, kegiatan pembelajaran matematika saat ini masih memiliki
kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Nurela 2013 bahwa terdapat kelemahan yang nyata dalam pembelajaran matematika hingga menjadi pekerjaan
rumah yang tidak pernah selesai, yaitu ketidakbermaknaan proses pembelajaran. De Lange Turmudi, 2010 mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika
seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan guru. Begitu pula dengan Silver Turmudi, 2010 yang mengemukakan bahwa pada umumnya
dalam pembelajaran matematika, para siswa menonton bagaimana gurunya mendemonstrasikan penyelesaian soal-soal matematika di papan tulis dan siswa
menyalin apa yang telah dituliskan oleh gurunya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran, siswa hanya sebatas menerima
informasi. Sementara itu, Suryadi 2010b menyatakan bahwa pembelajaran
matematika pada dasarnya berkaitan dengan tiga hal, yaitu guru, siswa, dan materi. Menurut Suryadi 2010b jika pembelajaran hanya didasarkan atas
pemahaman tekstual akan menghasilkan proses belajar matematika bersifat miskin makna dan konteks, serta proses belajar berorientasi hasil yang menyebabkan
siswa belajar secara pasif. Pembelajaran yang kurang bermakna juga dapat
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengakibatkan siswa memahami konsep-konsep matematika secara parsial, tidak terintegrasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Padahal
matematika adalah ilmu pengetahuan yang dibangun dari variasi topik yang terstruktur sehingga dalam proses pembelajarannya dilakukan secara berjenjang
bertahap yaitu dimulai dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar Nurela, 2013.
Salah satu konsep matematika yang dipelajari secara terintegrasi dan kontinu adalah konsep lingkaran. Konsep ini dipelajari siswa mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas, bahkan konsep ini pun dipelajari lebih mendalam di tingkat perguruan tinggi bagi mahasiswa yang
mengambil bidang Matematika. Konsep lingkaran merupakan salah satu aspek yang penting dan menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep lain. Konsep
garis singgung lingkaran merupakan bagian dari konsep lingkaran yang mulai dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. Untuk mempelajari konsep
garis singgung lingkaran, tentu diperlukan pemahaman mengenai konsep sebelumnya yang saling berkaitan dengan konsep garis singgung lingkaran, yaitu
konsep lingkaran dan sifat-sifatnya, konsep tentang garis, serta teorema Pythagoras. Apabila konsep tersebut tidak dipahami dengan baik, maka siswa
akan memahami konsep garis singgung lingkaran secara parsial. Fakta di lapangan mengenai suatu proses pembelajaran tentang konsep garis
singgung lingkaran terdapat dalam sebuah video pembelajaran matematika. Video pembelajaran ini dibuat dalam rangka kegiatan Lesson Study di salah satu Sekolah
Menengah Pertama di Sumedang yang menggambarkan seluruh aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Ternyata, dalam video tersebut proses
pembelajaran masih belum berjalan secara optimal. Guru meminta siswa menemukan rumus panjang garis singgung persekutuan luar dengan cara
membuat siswa menjadi beberapa kelompok dan memberi sebuah LKS Lembar Kerja Siswa sebagai panduan untuk dapat menemukan rumus tersebut. Meskipun
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
LKS dalam video tersebut tidak dapat terbaca jelas, namun kegiatan setiap kelompok menggambarkan instruksi dalam LKS tersebut. LKS tersebut meminta
siswa untuk menggambar dua buah lingkaran dari barang yang berbentuk lingkaran yang mereka bawa, kemudian dibuat garis singgungnya sesuai contoh
gambar yang terdapat dalam LKS dan akhirnya siswa diminta untuk menghitung panjang garis singgung lingkarannya.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS tersebut, guru meminta dua kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Berikut ini salah
satu hasil presentasi siswa.
Gambar 1.1 Hasil presentasi siswa di depan kelas
Berdasarkan gambar di atas terlihat jelas bahwa siswa hanya mencocokan kebenaran rumus yang ada dengan hasil pengukuran, bukan menjelaskan dari
�
� �
�
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mana asal rumus itu didapatkan. Begitu pula apa yang dikatakan siswa ketika presentasi, siswa hanya menyatakan bahwa rumus yang ia peroleh merupakan
rumus panjang garis singgung persekutuan luar, sehingga ketika ia diminta siswa lain untuk menjelaskan dari mana ia mendapatkan rumus tersebut, siswa yang
sedang presentasi tidak bisa menjawab apa-apa, bahkan ia mengatakan bahwa rumus itu diperolehnya dari LKS. Tetapi tidak disebutkan apakah ia
memperolehnya dari LKS yang diberikan guru atau dari LKS yang dibelinya dari sekolah. Peran guru ketika itu hanya sebatas meyakinkan siswanya bahwa rumus
tersebut benar, bukan membantu siswa yang sedang presentasi menjawab pertanyaan dari temannya itu. Ini berarti siswa masih berperan sebatas konsumen
suatu formula bukan berperan sebagai seorang produsen yang menemukan formula secara mandiri. Akibatnya proses berpikir siswa dalam membangun
pemahaman terhadap konsep tidak optimal dan siswa masih mempelajari konsep garis singgung lingkaran secara parsial.
Selain pemahaman yang masih parsial mengenai konsep garis singgung lingkaran, akibat lain yang dapat ditimbulkan dari proses pembelajaran yang
demikian yaitu tingkat penguasaan siswa terhadap konsep garis singgung lingkaran yang faktanya masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
learning obstacle hambatan belajar yang dialami siswa. Seperti yang ditemukan oleh Nurela 2013 bahwa learning obstacle terkait konsep garis singgung
lingkaran dibagi menjadi empat tipe, yaitu learning obstacle terkait konsep garis singgung lingkaran dan materi prasyarat, learning obstacle terkait dengan konteks
variasi informasi yang tersedia, learning obstacle terkait dengan konsep garis singgung lingkaran dengan konsep matematika yang lain, dan leraning obstacle
terkait dalam meyelesaikan soal pemecahan masalah. Selain dari kondisi pembelajaran, learning obstacle yang dialami siswa
dapat saja terjadi akibat dari penggunaan bahan ajar yang tidak cocok dengan karakteristik siswa itu sendiri. Bahan ajar yang saat ini secara umum digunakan
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
guru cenderung sama rata, sedangkan kemampuan siswa tidak merata. Kondisi ini tentu bertentangan dengan hak siswa dalam memperoleh pendidikan seoptimal
mungkin dan disinilah tugas guru untuk melayani hak siswa tersebut. Penggunaan suatu bahan ajar tentu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran yang telah
dirancang guru. Suratno dan Suryadi 2013 menyatakan bahwa dalam perencanaan pembelajaran, kebanyakan guru kurang mempetimbangkan
keragaman respon siswa atas situasi didaktis pola hubungan siswa-materi melalui bantuan sajian guru yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis
berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintasan belajar learning trajectory masing-masing siswa. Dalam hal ini, setiap siswa
memiliki pola atau alur berpikir tertentu dalam merespon sajian materi. Dalam penyusunan suatu rancangan pembelajaran, guru harus melakukan
repersonalisasi dan rekontekstualisasi terlebih dahulu untuk mengkaji konsep matematika lebih mendalam dilihat dari keterkaitan konsep dan konteks.
Repersonalisasi adalah melakukan matematisasi seperti yang dilakukan matematikawan, jika konsep itu dihubungkan dengan konsep sebelum dan
sesudahnya. Dengan demikian, sebelum melakukan pembelajaran seorang guru perlu mengkaji konsep matematika lebih mendalam dilihat dari keterkaitan
konsep dan konteks. Berbagai pengalaman yang diperoleh dari proses tersebut akan menjadi bahan berharga bagi guru pada saat guru berusaha mengatasi
kesulitan yang dialami siswa dan terkadang kesulitan tersebut sama persis dengan proses yang pernah dialaminya pada saat melakukan repersonalisasi Suryadi,
2010b. Rancangan pembelajaran yang disusun guru merupakan suatu desain
didaktis. Desain didaktis merupakan suatu rancangan bahan ajar yang dapat mendidik dan membelajarkan siswa yang disusun berdasarkan penelitian
mengenai learning obstacle suatu materi dalam pembelajaran matematika. Learning obstacle memiliki kaitan yang erat dengan learning trajectory, sehingga
Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam penyusunan desain didaktis guru juga perlu memiliki pertimbangan dari aspek learning trajectory. Learning trajectory merupakan alur belajar anak untuk
mencapai tujuan tertentu atau suatu kemampuan tertentu yang difasilitasi melalui serangkaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kemampuannya.
Desain didaktis yang disusun berdasarkan learning obstacle dan learning trajectory dapat memunculkan alternatif penyajian materi yang dapat digunakan
guru sesuai dengan kebutuhan siswa dan dirancang dengan penuh mempertimbangkan proses-proses berpikir siswa dalam memahami konsep
matematika. Melalui suatu desain didaktis yang berorientasi pada penelitian mengenai learning obstacle dan learning trajectory konsep garis singgung
lingkaran, diharapkan siswa mampu memahami konsep secara terintergasi tidak parsial lagi sehingga tidak lagi menemui hambatan-hambatan yang berarti pada
saat proses pemahaman konsepnya. Selain itu, guru dapat lebih memahami kebutuhan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya dalam matematika, sehingga
dalam proses pembelajaran guru dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Desain Didaktis Konsep Garis Singgung
Lingkaran pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle dan Learning Trajectory
”.