Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

commit to user Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antar berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah. Untuk menghitung ketimpangan regional digunakan indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil Kuncoro , 2004.

5. Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

Penelitian mengenai ketimpangan pendapatan untuk tingkat nasional pernah dilakukan oleh Uppal dan Handoko 1986 dalam Hendra 2004 dengan menggunakan formulasi Williamsons CVw untuk tahun 1976-1980. Uppal dan Handoko mengukur ketimpangan pendapatan di Indonesia dengan menggunakan PDRB di luar sektor pertambangan. Mereka menyimpulkan bahwa terdapat tendensi menurunnya tingkat ketimpangan pendapatan, pola pertumbuhan yang belum mengarah pada perbaikan ketimpangan dan faktor yang cenderung menurunkan commit to user ketimpangan dan faktor yang cenderung dapat menurunkan ketimpangan adalah anggaran belanja pemerintah pusat dan bantuan terhadap propinsi. Ardani 1996;1992 Dalam penelitiannya, Ardani telah menganalisis ketimpangan pendapatan dan konsumsi antar daerah dengan menggunakan indeks Williamson dari tahun 1968 hingga 1993 dan tahun 1983 hingga 1993. Kesimpulannya mendukung hipotesis Williamson 1950 bahwa pada tahap awal pembangunan ekonomi terdapat kesenjagan kemakmuran antar daerah, namun semakin maju pembangunan ekonomi ketimpangan semakin menyempit Kuncoro, 2000: 119. Syafrizal 1997 melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional wilayah Indonesia bagian barat dengan menggunakan alat analisis Indeks Williamson. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum angka ketimpangan regional untuk wilayah Indonesia bagian barat ternyata lebih rendah dibandingkan dengan angka ketimpangan untuk Indonesia secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan pemerataan pembangunan antar wilayah di Indonesia bagian barat secara relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi rata- rata di seluruh Indonesia. Sutarno Mudrajat Kuncoro 2003 melakukan penelitian tentang Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Banyumas, 1993-2000. Alat analisis yang digunakan adalah Indeks Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil. Dari penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan ketimpangan, baik dianalisis dengan Indeks Williamson maupun Indeks Ketimpangan Entropi Theil. commit to user Ketimpangan ini terjadi salah satunya diakibatkan konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial. Hendra 2004 melakukan penelitian tentang peranan sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah di Propinsi Lampung. Dengan menggunakan Indeks Williamson, Hendra menganalisis ketimpangan daerah Lampung pada tahun 1995-2001. Untuk melihat peranan sektor pertanian, dia membandingkan besarnya ketimpangan pendapatan daerah dengan dan tanpa memasukkan PDRB sektor pertanian dalam perhitungan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketimpangan semakin meningkat jika sektor pertanian dikeluarkan dari perhitungan. Hendra juga melakukan analisis korelasi, sehingga didapat hubungan negatif yang kuat antara kontribusi pertanian dan Indeks Ketimpangan, yang berarti peningkatan produktivitas pertanian akan menurunkan ketimpangan pendapatan yang terjadi. Wuled Basuki Yuwono 2004 Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Studi Kasus Di Kota Surakarta”, telah disimpulkan bahwa pada tahun 1993 sektor pertambangan dan penggalian terkonsentrasi di kecamatan Banjarsari. Sedangkan pada tahun 2002, tidak satupun sektor usaha yang terkonsentrasi pada salah satu kecamatan. Pertumbuhan dengan pola mengutup ditunjukkan oleh sektor industri, listrik, bangunan, perdagangan dan angkutan. Sedangkan sektor yang tumbuh dengan pola menyebar adalah sektor pertanian, pertambangan, keuangan dan jasa. Pada periode yang sama, tidak ada satu sektor usaha commit to user pun yang tersepesialisasi pada salah satu kecamatan. Hasil perhitungan indeks Williamson menunjukkan bahwa kota Surkarta selam tahun 1991- 2002 berada pada tingkat ketimpangan yang rendah akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan dari analisis regresi memperlihatkan bahwa pada taraf 5 pertumbuhan ekonomi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks Williamson kota Surakarta, rasio pengeluaran pembangunan terhadap pengeluaran pemerintah derah berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan. Dan kontribusi sektor pajak terhadap pendapatan asli daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan Yuwono, 2004. Budiantoro Hartono 2008 melakukan penelitian ketimpangan pembangunan ekonomi di provinsi Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah Indeks Williamson dengan alat ukur pendapatan perkapita. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung dengan menggunakan indeks Williamson selama periode 1981- 2005 menunjukkan ketimpangan semakin melebar. Refa Wisha 2009 melakukan penelitian tentang ketimpangan pendapatan antar pulau di Indonesia dengan menggunakan formulasi Williamson. Hasil yang diperolehnya menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan antar pulau yang terjadi di Indonesia terbagi dalam enam pulau tergolong dalam taraf ketimpangan yang rendah dengan nilai indeks ketimpangan antara 0,210 sampai 0,261, yang berarti masih berada di bawah 0,35 sebagai batas taraf ketimpangan rendah. Kemudian untuk commit to user ketimpangan pendapatan yang terjadi di dalam setiap pulau yang terdiri dari propinsi-propinsi berada pada taraf ketimpangan yang tinggi untuk Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Irian yaitu antara 0,521 sampai 0,996, pada Pulau Sulawesi taraf ketimpangannya rendah yaitu antara 0,050-0,109, sedangkan untuk Pulau Bali taraf ketimpangannya sedang yaitu antara 0,379-0,498.

B. Kerangka Pemikirin Teoritis 1. Teori Pertumbuhan