commit to user
3. Perubahan Struktur Ekonomi
Menurut Kuznet dalam Todaro 2006 perubahan struktur ekonomi atau transformasi struktural ditandai dengan adanya perubahan persentase
sumbangan berbagai sektor-sektor dalam pembangunan ekonomi, yang disebabkan intensitas kegiatan manusia dan perubahan teknologi.
Perubahan struktur yang fundamental harus meliputi transformasi ekonomi bersamaan dengan transformasi sosial.
Salah satu Teori Perubahan Struktur Perekonomian dikembangkan oleh Chenery dan Taylor 1975 dalam Sukirno, memperlihatkan corak
perubahan struktur ekonomi menggunakan data di berbagai Negara dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisisnya yang terpenting adalah bahwa
dalam proses perubahan struktur perekonomian ada hubungan antara besarnya pendapatan per kapita dengan presentase sumbangan berbagai
sektor ekonomi pada produksi nasional. Dengan demikian analisis tersebut dapat digunakan untuk membuat ramalan mengenai peranan berbagai
sektor pada berbagai tingkat pembangunan ekonomi, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan sumber-sumber daya
ke berbagai sektor ekonomi Sukirno, 1995. Pemahaman tentang perubahan struktur perekonomian
memerlukan pemahaman konsep-konsep sektor primer, sekunder dan tersier serta perbedaannya. Perubahan struktur yang terjadi dapat meliputi
proses perubahan ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat.
commit to user
4. Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Regional
Sjafrizal 2008 Ketimpangan pembangunan ekonomi regional merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu
daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi demografi yang
terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan
ekonomi juga menjadi berbeda. Oleh sebab itulah, tidak mengherankan bilamana pada setiap negaradaerah biasanya terdapat wilayah maju dan
wilayah terbelakang. Berdasarkan trend dalam distribusi pendapatan, ketimpangan
pendapatan ini bisa dikelompokkan menjadi 4 empat kelompok yaitu Mudrajad Kuncoro, 2000: 118-124 :
a. Ketimpangan Kota dan Desa Ketimpangan kota dan desa yaitu ketimpangan distribusi pendapatan
masyarakat di kota dan di desa. b. Ketimpangan Regional
Ketimpangan regional yaitu ketimpangan distribusi pendapatan antar
wilayah atau daerah.
c. Ketimpangan Interpersonal Ketimpangan interpersonal yaitu ketimpangan distribusi pendapatan
masing-masing individu personal.
commit to user
d. Ketimpangan Antar Kelompok Sosial Ekonomi Ketimpangan antar kelompok sosial ekonomi yaitu ketimpangan
distribusi pendapatan dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin besar penghasilan yang
diperoleh. Ada beberapa indikator yang bisa digunakan dalam menganalisis
ketimpangan pembangunan daerah yaitu Tambunan, 2001: 180-190: a. Distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB
Distribusi PDRB antar daerah antar kabupaten dan kota atau antar propinsi bisa menganalisis ketimpangan ekonomi dengan
menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil.
b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Penegeluaran konsumsi rumah tangga perrkapita juga
merupakan salah satu alat ukur untuk melihat perbedaan tingkat pembangunan ekonomi. Secara hipotesis dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi pendapatan perkapita di suatu derah maka semakin tinggi pengeluaran konsumsi perkapitanya. Tapi ada asumsi yang
harus dipenuhi yaitu pertama, saving behavior dari masyarakat tidak berubah rasio tabungan terhadap PDRB tetap tidak berubah dan
kedua, pangsa kredit didalam pengeluaran konsumsi rumah tangga juga harus konstan. Apabila kedua asumsi tersebut tidak terpenuhi
maka tinggi rendahnya pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak mencerminkan tinggi rendahnya tingkat pendapatan perkapita di
daerah tersebut.
commit to user
c. Indeks Pembangunan Manusia IPM Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human
Development Indeks HDI juga bisa digunakan sebagai salah satu indikator sosial untuk mengukur tingkat ketimpangan pembangunan
antar daerah. Secara hipotesis dapat dikatakan semakin baik pembangunan di suatu wilayah maka semakin tinggi IPM daerah
tersebut.
IPM ini diukur berdasarkan 3 tiga tujuan atau produk pembangunan. Ketiga alat ukur itu yaitu : 1. Panjang usia yang diukur
dengan tingkat harapan hidup. 2. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca
diberi bobot dua pertiga dan rata-rata tingkat sekolah diberi bobot sepertiga. Dan 3. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan
perkapita riil yang telah disesuaikan. Nilai IPM dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Negara dengan pembangunan manusia rendah,
nilai IPM berkisar antara 0,0 hingga 0,50. 2. Negara dengan pembangunan manusia yang menengah, nilai IPM-nya berkisar antara
0,51 hingga 0,79. Dan 3. Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi, nilai IPM-nya berkisar antara 0,8 hingga 1,0 Mudrajad
Kuncoro, 2000: 27.
commit to user
d. Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB Kontribusi sektoral dalam pembentukan PDRB juga dapat
melihat perbedaan tingkat pembangunan daerah. Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan sektor ekonomi yang
memiliki nilai tambah tinggi seperti industri manufaktur terhadap pertumbuhan PDRB maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi
di daerah tersebut.
e. Struktur Fiskal Struktur fiskal juga bisa digunakan untuk melihat
ketimpangan ekonomi regional. Secara teori, daerah yang tingkat pembangunannya tinggi biasanya dilihat dari tingkat pendapatan riil
perkapita yang tinggi dan penerimaan pemerintah daerah Pendapatan Asli Daerah yang juga tinggi. Sehingga semakin besar kontribusi
Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan pemerintah daerah maka
struktur fiskal daerah tersebut semakin naik.
f. Tingkat Kemiskinan Presentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
juga dapat digunakan sebagai indikator mengenai ketimpangan ekonomi regional. Ada korelasi positif antara kepadatan penduduk
dengan tingkat kemiskinan, dimana semakin tinggi jumlah penduduk per
atau per hektar maka semakin sempit ladang untuk bertani atau membangun pabrik, yang berarti semakin kecil kesempatan kerja
dan sumber pendapatan sehingga semakin besar presentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Mudrajad Kuncoro,
commit to user
2000: 103 penentuan garis kemiskinan didasarkan pada konsumsi yang terdiri dari dua elemen, yaitu : 1. Pengeluaran yang diperlukan
untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya dan 2. Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi yang
mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari- hari.
Kemudian faktor-faktor penyebab utama terjadinya ketimpangan ekonomi antar daerah di Indonesia adalah sebagai berikut Tambunan,
2001: 190: a. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Ketimpangan pembangunan antar daerah dapat terjadi apabila terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu.
Karena daerah yang konsentrasi ekonominya tinggi maka pertumbuhan ekonominya cenderung pesat. Sedangkan daerah yang tingkat
konsentrasi ekonominya rendah maka tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonominya cenderung rendah. Salah satu faktor yang
membuat suatu daerah mempunyai tingkat konsentrasi tinggi adalah adanya industri manufaktur. Dibandingkan sektor-sektor lainnya,
industri manufaktur merupakan sektor ekonomi yang potensial sangat produktif, dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB atau
PDRB. Sektor industri manufaktur yang berkembang baik di suatu wilayah secara alamiah akan memberikan efek positif terhadap
kegiatan-kegiatan ekonomi di sektor-sektor lain di wilayah tersebut
commit to user
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan asumsi tidak ada distorsi-distorsi terhadap economic linkages antar sektor.
b. Alokasi Investasi Ketimpangan pembangunan antar daerah juga bisa terjadi
karena adanya perbedaan distribusi investasi langsung antar daerah, baik itu Penanaman Modal Asing PMA maupun Penanaman Modal
Dalam Negeri PMDN. Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dari Harrod-Domar yang menerangkan bahwa ada korelasi positif antara
tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan apabila suatu daerah kekurangan investasi maka pertumbuhan ekonomi
dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut akan rendah karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif seperti
industri manufaktur. c. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah Antar Daerah.
Ketimpangan pembangunan antar daerah juga bisa terjadi karena kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja
dan modal antar daerah. Hubungan antara mobilitas faktor produksi dan perbedaan tingkat pembangunan atau pertumbuhan antar daerah
dapat dijelaskan dengan pendekatan analisis mekanisme pasar output dan pasar input, yaitu perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar
daerah akan membuat perbedaan tingkat pendapatan perkapita. Tapi apabila perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan
maka pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua daerah akan lebih baik.
commit to user
d. Perbedaan Sumber Daya Alam Ketimpangan antar daerah juga bisa terjadi karena perbedaan
sumber daya alam. Dasar pemikiran ‘klasik’ mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan
lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Pada tingkat tertentu , anggapan ini
bisa dibenarkan, tapi pada tahap selanjutnya harus diperlukan faktor- faktor lain agar bisa berkembang terus. Faktor-faktor itu antara lain
penguasaan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia. Dengan memiliki kedua faktor tersebut suatu negara bisa lebih maju dan
makmur meskipun miskin sumber daya alam. Hal ini ditunjukkan oleh negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan
Singapura. e. Perbedaan Kondisi Demografis Antar Wilayah
Ketimpangan pembngunan antar daerah juga bisa terjadi karena adanya perbedaan kondisi demografis antar daerah yaitu, dalam
hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja. Faktor-
faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan ekonomi melalui sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk
yang besar merupakan potensi bagi pertumbuhan pasar sekaligus sebagai pendorong bagi pertumbbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi
commit to user
penawaran, jumlah penduduk yang besar denga pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi dan etos kerja yang tinggi
merupakan asset penting bagi produksi. f. Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Daerah
Ketimpangan pembangunan antar daerah juga bisa terjadi karena kurang lancarnya perdagangan antar daerah. Tidak lancarnya
perdagangan antar daerah ini biasanya disebabkan oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi. Sedangkan barang yang diperdagangkan
antar daerah meliputi barang jadi, barang modal, input perantara, bahan baku serta material-material lainnya untuk produksi barang dan
jasa. Sehingga dengan tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah tersebut akan mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisis permintaan, kelangkaan akan barang dan jasa untuk konsumen
akan mempengaruhi permintaan pasar terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi lokal yang sifatnya komplementer dengan barang dan jasa
tersebut. Misalnya: pembelian motir yang diimpor dari daerah lain akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap helm yang
diproduksi lokal. Sedangkan sisi penawaran, sulitnya mendapatkan barang modal, input perantara, bahan baku atau material lainnya dapat
menyebabkan kelumpuhan kegiatan ekonomi di suatu daerah.
commit to user
Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu,
aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan
dalam perkembangan ekonomi antar berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita
antar daerah. Untuk menghitung ketimpangan regional digunakan indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil
Kuncoro , 2004.
5. Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu