Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN JAKARTA TIMUR

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta

Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya dapat dikatakan tidak begitu memadai. Dalam pendidikan pesantren, selain mutu intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri harus memiliki sikap-sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ihlas beramal, dan sikap mementingkan kebersamaan. Boleh disebut begitu berdirinya Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta. Bermula, sejumlah calon tenaga kerja Indonesia TKI asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat berniat ke Saudi Arabia untuk mencari pekerjaan. Tapi, mereka ditipu oleh oknum PJTKI yang mengurusnya sehingga mereka terdampar di Jakarta. Mereka sebagian besar tinggal di daerah Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Mereka ditampung penduduk setempat yang umumnya penduduk asli, Betawi, yang sangat fanatik pada agama Islam. Mereka adalah alumnus-alumnus Pondok Pesantren Darun Nahdlatain, pesantren yang bernaung di bawah organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1935. Pondok ini didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang juga pendiri Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di pemukiman baru ini mereka mengajar mengaji Alquran dari rumah ke 34 rumah dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu. Mereka mendapat sambutan dan dukungan penduduk setempat. Mereka bersama-sama membina kegiatan keagamaan ini. Kegiatan ini berkembang menjadi sebuah majelis taklim dengan peserta tidak kurang dari 200 orang lebih. Melihat perkembangan pengajian yang sangat pesat, muncul gagasan atau inisiatif menghimpun dana untuk membeli sepetak tanah seluas 200 meter persegi. Itu terjadi sekitar tahun 1979. Pada awalnya, hingga beberapa waktu lamanya, pengajian anak-anak dan majelis taklim itu belum bernama. Ustadz Suhaidi menjelaskan, di pengajian ibu-ibu masyarakat waktu itu menuntut pengajian diberi nama. Daripada dinamakan dengan sembarang nama, kita namakan saja Nahdlatul Wathan. Karena kita lahir dari Nahdlatul Wathan dan untuk Nahdlatul Wathan. Tidak terbayang waktu itu, adanya lembaga-lembaga pesantren seperti sekarang ini. Jangankan punya lembaga, punya tanah pun tidak pernah terbayang. Di sinilah titik awal penanaman Nahdlatul Wathan itu dimulai, dan kegiatan-kegiatanya mulai terorganisir. Perkembangan ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain: 1 Kedatangan pelajar-pelajar dari Pulau Lombok yang hendak melanjutkan studi di Jakarta. Mereka turut berpartisipasi mendukung kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. 2 Dukungan masyarakat yang semakin nyata, khususnya membantu secara finansial dan menyerahkan putra-putrinya untuk belajar mengaji. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memformalisasikan kegiatan menjadi sebuah lembaga pembinaan keberagamaan yang resmi, Pengurus Besar Nahdlatul Wathan memberikan Surat Keputusan tentang Pengesahan 35 Pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul Wathan Pisangan, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. pada 4 Juni 1987. Tanggal 4 juni 1987 bertepatan dengan tanggal 6 Syawl 1407 H tentang pengesahan pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul Wathan Pisangan I Rw. 03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur. Berselang hampir dua tahun dari dikeluarkanya SK tentang Majelis Taklim di atas, para pendirinya berhasil memperluas areal pesantren dan bermaksud untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an dan Taman Kanak-Kanak. Melihat perkembangan ini kemudian Pengurus Besar Nahdlatul Wathan mengeluarkan Surat Keputusan nomor 15KptPBNW1988 tanggal 1 Desember 1988 tentang Pembentukan Pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan DKI Jakarta yang memberikan legalitas formalnya sebagai sebagai perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta. Saat ini Pondok Pesantren NW Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4200 meter persegi berstatus tanah wakaf. Dan Panti Asuhan. Keseluruhan lembaga- lembaga pendidikan NW tersebut memiliki santrisiswajemaahanggota sekitar 9.050 orang. Jumlah terbesar adalah anggota jemaah wiridthariqah sebanyak sekitar 5.000 orang dan majelis taklim yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, dan kaum renaja sekitar 3.000 orang. Jumlah santrisiswa sekitar 1.000 anak. Dalam operasionalnya, Ponpes NW didukung 163 orang Sumber Daya Manusia SDM. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar pondok pesantren membuka klinik praktik dokter. 36 Kegiatan-kegiatan Santri. Kegiatan pagi pengajian dilakukan seusai salat subuh. Bertujuan membekali santri dengan pengetahuan agama yang cukup sehingga mereka mampu memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar sesuai dengan tuntutan Alquran dan al-hadis. Pengajian tersebut meliputi pengajian Alquran dan tajwid, al-hadis, tauhid, figh, akhlak, dan ke-NW- an. Tafsir Alquran dan menghafal Alquran. Kegiatan sore pengajian Alquran untuk santri Taman Pendidikan Alquran. Dan pendalaman materi untuk anak-anak asuh Panti Asuhan dan asrama Putra. Kegiatan malam pengajian Alquran untuk santri Taman Pendidikan Alquran. Pengajian majelis taklim kaum bapak dan ibu. Dan belajar kolektif anak-anak Panti Asuhan dan asrama Putra. Pondok Pesantren NW tidak memiliki santri mukim Putri. Kegiatan mingguan belajar otomotif bagi siswa SMA. Ini merupakan pelajaran wajib bagi santrisiswa SMA selain komputer. Belajar komputer bagi santri SMP. Pelatihan paskibra bagi siswa SMP dan SMA. Dan latihan muhadlarah bagi anak asuh Panti Asuhan dan asrama Putra. Membaca Hizb NW untuk seluruh santri dan jemaah. Latihan kesenian Islam untuk semua santri seperti: seni musikal salawat, marawis, seni baca Alquran. Dan seni baca barzanji. Kegiatan bulanan wirid Thariqah NW dan pengajian umum diikuti seluruh santri dan jemaah. Kegiatan tahunan di antaranya: halal bihahal, penyerahan santri di pondok, pelepasan santri usai pendidikan, haul pendiri NW, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Ustadz Drs. Badri HS, Kepala SMP NW menjelaskan tiap Loketa lomba keterampilan agama para santri selalu meraih piala. 37 Diantaranya: Tahfiz Alquran putra tingkat DKI; MTQ putra tingkat DKI; Tilawah Al-Qur’an putra tingkat DKI;. Bahkan, pernah meraih Juara Umum. Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Penggilingan juga membuka pesantren di daerah Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat. Pesantren ini melakukan kegiatan pertanian dan keterampilan. Usaha pertanian berupa menanam pisang, kangkung, dan jagung. Buah pisang di olah santri menjadi keripik pisang dan diberi nama Al Abror. Dalam sehari dapat menghasilkan 35 kg keripik. Keripik pisang ini dipasarkan di Jakarta dan Bekasi. Masyarakat di sana, ungkap Ustadz Suhaidi, sebagian besar masih sangat sulit diajak melakukan ibadah. Mereka kurang senang mendengarkan ceramah agama. Tapi, kegiatan majelis taklim terus kami laksanakan sekalipun masih pada tingkat melakukan zikir dan ratib. Jamaah kami sudah meliputi 5 desa. Kami telah membuka TPA dan Panti Asuhan. Jadi, kami memang harus terus menerus melakukan pembinaan dan sedikit demi sedikit perkembangannya. Masyarakat di sana sangat lemah perekonomiannya. Kami datang ke sana membawa beras atau kebutuhan makanan lain yang mereka butuhkan. Identitas Pesantren Nama : Pondok Pesantren Nahdaltul Wathan Alamat : Jl. Raya Penggilingan, Pisangan Rt. 001 Rw. 03 Provinsi : DKI Jakarta Kabupaten : Jakarta Timur 38 Kecamatan : Cakung Kelurahan : Penggilingan Telepon : [021] 4612928, 46820788 Fax : [021] 46820788 Terdaftar : Nomor : 04. 50603.0790 Akte Notaris : Yuliana Sianipar, SH. MKn. No. 01, 5 juni 2007

B. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren