Penggunaan AAS tanpa indikasi yang jelas dapat memberikan efek samping yang buruk pada sistem reproduksi dan endokrin hormonal pria. Penggunaan
AAS dapat menekan sekresi hormon testosteron endogen melalui mekanisme umpan balik negatif negative feedback mechanism di aksis hipotalamus hipofisis
testiskular, luteinizing hormone LH dan follicle stimulating hormone FSH. Gangguan pada sekresi hormon testosteron endogen, LH dan FSH dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, dan infertilitas azoospermia dan oligozoospermia dan penurunan ukuran testis atau atrofi testis Wongkar, 2014.
Dalam praktik klinik kedokteran AAS digunakan untuk mengatasi masalah - masalah
kesehatan seperti
hipogonadisme, impotensi,
keterlambatan pertumbuhan, penyakit katabolik yang disebabkan berbagai jenis kanker dan
infeksi HIV, osteoporosis, berbagai jenis anemia, penyembuhan luka bakar, dan gagal ginjal Andiana, 2012.
2.3 Aktivitas Fisik Sedang
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh oleh otot skeletal yang apabila dilakukan secara teratur dengan intensitas sedang memiliki dampak yang baik untuk
kesehatan tubuh kita WHO, 2014. Selain itu, olahraga dengan intensitas sedang dapat meminimalkan produksi radikal bebas berlebihan serta meningkatkan
jumlah antioksidan endogen. Aktivitas fisik seperti olahraga meningkatkan pengeluaran energi, dengan memperhatikan frekuensi 3-4 kali seminggu,
intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal 220-umur, tipe jenis olahraga seperti berenang, sepeda statis dan sebagainya dan time 15 menit
pemanasan, 30-60 menit kombinasi latihan aerobik dan otot, 10 menit pendinginan. Tujuan dari prinsip FITT Frequency, Intensity, Type, Time adalah
untuk mencapai efek pelatihan yang optimal Pangkahila, 2007; Pangkahila dan
Milas, 2015.
Aktivitas fisik yang sesuai dengan gaya hidup sehat hanya dilakukan oleh 9,1 manusia di dunia, sedangkan sisanya melakukan aktivitas fisik yang tidak
sesuai dengan kaidah ilmiah. Suatu aktivitas fisik yang kurang maupun kelebihan akan menyebabkan pengeluaran hormon yang tidak seimbang sehingga
ketidakseimbangan inilah yang akan menyebabkan seseorang mengalami kerusakan sel Pangkahila, 2011.
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi Sharkey, 2003:
1. Growth hormone: dihasilkan oleh kelenjar pituitari pada otak. Growth
hormone merangsang otot, kekuatan tulang, tendon, ligamen dan tulang rawan, serta mengurangi kadar lemak dalam tubuh dan mempertahankan
kadar normal glukosa darah. 2.
Endorfin: ketika kita melakukan aktivitas fisik lebih dari 30 menit, maka kadar endorfin darah meningkat, di mana fungsi endorfin adalah untuk
memblok rasa sakit, menurunkan nafsu makan, mengurangi tekanan dan rasa cemas.
3. Testosteron: kadar testosteron meningkat setelah berolahraga selama 20
menit, berperan untuk mempertahankan kekuatan otot, menurunkan kadar lemak dalam tubuh.
4. Estrogen: kadar estrogen meningkat setelah aktivitas fisik selama 1-4 jam,
berfungsi sebagai
sumber energi
dengan memecahkan
lemak, meningkatkan metabolisme dan libido.
5. Tiroksin T4: berperan untuk meningkatkan metabolisme, serta
menurunkan berat badan. 6.
Epinefrin: merangsang pemecahan glikogen pada hati dan otot yang aktif, merangsang pemecahan lemak, serta berperan sebagai sumber energi.
7. Insulin adrenalin: berperan dalam mengatur kadar gula darah, lemak,
protein. Insulin sering disebut sebagai hormon lemak karena konsumsi gula sederhana meningkatkan insulin yang menyebabkan peningkatan
kadar lemak. Kadar insulin menurun setelah aktivitas fisik selama 10-70 menit.
8. Glukagon: kadar glukagon meningkat setelah aktivitas fisik selama 30
menit, di mana kadar gula darah mulai menurun. Glukagon disekresi ketika kadar gula darah rendah serta berperan untuk meningkatkan kadar
gula darah hingga mencapai normal. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa aktivitas fisik secara
teratur yaitu berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu, dilakukan minimal 30 menit setiap kali latihan, dan selama 12 minggu akan dapat menurunkan berat
badan. Kegiatan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, diantaranya Cadroy et al., 2002:
1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang
ditandai dengan: denyut nadi istirahat menurun, penumpukan asam laktat
berkurang, meningkatkan pembuluh darah kolateral, meningkatkan HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis.
2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang pada anak, pada orang
dewasa menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut.
3. Meningkatkan kelenturan fleksibilitas pada tubuh sehingga dapat
mengurangi cedera. 4.
Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal.
5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit, seperti tekanan darah
tinggi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, infeksi meningkatkan sistem imunitas.
6. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon
terhadap jaringan tubuh. Aktivitas fisik dibagi menjadi 4 kategori yaitu Ranggadwipa dan Murbawani,
2014: 1
Inaktif Tidak ada aktivitas lain selain aktivitas dasar. Pada tingkat aktivitas ini dapat
menjadikan seseorang tidak sehat. Yang dimaksud aktivitas dasar yaitu aktivitas kecil seperti sehari hari seperti berdiri dan berjalan pelan.
2 Aktivitas ringan
Ada aktivitas selain aktivitas dasar tetapi intensitas aktivitas dibawah 150 menit perminggunya
3 Aktivitas sedang
Melakukan aktivitas lain selain aktivitas dasar. Aktivitas tersebut antara dilakukan 150-300 menit per minggunya.
4 Aktivitas berat
Aktivitas fisik yang dilakukan lebih dari 300 menit per minggunya. Pengukuran aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara mengukur banyaknya
energi yang dikeluarkan untuk aktivitas setiap menitnya. Metode IPAQ memiliki kelebihan yaitu memiliki ketelitian yang tinggi dan juga mudah di gunakan
khususnya pada responden dewasa. Sebagai standar yang dipakai adalah banyaknya energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan istirahat duduk yang
dinyatakan dalam satuan METs Metabolic Equivalent Task. Satu METs diartikan sebagai energi yang dikeluarkan per menitkg BB orang dewasa 1
METs = 1.2 kkalmenit. IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik dengan rumus: METsminggu = METs Level jenis aktivitas X Jumlah menit aktivitas X Jumlah
hariminggu. Kategori aktivitas fisik menurut IPAQ adalah total energi yang dikeluarkan dalam aktivitas fisik dalam satu minggu 7 hari terakhir, dikatakan
aktivitas ringan jika kurang dari 600 METsminggu, aktivitas sedang jika sebesar antara 600
–1500 METsminggu, sedangkan aktivitas berat jika lebih dari 1500 METsminggu IPAQ group, 2002; Harvard Publication Health, 2009.
Aktivitas fisik dapat merangsang peningkatan level testosteron pada tikus jantan, berkaitan dengan peningkatan asam laktat dalam darah, seperti pada
latihan kekuatan strength training menyebabkan terjadinya hipertrofi otot dimana produksi laktat yang tinggi menunjukkan adanya hubungan yang kuat
antara mekanisme peningkatan level testosteron dan stimulasi laktat pada testis. Mekanisme lain melalui peningkatan aktivitas simpatis sebagai respon terhadap
latihan, terjadinya vasodilatasi dan aliran darah yang meningkat berkaitan dengan lepasnya nitric oxide yang mengakibatkan peningkatan sekresi hormon Cadore
dan Kruel, 2012. Aktivitas fisik dapat meningkatkan testosteron sehingga androgen reseptor
juga meningkat, Jumlah androgen reseptor yang meningkat ARs menyebabkan peningkatan sensibilitas reseptor terhadap hormon sehingga efek testosteron pada
sel target juga meningkat Cadore dan Kruel, 2012. Aktivitas fisik yang dilakukan secara berlebihan overtraining volume dan
intensitas latihan yang tinggi, dapat menurunkan testosteron melalui inhibisi langsung oleh karena efek cortisol yang tinggi pada testis Cadore dan Kruel,
2012. Aizawa et al 2008 melakukan penelitian pada tikus jantan usia 10 minggu
dengan latihan treadmill lari, 30mmin selama 30 menit menunjukkan terjadinya peningkatan ekspresi enzim yang berkaitan dengan steroidogenesis diantaranya
enzim 17 β-HSD, 3β-HSD dan P450arom pada otot skeletal setelah latihan.
Hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen memegang peranan penting dalam pembentukan kekuatan dan masa otot skeletal dimana otot skeletal
dikatakan dapat mensintesis hormon seks steroid.
2.4 Protein Whey