Gambar 2.1 Biosynthesis Hormon Seks Steroid Tsutsui et al., 2010.
2.2.1. Testosteron
Testosteron merupakan hormon seks pria yang paling penting dengan berat molekul 288,41 Dalton. Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial Leydig di
dalam testis. Testis mensekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara bersamaan disebut dengan androgen, termasuk testosteron, dihidrotestosteron, dan
androstenedion. Testosteron mempunyai peranan pada banyak organ tubuh selain sistem seksual dan reproduksi, yaitu pada otak, tulang, otot, lemak, sistem
hematopoiesis dan sistem imun. Hormon androgen tidak hanya diproduksi oleh pria, melainkan juga oleh perempuan. Pada pria, lebih 95 hormon androgen
diproduksi di dalam testis oleh sel Leydig dan sisanya diproduksi oleh cortex adrenalis. Pada perempuan, androgen diproduksi oleh ovarium 25, kelenjar
adrenalis 25 dan konversi perifer 50 dari prehormon androstenedione dan precursor dehydroepiandrostenedione DHEA. Androstenedione diproduksi di
dalam ovarium 50 sedangkan DHEA diproduksi hampir seluruhnya di kelenjar adrenalis 90-95. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lain sehingga
dapat dianggap sebagai hormon testikular terpenting, walaupun sebagian besar testosteron diubah menjadi hormon dihidrotestosteron yang lebih aktif pada
jaringan target. Nilai rujukan normal testosteron total adalah 300-1000 ngdl seperti tampak pada tabel 2.3 di bawah ini Rahmanisa, 2014.
Tabel 2.3 Harga Normal Hormon Testosteron pada Pria
Hormon Jenis kelamin
Unit Konvensional ngdL Testosteron
Pria -
Prepubertas -
Pubertas -
Dewasa 8-14
84-180 300-1000
Disadur dari Greenspan dan Gardner, 2004 Di dalam aliran darah testosteron terikat oleh protein serum dan sebagian
tidak terikat. Sebanyak 60 testosteron terikat kuat dengan binding protein utama yaitu SHBG dan sekitar 38 terikat lemah dengan albumin dan cortisol binding
globulin. Sekitar 2 sirkulasi testosteron tidak terikat oleh protein serum tetapi masuk ke dalam sel. Testosteron yang terikat secara biologis kurang berarti
dibandingkan dengan testosteron bebas. Testosteron yang terikat dengan SHBG sebagian besar tidak berfungsi pada proses fisiologis. Testosteron diubah menjadi
dihidrotestosteron di dalam target jaringan testosteron yang spesifik. Metabolisme testosteron terjadi di hepar. Testosteron dikonversi menjadi androstenedion dan
etiokolanolon. Testosteron masuk ke dalam membran sel dengan cepat dan di dalam
sel, testosteron
berubah secara
enzimatik menjadi
androgen dihidrotestosteron dengan bantuan isoenzim microsomal reduktase-2 dan isoenzim
5-reduktase-1. Pada pria, testosteron memegang peranan penting dalam diferensiasi sistem organ genital pria pada saat pertumbuhan fetus dan masa
pertumbuhan. Fungsi organ yang dipengaruhi oleh testosteron seperti skrotum, epididymis, vas deferens, vesika seminalis, prostat dan penis. Testosteron juga
berperan dalam pertumbuhan organ skeletal, laring yang berperan dalam pembentukan suara pada pria dan kartilago epifisial serta mempengaruhi
pertumbuhan rambut pada daerah pubis, axilla, janggut, jambang, dada, abdomen, dan daerah punggung, aktivitas kelenjar sebacea dan perubahan tingkah laku
Rahmanisa, 2014; Batubara, 2010. Kadar testosteron dapat meningkat oleh pengaruh estrogen, tamoxifen,
fenitoin, hormon tiroid, keadaan hipertiroidism dan sirosis, sedangkan kadarnya menurun apabila terdapat pengaruh androgen eksogen, glukokortikoid, growth
hormone, keadaan hipotiroidisme, akromegali, obesitas dan hiperinsulinemia Braunstein, 2011; Pangkahila, 2011.
Diet dan gaya hidup merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan testosteron. Diet suplemen tinggi protein whey
mengandung asam amino triptofan yang tinggi, yang dapat meningkatkan sekresi serotonin dan growth hormone GH pada hipofisis sehingga ketika berikatan
dengan growth hormone receptor GHR pada hati merangsang diproduksinya IGF-1 Melnik et al., 2011. IGF-1 dapat meningkatkan sekresi testosteron oleh
sel leydig. Aktivitas fisik intensitas sedang juga dapat meningkatkan hormon testosteron melalui peningkatan sekresi IGF-1 secara lokal pada otot skelet yang
kemudian dilepaskan ke sirkulasi dan mempengaruhi salah satu sel target IGF-1 yaitu sel leydig Hambrecht et al., 2005.
2.2.2 Estrogen