kekuatan tulang, maturasi seksual dan metabolisme kolesterol Hess dan Carnes, 2004.
2.2.7 Penggunan Hormon Seks Steroid untuk Pembesaran Otot pada Pria
Bila otot dilatih bekerja keras secara teratur akan merespon dengan menjadi lebih besar dan kuat. Peningkatan ukuran dan kekuatan otot tersebut dihasilkan
dari meningkatnya jumlah protein kontraktil di dalam sel otot. Selain latihan, mereka menggunakan zat-zat yang diduga akan memberikan efek ergogenik pada
peningkatan kekuatan dan daya tahan otot. Salah satu zat yang diduga dapat meningk
atkan kekuatan dan ketahanan otot adalah anabolik “androgenik” steroid, suatu zat sintetik yang mirip dengan hormon pria testosteron Soewolo, 2009.
Pemakaian anabolik steroid secara rutin berpengaruh jelek terhadap kesehatan manusia antara lain terhadap hati, kardiovaskuler, timbulnya depresi, tendensi
bunuh diri, perasaan terkalahkan, timbulnya halusinasi pendengaran, kemandulan pada pria, atropi testis, haid tidak teratur, penurunan hormon seks wanita,
mengecilnya buah dada, wanita lebih maskulin, dan membesarnya klitoris
Soewolo, 2009.
Anabolik Androgenik Steroid AAS adalah derivat sintetis dari hormon seks testosteron endogen pria, yang merangsang efek anabolik sintesis protein dan
androgenik maskulinisasi.
Penggunaan AAS
jangka panjang
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan hati namun secara fisiologik, elevasi
konsentrasi testosteron dapat menstimulasi sintesis protein sehingga berdampak pada peningkatan ukuran otot, massa tubuh dan ketahanan tubuh. Testosteron juga
berfungsi dalam perkembangan dan pematangan ciri seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut badan, suara yang maskulin, libido, sifat agresif dan
produksi sperma Wongkar, 2014. Penggunaan anabolik steroid telah lama diketahui dan berkembang luas di
masyarakat khususnya di kalangan atlit. Dalam dunia olahraga obat ini dapat meningkatan ukuran dan kekuatan otot, mengurangi kerusakan otot,
meningkatkan sintesis protein, meningkatkan lipolisis, meningkatkan kepadatan tulang, meningkatkan pembentukan sel darah merah, hemoglobin, hematokrit
serta peningkatan penyimpanan kolagen. Efek inilah yang sering menyebabkan terjadinya penyalahgunaan AAS dikalangan atlit, non atlit, pria dan wanita, dari
rentang umur yang berbeda-beda yang menggunakan AAS dengan tujuan yang berbeda yaitu untuk kosmetik dan untuk efek anabolik Andiana, 2012.
AAS sangat mudah diperoleh secara ilegal karena tersedia dan dijual bebas pada tempat-tempat kebugaran. Penggunaan AAS jangka panjang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan hati oleh karena semua testosteron memilki jalur metabolisme utama di hati. Kerusakan hati akibat bahan kimia obat
ditandai dengan lesi awal yang memberikan rangkaian perubahan fungsi dan struktur pada hati. Hal ini ditandai dengan terdapatnya sel radang berupa sel-sel
fagosit yakni monosit dan polimorfonuklear yang dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan jaringan hati serta degenerasi-degenerasi pada sitoplasma seperti
perlemakan yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak dalam parenkim hati, yang dapat berupa bercak, zonal, atau merata Sari et al., 2015.
Penggunaan AAS tanpa indikasi yang jelas dapat memberikan efek samping yang buruk pada sistem reproduksi dan endokrin hormonal pria. Penggunaan
AAS dapat menekan sekresi hormon testosteron endogen melalui mekanisme umpan balik negatif negative feedback mechanism di aksis hipotalamus hipofisis
testiskular, luteinizing hormone LH dan follicle stimulating hormone FSH. Gangguan pada sekresi hormon testosteron endogen, LH dan FSH dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, dan infertilitas azoospermia dan oligozoospermia dan penurunan ukuran testis atau atrofi testis Wongkar, 2014.
Dalam praktik klinik kedokteran AAS digunakan untuk mengatasi masalah - masalah
kesehatan seperti
hipogonadisme, impotensi,
keterlambatan pertumbuhan, penyakit katabolik yang disebabkan berbagai jenis kanker dan
infeksi HIV, osteoporosis, berbagai jenis anemia, penyembuhan luka bakar, dan gagal ginjal Andiana, 2012.
2.3 Aktivitas Fisik Sedang