tersendiri yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan.
2.1.5.1 Faktor Internal
Faktor internal yang merupakan ciri pribadi yang melekat pada diri seseorang, baik yang muncul dari kawasan kepribadiannya maupun yang dimiliki karena status
dan peranannya, akan memunculkan kekuatan atau dorongan untuk bertindak terutama yang menguntungkan dirinya.
Lionberger 1968 mengatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi
adalah usia, tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, partisipasi dalam kelompok, aktivitas mencari
informasi, keberanian mengambil resiko, sikap terhadap perubahan, motivasi
berkarya, aspirasi, sifat fatalisme dan dogmatisme sistem kepercayaan yang
tertutup. Soekartawi 2005 menjelaskan bahwa terdapat peubah yang mempengaruhi
proses pengambilan minat yaitu: usia, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, pendapatan usahatani, luas usahatani, status
pemilikan tanah, prestise masyarakat, sumber informasi yang digunakan dan jenis produk yang akan digunakan.
Dalam penelitian ini faktor internal yang menjadi variabel penduga yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan respons terhadap stimuli yang
diterimanya, dan akan mengubah perilakunya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Usia
Usia mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir serta dapat menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaan
perilakunya berdasarkan usia yang dimiliki. Soekartawi 2005 mengatakan
Ubiversitas Sumatera Utara
bahwa petani yang lebih tua tampaknya kurang termotivasi menerima hal-hal baru daripada mereka yang relatif umur muda. Petani yang berumur lebih muda
biasanya lebih bersemangat dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Semakin tua di atas 50 tahun, biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan
cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah diterapkan oleh warga masyarakat setempat Mardikanto, 2009. Menurut Padmowihardjo 1994,
bahwa umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang disebabkan oleh umur itu adalah faktor psikologis. Semakin tinggi umur semakin menurun kerja
otot, sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi daya belajar. Rakhmat 2005 mengatakan bahwa kelompok orang tua melahirkan
pola yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik, psikologis dan biologis seseorang serta
berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam belajar, baik dalam mengaktualisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup maupun hakekat serta
jenis dari struktur sikap pemprosesan informasi yang dipunyainya. Umur adalah jumlah tahun hidup petani, artinya semakin tua umur petani semakin rendah
tingkat adopsinya.
2. Tingkat Pendidikan Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar petani
adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir dan semakin berkembang daya nalarnya. Pada umumnya seseorang yang
berpikiran lebih baik dan berpengetahuan teknis yang banyak akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Pendidikan formal diperoleh dari
sekolah atau perguruan tinggi dan pendidikan non formal diperoleh melalui
Ubiversitas Sumatera Utara
penyuluhan pembangunan atau pendidikan luar sekolah dan bentuk-bentuk interaksi terprogram lainnya dalam proses belajar sosial untuk mewujudkan
kualitas kehidupan. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga atau hasil interaksi dengan lingkungan Sumardjo, 2008. Pendidikan
baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Pada umumnya petani yang berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan teknis yang lebih banyak, akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi
dengan baik. Mosher 1987 mengemukakan bahwa dalam memajukan usahatani yang dilaksanakan, petani membutuhkan kemampuan berpikir dan pengetahuan
mereka untuk mengelola usahataninya. Hamundu 1997 mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan petani akan semakin mudah menerima dan bekerja
dengan konsep yang abstrak. Dengan demikian pendidikan merupakan proses yang dijalani seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang
kemudian menghasilkan perubahan perilaku.
3. Tingkat Pendapatan Pendapatan rumah tangga petani merupakan total keseluruhan pendapatan
baik yang berasal dari usahatani maupun yang bukan dari usahatani. Pendapatan dari usahatani yang rendah menyebabkan petani mencari tambahan di luar
usahataninya.
4. Luas Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada hubungannya dengan
Ubiversitas Sumatera Utara
penggunaan lahan. Hernanto 1996 mengatakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas lahan
kurang dari setengah hektar, lahan yang sedang dengan luas lahan antara setengah hektar sampai dua hektar dan lahan yang luas lebih dari dua hektar. Sehubungan
dengan itu Wiriaatmadja 1977 menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba hal baru dan akan selalu
berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan. Luas Lahan Juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan sumber pembiayaan yang diperlukan sesuai
dengan Jumlah dana yang dibutuhkan.
5. Produktivitas Menurut Mubyarto 1995, dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani
membandingkan antara hasil yang diharapkan diterima pada hasil panen penerimaanrevenue dengan biaya cost yang harus dikeluarkannya. Hasil yang
diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Usahatani yang baik biasa disebut sebagai usahatani yang
produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti memiliki produktivitas tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara
konsepsi efisiensi usaha fisik dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi output yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.
Secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi usaha dan kapasitas tanah. Jika dua usahatani mempunyai produktivitas fisik yang sama,
maka usahatani yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena produktivitas ekonominya lebih besar.
Ubiversitas Sumatera Utara
6. Status Lahan Barlow 1978, Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan
produksi merupakan salah satu faktor produksi tetap. Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh
kemungkinan penurunan nilai dan harga serta tidak dipengaruhi oleh faktor waktu, secara fisik pula lahan merupakan aset yang mempunyai keterbatasan dan
tidak dapat bertambah besar, misalnya dengan melalui usaha reklamasi. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, walaupun fungsi dan penggunaan lahan land
function and use dapat berubah tetapi lahannya sendiri bersifat stationer tetap. Sujarto, 1986.
Pola penguasaan lahan dalam pertanian desa oleh Darwis 2008 dalam Mardiyaningsih 2010 diklasifikasikan statusnya menjadi hak milik, sewa, sakap
bagi hasil dan gadai. Pakpahan et al. 1992 dalam Mardiyaningsih 2010 mendefinisikan sewa, sakap, dan gadai sebagai bentuk penguasaan lahan dimana
terjadi pengalihan hak garap dari pemilik lahan kepada orang lain. Pada masyarakat pedesaan ketiga bentuk penguasaan lahan tersebut pada umumnya
mempunyai aturan tertentu yang disepakati maupun tanpa menggunakan jaminan surat-surat berharga yang secara formal disahkan oleh pemerintah misalnya:
sertifikat lahan. Masyarakat Kampung Sinar Resmi menguasai tanah melalui berbagai bentuk meliputi milik, sewa, sakap bagi hasil, dan gadai. Melalui
bentuk-bentuk tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kedaulatan pangan masyarakat.
Ubiversitas Sumatera Utara
7. Pengalaman Usaha Tani Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap minat petani untuk
menggunakan sumber pembiayaan. Pengalaman seseorang saling terkait dalam pengambilan minat. Padmowihardjo 1994 mengatakan bahwa pengalaman
adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil belajar selama hidupnya. Seseorang
akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajarinya dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan
akan berdampak pada hal yang positif bagi perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya.
8. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga Kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur
15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga
kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak
jalanan sudah termasuk tenaga kerja.
Ubiversitas Sumatera Utara
2.1.5.2 Faktor Eksternal