BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan  di  Laboratorium Proses  Industri  Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
Bahan-bahan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  kacang  kedelai, tepung tapioka dan gliserol.
Peralatan  yang  digunakan  adalah  blender,  kain  saring,  panci,  kompor  gas, magnetic  stirer,  hot  plate,  oven,  pH  meter,  beaker  gelas,  gelas  ukur,  termometer,
timbangan, dan cetakan.
3.3 DIAGRAM KERJA
Gambar 3.1. Diagram Kerja Pembuatan Edible Film Dari Ekstrak Kacang Kedelai dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Gliserol
3.4 PROSEDUR KERJA 3.4.1 Pembuatan Susu Kedelai
Pembuatan  susu  kedelai  merupakan  ekstraksi  protein  kedelai  dengan menggunakan  air.  Adapun  perbandingan  biji  kedelai  dengan  air  berdasarkan  berat
yang  digunakan  dalam  pembuatan  susu  kedelai  adalah  1:  6.  Prosedur    pembuatan susu kedelai ini mengacu kepada penelitian yang pernah dibuat oleh Yoyo 1995.
Penyiapan Kacang Kedelai
Pembuatan Susu Kedelai
Edible Film Pembuatan Edible Film
Universitas Sumatera Utara
Adapun prosedur pembuatan susu kedelai adalah sebagai berikut: 1.
Kacang kedelai dipilih dan ditimbang 75 gr, dibersihkan dan dicuci. 2.
Kacang direndam dengan menggunakan air mendidih selama 60 detik sambil terus diaduk menggunakan pengaduk kayu.
3. Kacang kedelai ditambahkan air panas 90
o
C sebanyak 450 ml lalu dihancurkan dengan menggunakan blender.
4. Kemudian  bubur  kedelai  yang  diperoleh  dimasak  dalam  panci  terbuka  dengan
suhu 95-98
o
C sambil terus diaduk menggunakan pengaduk kayu selama 10 menit. 5.
Kemudian  disaring  dan  diperas  dengan  menggunakan  kain  saring  untuk mendapatkan susu kedelai.
6. Susu kedelai didinginkan sampai mencapai suhu ruangan.
3.4.2  Pembuatan Edible Film
Prosedur pembuatan susu kedelai ini mengacu kepada penelitian yang pernah dibuat oleh Sulastini 2011. Adapun prosedur pembuatan edible film dari campuran
ekstrak kacang kedelai dengan tepung tapioka dan gliserol adalah sebagai berikut: 1.
Sebanyak 100 ml susu kedelai dimasukkan ke dalam beaker gelas. 2.
Ditimbang  tepung  tapioka  10  gr  lalu  dimasukkan  ke  dalam  beaker  gelas  dan diaduk sampai larut.
3. Campuran  dipanaskan  di  atas  hotplate  sambil  diaduk  dengan  menggunakan
stirrer sampai mencapai suhu 60
o
C. 4.
Ditambahkan gliserol 2 ml. 5.
Diaduk kembali  sampai semua campuran homogen sampai mencapai  suhu  65- 70
o
C. 6.
Kemudian larutan dituang ke dalam cetakan kaca akrilik dengan ukuran 20 x 20 cm dengan ketebalan 2 mm dan diratakan dengan menggunakan penggaris.
7. Dikeringkan di dalam oven selama ± 24 jam pada suhu 40
o
C. 8.
Edible film dikeluarkan dari oven dan diuji.
Universitas Sumatera Utara
3.5 PENGUJIAN SIFAT FISIK
EDIBLE FILM KACANG KEDELAI
Secara umum parameter sifat fisik yang penting yang diukur dan diamati dari edible  film  berbahan  dasar  kacang  kedelai  pada  penelitian  ini  adalah  ketebalan  dari
edible  film,  kekuatan  tarik  tensile  strength  dan    persen  pemanjangan  saat pemutusan elongation at break.
3.5.1  Pengujian Ketebalan
Edible  film  yang  dihasilkan  diukur  ketebalannya  dengan  menggunakan mikrometer  ketelitian  0,01  mm  dengan  cara  menempatkan  film  di  antara  rahang
mikrometer.  Pengukuran  dilakukan  pada  lima  tempat  yang  berbeda  kemudian dihitung ketebalan rata-rata edible film.
3.5.2 Pengujian kekuatan Tarik Tensile Strength
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer terpenting dan sering  digunakan  untuk  karakteristik  suatu  bahan  polimer.  Kekuatan  tarik  suatu
bahan  didefenisikan  sebagai  besarnya  beban  maksimum  F
maks
yang  digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal Ao.
Perhitungan Uji Kekuatan Tarik:
Keterangan :  F = Gaya kekuatan tarik N
Load  = Tegangan KgF Ao
= Luas spesimen mm
2
3.5.3 Persen Pemanjangan saat Pemutusan Elongation at break
Persentase  pemanjangan  ditentukan  berdasarkan  pada  penambahan  panjang film pada saat putus. Nilai pemanjangan  elongation at break diukur berdasarkan
rumus:
Keterangan : Stroke  = Regangan mmmenit
lo = Panjang sampel mula-mula mm
Kekuatan Tarik =
o o
maks
A Load
A F
Elongation at break   =
100 x
lo Stroke
Universitas Sumatera Utara
3.6 FLOWCHART PROSEDUR PENELITIAN 3.6.1 Flowchart Pembuatan Susu Kedelai
Adapun prosedur pembuatan susu kedelai dapat dilihat dari flowchart berikut:
Mulai Kacang kedelai ditimbang sebanyak
75 gr Dibersihkan dan dicuci
Direndam dalam air mendidih selama 60 detik
Ditambah air panas 90
o
C sebanyak 450 ml
Dihancurkan dengan menggunakan blender
Dimasak sambil diaduk selama 10 menit 95-98
o
C Disaring
Didinginkan sampai suhu kamar
Selesai
Gambar 3.2. Flowchart Pembuatan Susu kedelai [10]
3.6.2 Flowchart Pembuatan Edible film
Universitas Sumatera Utara
Adapun  prosedur  pembuatan  edible  film  dari  protein  kacang  kedelai  dengan penambahan tepung tapioka dan gliserol dapat dilihat dari flowchart berikut ini:
Mulai
Ditambahkan 10 gr tepung tapioka 100 ml susu kedelai dimasukkan ke dalam beaker gelas
Diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer
Larutan tersebut diaduk dan dipanaskan di atas hot plate sampai suhu 60
o
C
Ditambahkan gliserol 2 ml
Diaduk sampai homogen Larutan dicetak dan dikeringkan pada
suhu 40 C selama 24 jam
Apakah masih ada variasi lain?
Selesai Tidak
Ya
Gambar 3.3. Flowchart Pembuatan Edible film dari Kacang Kedelai [8]
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  PENGARUH  PENAMBAHAN  GLISEROL TERHADAP  KETEBALAN
EDIBLE FILM
Histogram  hubungan  penambahan  gliserol  dengan  ketebalan  edible  film  dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.1. Histogram Hubungan Penambahan Gliserol dengan Ketebalan Edible Film
Ketebalan merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap penggunaan film  dalam  pembentukan  produk  yang  akan  dikemasnya.  Ketebalan  dapat
mempengaruhi  laju  trnsmisi  uap,  gas,  dan  senyawa  volatil  serta  sifat  fisik  lainnya seperti kekuatan tarik dan pemanjangan pada saat putus edible film  yang dihasilkan.
Dari  histogram  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  penambahan  gliserol  berbanding lurus  dengan  ketebalan  film  yang  diperoleh.  Ketebalan  edible  film  yang  dihasilkan
meningkat  dengan  penambahan  gliserol.  Dengan  jumlah  protein  yang  relatif  sama dalam  tiap  jenis  film,  maka  makin  tinggi  penambahan  gliserol  makin  tinggi  pula
kandungan film sehingga makin tebal film yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
makin  sedikit  penambahan  gliserol  makin  rendah  pula  kandungan  film  sehingga makin tipis film yang dihasilkan [10].
Dibandingkan  dengan  standar  ketebalan  film  sebagai  pengemas  makanan  hasil penelitian  ini  sudah  layak  digunakan  sebagai  pengemas  makanan  karena  telah
mencapai  standar  yang  ditentukan  yaitu  maksimal  0,3  mm.  Menurut  Poeloengsih 2003  melaporkan  hasil  penelitian  edible  film  yang  dibuat  komposit  protein  biji
kecipir 2,5 bv, tapioka 1 bv, sorbitol 1 bv dan variasi asam palmitat 0- 8  memiliki  ketebalan  0,096  mm
–  0,104  mm  [27].  Sedangkan  menurut  Yoyo 1995  melaporkan  hasil  penelitian  edible  film  yang  dibuat  dari  kacang  kedelai
dengan  variasi  gliserol  4-10  dan  tanpa  penambahan  tapioka  memiliki  ketebalan 0,1730  mm  -  0,2943  mm  [10].  Perbedaan  ketebalan  antara  berbagai  jenis  film
tersebut disebabkan komposisi formula film yang berbeda.
4.2 PENGARUH KETEBALAN EDIBLE FILM  TERHADAP KEKUATAN