Sikap Menentang Nani berani menentang keputusan ibunya yang ingin menjodohkan dia Sikap Pasrah Ketika ibunya ingin menjodohkan Narumi dengan orang kota yang

63

4.2.2 Sikap Menentang Nani berani menentang keputusan ibunya yang ingin menjodohkan dia

dengan Kurniawan. Nani sangat marah dan emosi kepada ibunya karena setiap hari Nani selalu didesak oleh ibunya. Nani tidak mau dijodohkan karena dia sudah memiliki pacar, tapi ibunya tidak menyetujui hubungannya mereka. Akhirnya terjadilah pertengkaran antara Nani dengan ibunya, dan hal itu menyebabkan Nani kabur dari rumah. Berikut adalah kutipannya: “Iki jatahmu,” celathune Narumi, ibune, karo ngulungake dhuwit jajane. “Ana sarate,” celathune Narumi lirih, tandhes. “Koktampa Kurniawan utawa kowe ora nampa blanja saka aku maneh. Ora kudu njur rabi. Ning tampanen tresnane.” “Kowe arep ngeboti Nusa cah gondrong kae? Apa sing diboti? Sekolah ra dadi, gaweyan ra karuan, keluwargane durung genah sisan,” kandhane Narumi panggah lirih nanging kebak pangancam. Tajem. “Kurniawan keluwargane kaya ngapa? Bapakne wae lunga ro wong wadon liya” Nani ra trima Singkar hlm:1-2. “Ini jatahmu,” ujar Narumi, Ibunya, sambil mengulungkan uang jajannya. “Ada syaratnya,” ujar Narumi lirih, tandas. “Kamu terima Kurniawan atau kamu tak menerima uang jajan dariku lagi. Tidak harus langsung menikah. Tapi terimalah cintanya.” “Kamu mau memberatkan Nusa anak gondrong itu? Apa yang kauharapkan? Sekolah tidak selesai, pekerjaan tak jelas, keluarganya belum jelas lagi,” ucap Narumi tetap lirih tapi penuh ancaman. Tajam. “Kurniawan keluarganya seperti apa? Bapaknya saja pergi dengan perempuan lain” Nani tak terima. 64

4.2.3 Sikap Pasrah Ketika ibunya ingin menjodohkan Narumi dengan orang kota yang

bernama Sulaiman, Narumi hanya bisa diam dan pasrah menerima keputusan ibunya itu. Narumi tidak bisa berbuat apa-apa, padahal sebenarnya Narumi sama sekali tidak mencintai Sulaiman. Sementara orang yang dicintai Narumi adalah Nurdin. kutipannya adalah sebagai berikut: Nganti sawijining wektu, Sipon kandha marang dheweke, “Pak Sulaiman arep mara ro wong tuwane sesuk sore”. Ora ana tembung maneh saliyane kuwi. Nembe saka sedulur-sedulure Narumi krungu menawa Sulaiman arep teka nglamar dheweke. Singkar hlm:16. Hingga pada suatu waktu, Sipon mengatakan kepadanya, “Pak Sulaiman akan datang besok sore bersama orang tuanya”. Tidak ada perkataan lagi selain itu. Narumi baru tahu dari saudara-saudarnya kalau Sulaiman akan datang melamarnya. Karena merasa bersalah dan telah mempermalukan orang tua dengan kehamilannya, Alsa hanya diam ketika orang tuanya memarahi Nusa dan mengusir Nusa berserta keluarganya. Alsa juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika ayahnya sudah tidak mengijinkan dia untuk melanjutkan kuliahnya dan ayahnya juga melarangnya bertemu dengan Nusa. Kutipannya adalah sebagai berikut: Jebul ora kaya sing dibayangake. Wong tuwane Alsa ora mung nesu, nanging uga ora trima amarga rumangsa anak wadone dirusak dening Nusa. Aja kok nglamar, sadurunge bab iku kawedharake, wong tuwane Alsa wis nundhung Nusa lan wong tuwane metu saka omahe. Kathik nganggo pangancam, menawa isih wani marani, Nusa bakal 65 kalaporake marang polisi . Alsa ora diolehake bali menyang Yogya. Kuliahe ditinggal ngono wae Singkar hlm:99-100. Ternyata tak seperti yang dibayangkan. Orang tua Alsa tak hanya marah, tapi juga tak terima karena merasa anak perempuannya dirusak oleh Nusa. Jangankan melamar, sebelum hal itu diutarakan, orang tuanya Alsa sudah mengusir Nusa dan orang tuanya keluar dari rumahnya. Bahkan dengan ancaman, kalau masih berani datang, Nusa akan dilaporkan ke Polisi. Alsa tidak diperbolehkan kembali ke Yogya. Kuliahnya ditinggal begitu saja. Alsa hanya bisa pasrah dengan keputusan orang tuanya itu. Terakhir kali Alsa mengabarkan kepada teman dekatnya ketika masih kuliah bahwa dia sudah melahirkan seorang anak laki-laki.

4.3 Pandangan Pengarang Terhadap Perempuan yang Terjelmakan dalam Novel Singkar Karya Siti Aminah