Tokoh Inten a. Inten sebagai Sahabat Nani

89 “Tak sekalipun aku sudah memikirkan bapakmu. Aku hanya memikirkan kamu, anak-anakku. Bapakmu mau main perempuan ya terserah. Tapi dia itu kan bapakmu? Jadi hakmu untuk meminta tanggung jawabnya. Tak hanya lempar batu sembunyi tangan. Tak mengurusi, tak membiayai Aku tak diurusi tak apa. Tapi kalau anaknya didiamkan saja, aku tak terima. Kutipan di atas merupakan luapan emosi Sartinah kepada suaminya yang dia ungkapkan kepada Kurniawan. Tapi Kurniawan tetap tidak mau pergi ke rumah ayahnya, malah yang bersedia pergi ke rumah ayahnya untuk meminta uang adalah Agus adik Kurniawan dan Sartinah sangat merasa terharu kepada Agus, walaupun Agus masih kecil tapi dia sudah mampu memahami perasaan ibunya itu.

4.3.5 Tokoh Inten a. Inten sebagai Sahabat Nani

Inten adalah sahabat Nani yang bisa memahami Nani, setelah mendengar cerita Nani bahwa Nani sedang bertengkar dengan ibunya dan Nani ingin menginap di rumahnya untuk sementara, Inten segera memperbolehkan temannya itu menginap di rumahnya karena Nani juga sudah sering menginap di rumahnya. Keluarga Inten juga sudah mengenal Nani. Inten juga berusaha menjadi orang yang bijak, dia menasehati temannya itu. Berikut adalah kutipannya: Nani nglirik Inten. Isih rada mbesengut. Ora suwe dheweke mbacutake, nyritakake apa kang kedadeyan tumrap dheweke. Saka Kurniawan, Nusa, tekan ibune. Nganti Nani rampung critane, Inten isih panggah meneng wae. “Aku dak nginep kene sik ya,” Nani kumecap maneh. 90 Inten unjal ambegan. “Ora apa-apa. Ning ora ateges masalahmu rampung lho.” Singkar hlm:28-29. Nani melirik Inten. Masih agak cemberut. Tak lama ia meneruskan. Menceritakan apa yang terjadi terhadap dirinya. Dari Kurniawan, Nusa, sampai ibunya. Sampai Nani selesai bercerita, Inten masih tetap diam saja. “Aku menginap di sini dulu ya,” Nani berucap lagi. Inten menarik nafas. “Tak apa-apa. Tapi bukan berarti masalahmu selesai lho ya.” Ketika sedang berbicara dengan Nani, Inten selalu berusaha mengalah karena Inten sudah memahami sifat Nani yang keras kepala dan juga mudah tersinggung. Inten bukanlah orang yang hanya memihak satu orang saja, buktinya dia tidak menyalahkan Nani dan juga tidak imenyalahkan ibu Nani. Inten mengatakan pada Nani bahwa semua yang tengah terjadi sekaranga ini hanyalah salah paham saja antara Nani dengan ibunya. Hal tersebut terdapat pada kutipan: “Nan, mbok menawa ibumu pancen kurang pener, nanging aku yakin dheweke mesti duwe karep kang becik. Endi ana wong tuwa nyilakake anake?” Singkar hlm:29. “Nan, mungkin ibumu memang kurang benar, yapi aku yakin beliau pasti punya keinginan yang baik. Mana ada orang tua yang mencelakakan anaknya?” Berdasarkan kutipan di atas, Inten berusaha untuk menasehati temannya itu dengan mengatakan bahwa maksud dari yang dilakukan ibunya itu demi untuk kebaikan Nani juga, tapi cara yang dilakukan oleh ibu Nani itu memang kurang benar. 91

4.3.6 Tokoh Alsa a. Alsa sebagai Mahasiswa