9
Pengetahuan tentang Praaksara disistematisasikan berdasarkan bahan- bahan yang diperoleh selama ini. Beberapa pandangan tentang
perkembangan kehidupan manusia Praaksara telah diungkapkan oleh para pakar sejalan dengan ditemukannya banyak data arkeologi, khususnya bukti
kehidupan Praaksara, muncul berbagai masalah yang perlu dipecahkan. Salah satu masalah yang sering menjadi kancah perdebatan para ahli adalah
tentang konsep periodesasi Praaksara. Seperti diketahui periodesasi Praaksara merupakan sarana penting untuk memahami kehidupan Praaksara.
Dengan periodesasi tersebut diharapkan kehidupan Praaksara dapat dijelaskan dalam dimensi ruang dan waktu. Beberapa model periodesasi
Praaksara telah disusun para ahli berdasarkan konsep tertentu.
a. Model Teknologi
Pembentukan periodesasi Praaksara pertama kali dikemukakan oleh C.J. Thomsen dari Denmark pada tahun 1836. gagasan Thomsen ini disebut
sistem tiga zaman three age system ysng membagi zaman Praaksara menjadi: zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi. Dalam
penerapannya kemudian sistem Thomsen dikembangkan menjadi sistem empat zaman dimana zaman batu dibagi menjadi zaman batu tua paleolitik
dan zaman batu baru neolitik. Akhirnya tersusunlah sistem lima zaman yang meliputi: paleolitik, mesolitik, neolitik, perunggu, dan besi. Contoh kerangka
semacam ini telah disusun oleh G.C. McCurdy pada tahun 1925. Sistem pembagian zaman Praaksara di Eropa Barat ini kemudian
dikenal sebagai model teknologi yang terutama menaruh perhatian pada perkembangan teknik pembuatan alat kerja manusia. Setiap tingkat
perkembangan ditandai oleh terciptanya alat dengan bentuk dan bahan pembuatan tertentu.
Model teknologi diterapkan di Indonesia atas prakarsa P.V.van Stein Callenfels 1934 dan dilanjutkan van der Hoop 1938, R von Heine Geldern
1945, dan akhirnya dimantapkan oleh H.R. van Heekeren 1955. Seperti halnya di Eropa, Praaksara di Indonesia dibagi dalam beberapa tingkat
teknologi yang memprioritaskan perkembangan kebudayaan material. Tingkat ini terdiri atas: paleolitik, mesolitik, neolitik, perunggu-besi atau perunggu-besi
digabung menjadi logam awalpaleometalik. Di wilayah Asia Tenggara khususnya Indonesia, belum ditemukan kebudayaan tembaga. Dari neolitikum