Kerangka berpikir LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

35 mendramatisasikan suatu masalah, sedangkan bermain peran berarti siswa diajak untuk memainkan peranan dalam dramatisasi masalah tersebut.

2.3. Kerangka berpikir

Keterampilan bermain peran siswa SMP Negeri 1 Mayong Kabupaten Jepara khususnya kelas VIII A masih belum memuaskan. Rendahnya keterampilan bermain peran disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah penggunaan metode yang kurang efektif dan kurang menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat, kemudian menghafal meteri yang diberikan oleh guru. Dengan metode seperti tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa sehingga siswa dapat menyerap pengetahuan dari apa yang dia lakukan, bukan dari apa yang mereka hafalkan. Penggunaan metode sosiodrama yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan bermain peran diharapkan dapat menarik perhatian dan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga keterampilan bermain peran akan meningkat. Penelitian dengan menggunakan metode sosiodrama ini untuk meningkatkan keterampilan bermain peran akan dilakukan dalam beberapa siklus sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Pada siklus I guru akan menjelaskan mengenai drama secara singkat, kemudian guru membagi 36 siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 7-8 orang, masing- masing kelompok diminta untuk mencari sebuah masalah sosial yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari dan kemudian siswa diminta untuk mendramatisasikan masalah sosial tersebut ke dalam sebuah dialog. Selanjutnya masing-masing kelompok memerankan dialog tersebut di depan kelas. Ketika siswa bermain peran, guru mengamati keterampilan mereka dalam berbicara, dan dinilai berdasarkan tolak ukur yang telah ditentukan. Setelah itu akan dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. apabila hasilnya masih belum memuaskan maka akan dilakukan pembelajaran lagi pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II masih dilakukan pembelajaran dengan pola yang sama dengan siklus I. Guru memberikan penjelasan mengenai drama secara singkat. Kemudian siswa diminta berkelompok. Masing-masing kelompok diminta mencari sebuah masalah sosial yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari, kemudian mereka diminta untuk mendramatisasikan masalah sosial tersebut kedalam sebuah dialog. Selanjutnya siswa diminta memerankannya di depan kelas. Siswa harus lebih serius dalam memerankan dialog tersebut. Penampilan siswa diamati dan dinilai berdasarkan tolak ukur yang telah ditentukan setelah itu dilakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. Apabila hasilnya sudah meningkat maka dapat dikatakan bahwa metode sosiodrama efektif untuk meningkatkan keterampilan bermain peran pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mayong. 37

2.4. Hipotesis Tindakan