17 Berbeda dengan bermain drama atau sering disebut dramatisasi
adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama, guru dan siswa harus
mempersiapkan naskah atau skenario, pelaku, dan persiapan pementasan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran
karena membutuhkan perlengkapan pementasan yang lebih kompleks juga seperti pelaku tokoh atau pemain drama, kostum, setting, dan
penonton.
2.2.3 Langkah-langkah Bermain Peran
Shaftel dalam Komara 2009 mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran: 1
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, 2 memilih partisipan atau peran, 3 menyusun tahap-tahap peran, 4 menyiapkan
pengamat, 5 pemeranan, 6 diskusi dan evaluasi, 7 pemeranan ulang, 8 diskusi dan evaluasi tahap dua, 9 membagi pengalaman dan
mengambil kesimpulan. Menurut Ratri 2008 tahap-tahap bermain peran adalah sebagai
berikut: tahap persiapan yang terdiri atas 1 tentukan masalah, 2 buat persiapan peran, 3 bangun suasana, 4 pilihlah tokohnya, 5 jelaskan dan
berikan pemanasan, 6 pertimbangkan latihan; tahap memainkan yang
18 terdiri atas 1 memainkan, 2 menghentikan, 3 melibatkan penonton, 4
menganalisis diskusi, 5 mengevaluasi. Menurut Hamalik 2009:48 langkah-langkah bermain peran ada tiga
tahap dan ketiga tahap tersebut sambung menyambung sebagai suatu prosedur instruksional yang langkap dan utuh, ketiga tahap tersebut
dijelaskan dibawah ini. Persiapan dan Instruksi yang dimaksudkan disini adalah keseluruhan
situasi harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang suasana, individu- individu yang terlibat, posisi-posisi dasar yang diambil oleh watak-watak.
Watak-watak tersebut tidak harus didasarkan atas individu-individu nyata di dalam kelas, bahkan kemiripan pun sebaiknya dihindari agar tidak menjadi
beban psikologis bagi siswa. Pada awal akan bermain peran hendaknya semua siswa dilatih, baik
sebagai peserta aktif maupun sebagai pengamat aktif. Latihan-latihan ini perlu dengan tujuan menyiapkan siswa, membantu mereka memperoleh
imajinasi, dan membentuk interaksi kelompok yang dipimpin oleh guru. Guru memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran
setelah menyajikan penjelasan pendahuluan tentang situasi kepada kelas. Guru dapat menyajikan latar belakang dan karakterisasi dasar dalam bentuk
tulisan atau melalui penjelasan lisan. Cara terbaik untuk memilih peserta bermain peran adalah atas dasar sukarela, siswa merasa bebas untuk
mendapatkan perannya. Dalam beberapa hal, pemilihan peran oleh peserta didasarkan atas pengamatannya terhadap situasi bermain peran.
19 Guru memberikan peran dan instruksi-instruksi khusus kepada
khalayak. Suatu cara yang efektif agar para siswa aktif dalam bermain peran adalah membagi kelompok menjadi dua bagian yang mempunyai fungsi
tertentu yaitu sebagai pelaku dan pengamat. Aksi dan Drama yang dimaksudkan disini adalah para pelaku harus
maju melalui situasi bermain peran, sedangkan khalayak berpartisipasi dalam peranan-peranan yang ditugaskan semula. Bermain peran harus
berhenti jika tingkah laku tertentu yang penting sudah diamati. Keseluruhan kelas lalu berpartisipasi dalam suatu diskusi yang
berpusat pada situasi bermain peran. Tiap kelompok harus mendapat kesempatan untuk menyampaikan reaksi-reaksinya. Peserta sendiri harus
terlibat dalam diskusi tersebut. Diskusi harus dibimbing agar bermain peran itu berdaya guna dan berhasil guna bagi pra siswa. Diskusi itu hendaknya
menumbuhkan pemahaman baru bagi siswa tentang berbagai alternatif cara melihat dan merespons suatu situasi tertentu.
Penilaian yang dimaksudkan disini adalah para siswa harus membuat tulisan atau melaksaakan diskusi lisan mengenai keberhasilan dan hasil-
hasil bermain peran. Komentar evaluatif diberikan terhadap kebermaknaan bermain peran serta cara-cara agar menjadi lebih efektif.
Guru menilai keefektifan dan keberhasilan bermain peran sesuai dengan pengamatannya. Gunakan catatan-catatan selama bermain peran dan
terhadap komentar penilaian dari siswa, dan guru menetapkan pertumbuhan interpersonal, sosial, dan akademis pada diri siswa.
20 Guru hendaknya memuat bermain peran itu baik pelaksanaannya
maupun penilaiannya dalam berkala atau buku catatan untuk digunakan selanjutnya dan untuk perbaikan.
Berdasarkan batasan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dalam hal ini peneliti setuju dengan batasan teori yang
diungkapkan oleh Hamalik sebagai rujukan dalam penulisan skripsi ini. Setiap teori yang dikemukakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Kelebihan yang terdapat dalam teori yang telah diungkapkan oleh Hamalik diantaranya terdapat tiga tahap dalam bermain
peran yaitu persiapan dan instruksi, aksi dan diskusi serta penilaian. Persiapan dan instruksi membuat siswa merasa siap karena sebelum bermain
peran guru memberikan pengarahan mengenai cara-cara bermain peran, pemilihan karakter pun telah ditentukan sebelumnya dan dibahas bersama-
sama, selain itu siswa diminta untuk berlatih terlebih dahulu. Guru juga membagi kelas menjadi dua kelompok yaitu kelompok pelaku dan
pengamat. Hal ini membuat siswa merasa siap dalam bermain peran. Kelemahan teori yang diungkapkan oleh Hamalik di antaranya hanya
terdapat tiga tahapan permainan yaitu persiapan ada instruksi, aksi, dan diskusi serta penilaian meskipun tiga tahap tersebut telah mencerminkan
keseluruhan isi permainan tetapi tidak terdapat pemeranan ulang dan diskusi serta evaluasi tahap ke dua seperti yang diungkapkan oleh Shaftel untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
2.2.4 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain Peran