18
d. Ambil microcuvet, tempelkan pada jari yang ditusuk, tekan jari
agar darah keluar kembali dan minimal darah memenuhi daerah lingkaran putih pada microcuvet.
e. Masukkan microcuvet ke tempatnya pada
β-Hemoglobin hemoque.
f. Tunggu 1-2 menit, setelah itu akan keluar hasil pemeriksaan
kadar Hb pada monitor.
2.5 Zat Besi Fe
2.5.1 Pengertian Zat Besi
Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis pembentukan darah, yaitu dalam sintesa
hemoglobin Hb Achmad Djaeni, 2000:179. Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang 65
persennya dijumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persennya dalam bentuk mioglobin, 1 persen dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang
meningkatkan oksidasi intraseluler, 0,1 persen bergabung dengan protein transferin dalam plasma darah dan 15-30 persen terutama disimpan dalam sistem
retikuloendotelial dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin Guyton dan Hall,1997:536.
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi, sebagian besi dalam bentuk feri direduksi menjadi fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung
19
dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan Sunita Almatsier, 2001:249.
2.5.2 Zat Besi Dalam Tubuh
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang reserve
simpanan. Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk hemoglobin Hb,
sebagian kecil dalam bentuk myoglobin dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital adalah hem enzim dan non hem enzim.
Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk
kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan akan eritropobesis pembentukan sel darah merah dalam sumsum
tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada
dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh
memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, misalnya pada anak yang sedang tumbuh balita, wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya
rendah. Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi
yang dikeluarkan lewat basal.
20
2.5.3 Metabolisme Zat Besi
Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam tubuh perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah
zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh tubuh dari makanan. Suatu skema metabolisme zat besi untuk mempertahankan
zat besi di dalam tubuh, dapat dilihat pada skema berikut : Makanan
Usus halus
Tinja 10 mg Fe
1 mg 9 mg Fe
Fe dalam
Darah Hati Turn over 35 mg
Disimpan sebagai Feritrin, 1 mg
Sumsum tulang Seluruh Jaringan
34 mg
Hemoglobin Sel-sel mati
Hilang bersama menstruasi Dikeluarkan melalui
kulit, sal. Pencernaan dan air seni 1 mg
Gambar 1 Metabolisme Zat Besi
Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari
penghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah
merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang
21
dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal iron basal
losses. 2.5.4
Fungsi besi 1.
Metabolisme energi Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein-
pengangkut elektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi.
2. Kemampuan belajar
Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitiannya yang menunjukan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak yang
menderita anemia gizi besi dan anak-anak yang sehat. Penelitian di Indonesia oleh Soemantri 1985 dan Almatsier 1989 menunjukan
peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberikan suplemen besi. Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak dijelaskan
oleh Lozoff dan Youdim pada tahun 1988. Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi yang kurang
pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi
sistem neurotransmitter pengantar saraf. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat,
fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. 3.
Sistem kekebalan tubuh Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.
22
4. Pelarut obat-obatan
Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
2.5.5 Angka kecukupan besi yang dianjurkan :
Tabel 5 Angka kecukupan besi rata-rata yang dianjurkan per orang per hari
Golongan umur wanita
Berat badan kg Tinggi Badan
Cm Besi mg
1 2
3 4
13-15 46 153 19
16-19 50 154 25
Sumber: Sunita Almatsier 2001:302
2.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada