yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan kepala keluarga untuk mengusahakannya, misalnya dengan kekuasaan ataupun
kewenangan yang dimiliki. Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang diukur melalui tingkat pendidikan kepala
keluarga, perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat penghasilan keluarga. Menurut Rogers 1985, parameter dalam pengukuran status sosial
ekonomi adalah kasta, umur, pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan, partipasi sosial, hubungan organisasi pembangunan, pemilikan
lahan, pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya. Melly G. Ten dalam Koentjoroningrat 1989, status sosial ekonomi seseorang itu
diukur lewat pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Konsep kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan, faktor pekerjaan, dan penghasilan.
2.3 Fungsi Lahan dan Struktur Sosial
Masyarakat Desa yang memiliki mata pencarian sebagai petani tentunya mengandalkan tanah sebagai mata pencarian utama mereka.
Mengolah lahan pertanian dan hasilnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun, akibat pembangunan yang berlangsung
serta pertambahan jumlah penduduk dapat saja menjadikan lahan yang dimiliki oleh mereka semakin berkurang.
Petani di pedesaan rata-rata memiliki lahan yang sempit, pemilikan yang semakin timpang menyebabkan adanya pemborosan tenaga kerja.
Dengan kondisi seperti ini petani akan memiliki pendapatan yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Lahan yang sempit memiliki pengaruh negatif bagi keseluruhan ekonomi pertanian, terutama tidak tersedianya pekerjaan bagi seluruh anggota keluarga
di lahan yang sedemikian kecil Devies, 1995 : 110-112. Padahal fungsi lahan bagi masyarakat Desa tidak hanya sebagai mata
pencarian tetapi juga memiliki fungsi lain seperti dikemukakan oleh Tjondronegoro dan Wiradi 1984 mengatakan bahwa fungsi sosial dari tanah
tidak hanya sebagai tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan papan dan sumber pendapatan sebagai sandaran hidup petani, tetapi juga memiliki fungsi-
fungsi sosial yang memungkinkan mereka melakukan interaksi dan berkembang. Namun, sejak awal tahun 1980-an, akibat pembangunan dan
ekonomi uang yang memasuki pedesaan, timbullah berbagai persoalan penting berkaitan dengan lahan itu. Karena sebagian tanah pertanian mereka mulai
terusik dan mengalami perubahan, baik kepemilikan, luas maupun fungsinya, kehidupan sosial pun terpengaruh. Misalnya, masalah perubahan nilai-nilai
kehidupan keluarga dan nilai-nilai kerja. Dalam konteks perubahan demikian Scoot 1993 menunjukkan bahwa
masalah-masalah itu berakibat juga kepada nilai-nilai hubungan patron klien yang ditandai dengan meningkatnya buruh tani yang tidak berpatron. Menurut
Vago 1989, fenomena sosial tersebut lahir karena adanya “pembangunan yang terencana”. Sedangkan hasil temuan Geertz 1977 di Mojokuto, Jawa Timur
dan Tabanan Bali, menyebutkan bahwa perubahan perilaku masyarakat yang cukup signifikan dengan fungsi ekonominya, di mana struktur sosial yang ada,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari luas lahan. Jadi, kemampuan
Universitas Sumatera Utara
produksi di sektor pertanian bagi masyarakat sangat berpengaruh pada pola dan nilai-nilai kehidupan.
Latar belakang sosial budaya masyarakat yang melembaga dan berakar dalam kehidupannya sebagai petani,menjadi faktor deterministik yang
menentukan hubungannya terhadap fungsi lahan. Tjondronegoro dan Wiradi 1984 menyebutkan bahwa lahan bagi petani tidak terbatas sebagai sumber
ekonomi dan tempat tinggal, tetapi juga terdapat fungsi-fungsi sosial yang memungkinkan mereka melakukan interaksi dan berkembang. Selanjutnya,
penyempitan lahan dan masuknya ekonomi uang ke pedesaan akan membawa pengaruh kepada pergeseran struktur sosial yang dapat disejajarkan dengan
proses individualisasi. Dalam perspektif fungsional struktural, fungsi itu dapat dikategorikan sebagai sumber inspirasi dan kehidupan untuk mengembangkan
nilai-nilai, sehingga mengubah fungsi lahan berarti mengubah sumber-sumber kehidupan dalam mengembangkan nilai-nilai tersebut Parsons, 1986.
Menurut prosesnya, perubahan itu umumnya signifikan dalam hal demografi, sikap dan nilai, sistem stratifikasi, dan sistem keluarga. Pada tingkat
stratifikasi sosial, perubahan mendasar dalam masyarakat biasanya terus bergerak ke arah modern, seperti pada masyarakat tradisional yang mempunyai
pola kerja homogen, sehingga proses pergeseran kerjanya menimbulkan pembagian kerja yang sangat nyata di mana spesialisasi kerjanya terus
meningkat akhirnya melahirkan perubahan struktur pekerjaan karena tingkat mobilitas sosialnya cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN