BAB II Melukis Dengan Mixed Media untuk Meningkatkan Kreativitas
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kreativitas Anak Usia Dini
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Shaifuddin (2013: 105) kreativitas dapat diartikan sebagai pola pikir atau ide yang ditimbulkan secara spontan dan imaginatif yang mencirikan hasil-hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik. Dan kreativitas itu sendiri meliputi hasil sesuatu yang baru, baik sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau budaya, maupun secara relatif baru bagi individunya secara personal.
Munandar (2009: 25) mengatakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Rachmawati dan Kurniati (2010: 13) mengatakan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, sukesi, diskointinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.
Wahyudin (2007: 3) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinil yang berwujud ide-ide dan alat-alat, serta lebih spesifik lagi, keahlian untuk menemukan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele dalam Munandar (2009: 21) yang mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
(2)
Evan dalam Soesilo (2014: 17) menyatakan bahwa kreativitas adalah keterampilan untuk menemukan pertalian baru, melihat subjek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran.
Menurut Gordon dan Browne dalam Susanto (2011: 114) bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan gagasan yang baru yang imajinatif dan juga kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang sudah ada.
Gentile dalam Saliceti (2015: 1175) mendefinisikan kreativitas (creativity) sebagai berikut: “Creativity is all about questioning, coping with problems through new prospective, with the aim to get innovative solutions suitable for every area of applicability”.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa menurut Gentile dalam Saliceti (2015: 1175) bahwa kreativitas adalah semua hal tentang pertanyaan, untuk mengatasi suatu masalah, dengan tujuan untuk mendapatkan solusi inovatif yang cocok untuk setiap bidang penerapannya.
Berdasarkan hasil penelitian dari Tugrul, et al. (2013) dalam jurnalnya “Picture of the Creativity” mendefinisikan kreativitas sebagai berikut:
“According to Tugrul, et al, defined creativity as being different, knowing no limits and producing solutions, problem solving, imagination”.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa Tugrul, et al. (2013) mendefinisikan kreativitas sebagai sesuatu mempunyai perbedaan dengan yang lain, mengetahui segala hal, dan mampu untuk membuat solusi dari masalah-masalah yang timbul, serta mempunyai imajinasi.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu pola pikir atau ide untuk membuat kombinasi baru dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah guna menghasilkan atau menciptakan dengan cara mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang
(3)
sudah ada sehingga terciptalah sesuatu yang baru dan mempunyai makna sosial serta mempunyai imajinasi.
b. Tahap-Tahap Kreativitas
Wycoff (2002: 52) mengemukakan empat tahapan proses kreativitas, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan implementasi.
1) Persiapan
Pada tahapan ini, seorang individu berusaha mengumpulkan informasi, berkonsentrasi, dan mengakrabkan diri sepenuhnya dengan semua aspek masalah. Melalui ilmu dan pengalaman yang dimiliki, individu tersebut berusaha menempuh berbagai kemungkinan jalan yang akan ditempuh untuk menyelesaikan masalah. Meskipun seorang individu sudah mampu untuk mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah, namun tetap belum ada arah dalam tahap ini.
2) Inkubasi
Pada tahap ini, individu memberi waktu bagi pikirannya untuk beristirahat sejenak dengan tidak memikirkan semua aspek masalah. Individu memberi waktu buat dirinya sendiri untuk mengumpulkan energi.
3) Iluminasi
Pada tahapan ini, individu sudah menemukan gagasan-gagasan baru sebagai jawaban atas penyelesaian suatu masalah dan ini terjadi saat individu tersebut benar-benar santai dan melakukan hal lain.
4) Implementasi
Pada tahap ini, individu menyelesaikan masalahnya dengan praktis, dan berusaha memperoleh dukungan dari individu lain. Kemudian menentukan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
(4)
Menurut Rakhmat dalam Wahyudin (2007: 5), tahapan berpikir kreatif ada lima tahapan, yakni: 1) Orientasi (pandangan); 2) Preparasi (sediaan); 3) Inkubasi (masa tunas); 4) Iluminasi (penerangan); dan 5) Verifikasi (pemeriksaan kebenaran).
Petty dalam Soesilo (2014: 70) menyatakan bahwa proses kreatif ditinjau dari 6 tahap, yang terdiri dari:
1) Inspirasi (inspiration), menekankan pada pengumpulan gagasan sebanyak-banyaknya.
2) Klarifikasi (clarification), merupakan tahap yang berfokus pada sasaran.
3) Distilasi (distillation), pada tahapan ini menekankan pada memeriksa gagasan yang telah dihasilkan dan mencoba untuk menentukan pekerjaan yang akan dikerjakan.
4) Perspirasi (perspiration), merupakan tahapan yang mengimplementasikan gagasan yang sudah dipilih atau ditentukan.
5) Evaluasi (evaluation), pada tahap ini terjadi usaha atau proses untuk melihat keberhasilan dari suatu pekerjaan berdasarkan tujuan semula yang telah dirumuskan.
6) Inkubasi (incubation), menekankan adanya kondisi mengistirahatkan diri dengan meninggalkan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap proses kreativitas antara lain persiapan, inkubasi, iluminasi, dan implementasi.
c. Ciri-Ciri Kreativitas
Berdasarkan hasil penelitian dari Tugrul, et al. (2013) dalam jurnalnya “Picture of the Creativity” (2013) ciri-ciri atau karakteristik dari kreativitas
(5)
sebagai berikut: “According to Tugrul, et al, defined the characteristics of a creative individual mostly as thinking differently, designing, being original and making use of residual material”.
Pendapat diatas menjelaskan bahwa menurut Tugrul, et al. (2013) ciri-ciri atau karakteristik dari kreativitas antara lain berpikir berbeda dari yang lain, suka merancang, asli atau original, dan suka memanfaatkan bahan yang ada.
Menurut Musfiroh dalam jurnalnya yang berjudul “Kreativitas Anak Usia Dini dan Implikasinya dalam Dunia Pendidikan” mengatakan bahwa seorang anak yang mempunyai kreativitas atau biasa disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini:
1) Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan pertanyaan, menebak, mendiskusikan temuan
2) Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita
3) Berkonsentrasi untuk tugas tunggal dalam waktu cukup lama
4) Menata sesuatu sesuai selera
5) Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa
6) Mengulang untuk tahu lebih jauh
Supriadi dalam Rachmawati dan Kurniati, (2010: 15). Menyatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan oleh orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif.
(6)
Berdasarkan analisis faktor, Guildford dalam Susanto (2011: 117) mengemukakan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yakni: 1) Kelancaran (fluency), ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan; 2) Keluwesan (flexibility), ialah kemampuan untuk mengemukakan berbagai macam pemecahan atau pendekatan terhadap suatu masalah; 3) Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan gagasan yang asli; 4) Penguraian (elaboration), yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan rinci, jelas, dan panjang lebar; dan 5) Perumusan kembali (redefinition), yaitu kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak yang memiliki kreativitas itu antara lain suka bereksplorasi, berimajinasi, berkonsentrasi dengan tugas cukup lama, memiliki orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, motivasi sikap, dan kepribadian kreatif.
d. Tujuan dari Pengembangan Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu potensi besar yang dimiliki anak sehingga harus dikembangkan. Pengembangan kreativitas anak usia dini dilaksanakan melalui pelaksanaan program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar, yakni pengembangan daya cipta/ kreativitas. Menurut Sumanto (2005: 43) pengembangan daya cipta bertujuan untuk membuat anak-anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel, dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir, berolah tangan, berolah seni, dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus dan motorik kasar.
Munandar (2009: 31) mengemukakan pentingnya pengembangan kreativitas anak, antara lain:
1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan/ aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia
(7)
2) Kreativitas merupakan cerminan berpikir kreatif anak. Berpikir kreatif anak sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
3) Kreativitas tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu
4) Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari pendapat dua ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pengembangan kreativitas yakni sebagai aktualisasi diri, sebagai kemampuan untuk menyelesaikan berbagai macam kemungkinan yang terjadi selama hidup, untuk memberikan kepuasan terhadap diri, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, dan membuat anak kreatif.
e. Strategi dalam Pengembangan Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, kita perlu meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong, press, proses atau, dan produk dalam Munandar (2009: 45-46).
1) Pribadi
Kreativitas dari aspek pribadi, berasal dari ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Maka dari itu pendidik hendaknya menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya.
2) Pendorong (Press)
Kreativitas sebagai pendorong berasal dari dukungan dari lingkungannya ataupun dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk menghasilkan sesuatu. Di dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada
(8)
penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.
3) Proses
Kreativitas sebagai proses adalah dengan memberi anak kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Hal yang paling penting ialah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Hendaknya pendidik tidak terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna, karena proses dalam kreativitas juga perlu waktu.
4) Produk
Kreativitas sebagai produk berarti mampu menciptakan produk-produk kreatif yang bermakna, munculnya produk ini disertai dengan adanya dorongan (internal maupun eksternal). Hendaknya pendidik menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya dengan yang lain, misalnya dengan menunjukkan hasil karya anak.
Ayan (2002) dalam bukunya yang berjudul bengkel kreativitas mengemukakan bahwa ada sepuluh strategi pengembangan kreativitas, yakni: 1) Menyatu dengan masyarakat luas; 2) Merancang suatu lingkungan menjadi bernilai tambah; 3) Mengembara keluar dari dunia sempit kita; 4) Menyulut inspirasi dari permainan dan humor; 5) Kembangkan daya pikir dengan membaca; 6) Menggemari kesenian; 7) Menggeluti teknologi; 8) Hadapi tantangan dengan teknik berpikir ampuh; 9) Membebaskan alam kesadaran yang lain; dan 10) Menyatu dengan jiwa kreatif.
Susanto (2011: 129), menyatakan bahwa salah satu strategi dalam pengembangan kreativitas anak usia dini adalah dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu pembelajaran dengan bermain atau belajar sambil bermain. Dimana setiap materi yang diberikan harus dikemas dalam bentuk permainan.
(9)
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pengembangan kreativitas antara lain mengembangkan daya pikir lewat membaca, memberi kesempatan pada anak untuk bersibuk diri secara kreatif, menggemari kesenian, dan materi pembelajaran disampaikan lewat permainan.
f. Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Munandar (2009: 59) mengemukakan kreativitas merupakan suatu konstruk yang multi-dimensional, yang terdiri dari berbagai dimensi, salah satunya adalah dimensi kognitif dari kreativitas yakni berpikir divergen yang mencakup antara lain:
1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan untuk memunculkan berbagai ide alternatif.
2) Flexibility (kelenturan), yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah melalui berbagai ide alternatif.
3) Originality (keaslian), yaitu kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai pemikiran sendiri.
4) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan untuk merinci ide-ide alternatif.
Beberapa tes dari luar negeri yg mengukur kreativitas adalah tes Guilford yg mengukur kemampuan berpikir divergen dan konvergen, sedang tes Torrance untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif. Tes yang lebih baru adalah tes berpikir kreatif-produksi menggambar dari Jellen dan Urban (Taswadi: 2010).
Dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kreativitas ada beberapa tes yang bisa dilakukan yakni tes Guilford, tes Utami Munandar, Torrance, dan tes berpikir kreatif-produksi menggambar. Berdasarkan keempat tes kreatif yang dapat mengarahkan pada proses kreatif, maka dalam penelitian ini menggunakan tes kreativitas verbal dari Utami Munandar. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini antara lain fluency (kelancaran), originality (keaslian), dan elaboration (keterperincian) yang digunakan dalam menilai hasil kreativitas anak.
(10)
2. Hakikat Melukis dengan Mixed Media a. Pengertian Seni Lukis
Seni lukis adalah ungkapan dari pikiran dan perasaan terdalam seseorang maupun pengalaman seseorang yang menggunakan warna dan garis. Menurut Sukimin dan Sutandar (2008: 57) seni lukis adalah hasil curahan cita dan rasa dari subjek pencipta dengan menggunakan media karya yang berupa garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan ruang dalam bidang dua dimensi.
Pekerti (2007: 8.22) seni lukis adalah cabang seni murni yang berwujud dua dimensi yang mengekspresikan gagasan maupun perasaan seseorang melalui media ungkap tertentu, seperti menggunakan cat akuarel, cat minyak, atau cat akrilik. Kemampuan pengolahan bahan dan penguasaan alat serta teknik melukis merupakan hal yang utama. Sedang menurut Bahari (2008: 82), seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan unsur warna, bidang, garis, bentuk, dan tekstur.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis adalah ungkapan dari pikiran, perasaan maupun pengalaman yang berwujud dua dimensi menggunakan media karya yang berupa garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan ruang.
b. Pengertian Melukis
Melukis adalah suatu kegiatan menggunakan kuas, cat air dan sebagainya dengan mengolah medium dua dimensi untuk menciptakan kesenangan pada anak dan memberi kebebasan pada anak serta untuk mengeksplorasi imajinasi anak. Shaifuddin (2015: 2), melukis adalah suatu kegiatan belajar dengan bermain warna, garis, dan bentuk yang disusun dalam suatu media bidang datar baik itu kertas, kanvas, dinding, dan sebagainya.
Menurut Pamadhi dan Sukardi (2010: 3.8) melukis berdasarkan arti adalah membayangkan, maka objek yang ada di depan mata dibayangkan, dikaitkan, diasosiasikan, diimajinasikan dengan objek yang pernah masuk dalam
(11)
ingatan. Bentuk ungkapan ini dapat berupa gambar yang dapat dilihat mata dengan realistis (nyata) maupun tidak (abstrak). Gambaran ini dapat diubah warna maupun tampilan bentuknya sesuai dengan keinginan orang yang melukiskan. Dan melukis itu sendiri adalah memvisualkan (menyatakan bentuk) bayangan dalam bentuk gambar.
Menurut Utami dalam naskah publikasinya yang berjudul “Pengaruh Melukis Terhadap Kreativitas Seni Anak Usia Dini di TK Buran 02 Tasikmadu Karanganyar Tahun 2013/2014” mengatakan bahwa melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kapas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa di anggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa melukis adalah kegiatan untuk memvisualkan bayangan dalam bentuk gambar dengan cara mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu dalam suatu media bidang datar baik itu kertas, kanvas, dan sebagainya.
c. Tahap-Tahap Kegiatan Melukis
Menurut Pamadhi dan Sukardi (2010: 3.44), kegiatan melukis bagi seseorang umumnya dapat melalui tiga tahapan yaitu:
1) Eksplorasi, dapat mencari ide dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan referensi atau dari buku, kemudian bayangkan isi dari buku tersebut baru tahap selanjutnya yakni mewujudkannya menjadi karya lukis.
2) Eksperimen, sering juga disebut sebagai tahap mencoba untuk mencari pengalaman. Cara yang ditempuh bermacam-macam bisa dengan, pertama, mencoba alat yang paling disukai, kemudian mencoba berkarya tanpa merasa takut jika terjadi kesalahan. Kedua, mencoba mengubah bentuk realistik menuju abstrak, demikian pula sebaliknya. Ketiga, mencoba membuat eksperimen bahan atau medium berkarya. 3) Kreasi, atau mencipta. Pada tahap ini anak harus diberi banyak motivasi oleh pendidik sebagai jalan membuka ide dan pikiran yang baru untuk mencipta.
(12)
Iswoyo dalam jurnalnya yang berjudul “Penciptaan Seni Lukis Ilusi Tiga Dimensi” mengemukakan bahwa tahapan melukis ada enam tahapan, yaitu penentuan ide, penentuan tema, penentuan gaya, penentuan media, penentuan teknik, dan proses kerja kreatif.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tahapan-tahapan dalam kegiatan melukis antara lain tahap eksplorasi dalam rangka untuk mencari ide, tahap eksperimen merupakan tahap mencoba untuk mencari pengalaman baru, dan tahap kreasi yang berarti bahwa anak menciptakan sesuatu yang baru.
d. Langkah – Langkah Kegiatan Melukis
Menurut Beal dan Miller (2003: 77-112), cara mengajarkan melukis pada anak yakni:
1. Persiapan-persiapan
Sebelum kegiatan melukis dimulai, hendaknya mempersiapkan cat yang akan digunakan dan bahan-bahan yang diperlukan. Siapkan pula warna-warna yang akan digunakan dalam melukis pada tempatnya masing-masing dalam piring palet. Di samping tempat kuas diletakkan pula spons kecil, yang digunakan untuk mengeringkan kuas yang habis dibersihkan. Agar situasi lebih terkendali, anak-anak diberikan satu kuas untuk memulai.
2. Mengawali
Semua peralatan telah diletakkan di meja kerja, tempat anak-anak itu akan berkarya, anak-anak tinggal memilih media apa saja yang akan digunakan. Sebelumnya guru menunjukkan cara pemakaian dan penggunaan media-media lukis tersebut, selain itu guru juga harus mengajarkan kepada anak cara membersihkan kuas yang benar. Kemudian setelah itu anak-anak mempraktekkannya sendiri. Tak lupa juga setiap anak harus diberi wadah plastik berisi air untuk membersihkan kuasnya jika ingin berganti warna. Biarkan anak-anak
(13)
mengeksplor warna yang disediakan untuk mendapatkan warna lainnya.
3. Menggambar sebelum melukis
Untuk lukisan-lukisan yang rumit, bisa menggambar dulu keseluruhan karyanya dengan arang, pastel krayon, maupun lilin kemudian mewarnai gambar tersebut dengan kuas dan cat. Guru memancing anak dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memunculkan ide kreatif anak. Karena sering kali anak-anak memiliki objek atau minat favorit yang ingin dimasukkan ke dalam karya mereka.
4. Memamerkan Karya
Memamerkan karya anak dengan memajangnya di depan kelas, kemudian dibawahnya disertai tulisan singkat tentang deskripsi karya anak, sehingga anak lebih termotivasi lagi untuk membuat karya yang lebih baik.
Menurut Martono dan Retnowati (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Strategi Pembelajaran Seni Lukis Anak Usia Dini Di Sanggar Pratista Yogyakarta” mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran melukis, yakni: 1) Persiapan, yang meliputi persiapan fisik dan mental; 2) Pembelajaran melukis dengan pendekatan secara individual; dan 3) Melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil karya anak.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah dalam kegiatan melukis antara lain persiapan, menggambar sebelum melukis, melakukan evaluasi, dan memamerkan hasil karya.
e. Manfaat Kegiatan Melukis
Manfaat kegiatan melukis bagi perkembangan anak menurut Pamadhi dan Sukardi (2010: 3.11), antara lain:
(14)
1. Melukis sebagai Media Mencurahkan Perasaan
Dalam melukis, mencurahkan perasaan itu lewat warna dan bentuk yang terdapat pada lukisan anak. Pemilihan warna pada lukisan anak bergantung pada warna-warna yang anak tampilkan dalam karyanya karena bagi anak warna sangat berperan dalam usaha untuk menyatakan isi perasaan. Teori warna menjelaskan bahwa warna mempunyai simbol dan kesan rasa sebagai berikut:
a) Warna panas, dikatakan warna panas karena kelompok warna ini dapat mempengaruhi kesan tenang. Kelompok warna panas adalah merah, kuning, orange, putih.
b) Warna dingin, dikatakan warna dingin karena kelompok warna ini dapat mempengaruhi kesan sejuk. Kelompok warna dingin adalah biru, hijau.
2. Melukis sebagai Alat Bercerita (Bahasa Visual/ Bentuk)
Hampir semua anak di berbagai belahan negara di dunia menyukai kegiatan bercerita. Sedang bercerita itu sendiri merupakan usaha untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dengan melukis, anak-anak dapat menyalurkan cerita mereka ke dalam bentuk lukisan, meskipun lukisan itu berbentuk maupun tidak.
3. Melukis Berfungsi sebagai Alat Bermain
Kegiatan yang dilakukan anak saat bermain itu memang sudah bagus, tapi terkadang kita sebagai orang tua maupun guru harus mengarahkan anak. Mengarahkan anak dengan cara mengingatkan dan menasehati anak agar tidak bermain dengan barang-barang yang ada di rumah maupun di kelas. Dari sinilah, peran melukis dibutuhkan untuk mengarahkan anak dalam bermain. Bermain yang berkaitan dengan melukis itu misalnya melakukan permainan warna dengan berbagai
(15)
teknik, seperti teknik tiup, mencetak, menumpahkan warna, dan masih banyak lagi yang lainnya yang bermanfaat bagi anak.
4. Melukis dapat Melatih Ingatan
Melukis adalah menggambar bayangan yang ada di benak. Bayangan yang ada di benak anak inilah ingatan tentang sebuah pengalaman, perasaannya terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang telah menimpanya. Beberapa kejadian yang masuk ke dalam ingatan anak itu dapat muncul berupa warna, baju, permainan, bentuk dan masih banyak lagi yang lain yang masih ada di ingatan anak. Kejadian yang anak ingat inilah yang akan muncul ketika anak sedang melukis.
5. Melukis dapat Melatih Berpikir Komprehensif (Menyeluruh)
Melukis merupakan latihan mengemas berbagai peristiwa, bentuk maupun rasa menjadi catatan visual. Karena saat anak mencari ide atau gagasan dalam melukis, anak akan terlebih dahulu berpikir tentang objek yang akan ditampilkan. Manfaat melukis bagi perkembangan daya nalar itu sangat tinggi berupa pengembangan daya tangkap menyeluruh dengan cara mengungkapkan secara berurutan namun ekspresif.
6. Melukis sebagai Media Sublimasi Perasaan
Berbagai macam perasaan anak yang meliputi susah, senang, sedih, dan sebagainya bisa diungkapkan lewat kegiatan melukis. Dengan begini setidaknya apa yang ada di perasaan anak bisa tersalurkan lewat kegiatan melukis.
7. Melukis dapat Melatih Keseimbangan
Secara keseluruhan cara membayangkan sesuatu oleh anak dianggap sebagai kegiatan menyeimbangkan antara otak dan emosi. Di dalam melukis, warna itu sendiri melambangkan ungkapan perasaan, sedang bentuk itu melambangkan pikiran. Kegiatan melukis ini juga
(16)
sebagai sarana mengungkapkan ide dan gagasan serta menyatakan dalam bentuk visual sehingga akan mengurangi beban pikiran dan perasaan yang tidak dapat diungkapkan lewat kata-kata.
8. Melukis dapat Melatih Kreativitas Anak
Melukis dapat melatih kreativitas anak karena melukis itu bebas, dan tidak terikat oleh suatu apapun. Ide dan gagasan dalam melukis tidak hanya berasal dari ingatan anak saja, bisa berasal dari cerita yang dialami anak, lagu yang disukai anak, dapat juga anak terinspirasi dari gerakan dan tarian, disinilah letak kreativitas anak bisa dikembangkan.
9. Melukis Mengembangkan Rasa Kesetiakawanan yang Tinggi
Kegiatan melukis yang dilakukan bersama-sama dapat melatih anak untuk memahami orang lain. Tujuan kompetensinya adalah memberikan rasa tanggung jawab pada dirinya serta memahami hak orang lain sesuai dengan kebutuhan.
Manfaat melukis menurut Dr. Dwijo Saputro, SpKJ dalam Asih (tempo.co, 15 April 2013), Ketua Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia mengatakan bahwa melukis memberikan pengaruh yang positif pada autisme, skizofernia, depresi, dan banyak masalah kejiwaan lainnya.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat dari kegiatan melukis antara lain sebagai media mencurahkan rasa, melatih ingatan, melatih kreativitas anak, dan memberikan pengaruh yang positif terhadap masalah kejiwaan.
f. Pengertian Mixed Media
Mixed Media adalah teknik seni lukis yang memanfaatkan dua sampai lebih jenis media dalam pembuatan karya lukisnya menjadi suatu karya seni yang kreatif dan dapat berwujud dua dimensi bahkan dapat menjadi tiga dimensi.
Suwarna, dkk dalam artikelnya yang berjudul “Pelatihan Kreativitas Lukis Mixed Media Guru TK Yogyakarta” mengatakan bahwa mixed media
(17)
adalah salah satu teknik melukis menggunakan berbagai macam media (bahan) yang diolah sehingga menghasilkan suatu karya dua dimensional yang artistik. Misalnya memadukan media spidol, pastel dan cat air atau memadukan media pasta ajaib, spidol, pastel dan cat air.
Menurut Handoko dalam Broken Weapon, Karya Seni Lukis Mix Media, mixed media adalah sebuah teknik yang melibatkan penggunaan dua atau lebih media artistik, seperti tinta dan pastel atau lukisan dan kolase, yang digabungkan dalam komposisi tunggal. Campuran media yang menghasilkan karya seni yang kreatif, tanpa hambatan dan unik. Beberapa elemen dari media campuran menambah warna dan tekstur dan dapat memungkinkan sebuah karya seni memiliki ilusi tiga dimensi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Mixed Media adalah salah satu teknik melukis yang menggabungkan berbagai macam media agar menjadi suatu komposisi tunggal berupa suatu karya dua dimensional yang artistik.
g. Alat dan Bahan dalam Melukis dengan Mixed Media
Dalam kegiatan melukis dengan mixed media ini alat seni rupa dwimatra yang digunakan adalah kuas dan piring palet. Dalam Shaifuddin (2013: 87), kuas merupakan salah satu alat yang dipergunakan mengoleskan cat pada bidang datar kertas, kanvas, lembaran papan, dan bahkan di dinding tembok sekalipun. Banyak macam jenis kuas baik untuk dipergunakan untuk cat air, cat akrilik, dan cat minyak. Ada beberapa bentuk kuas yaitu berbentuk bulat lancip pada ujungnya dan kuas berujung persegi. Ukuran kuas juga bermacam-macam dari nomor 1, 2, 3 sampai nomor 12. Besar kecilnya nomor juga bergantung merk produk pabrik yang membuatnya.
Alat seni rupa dwimatra yang digunakan lainnya yakni piring palet. Piring palet merupakan suatu piringan sebagai alat untuk mencampur warna cat atau mencairkan warna sesuai dengan kemauan (hlm. 82). Piring palet digunakan untuk menghindari kekotoran dalam proses campur mencampur warna yang
(18)
berlainan. Bentuk palet sangat bervariasi, dari bentuk daun sirih sampai bentuk kotak.
Sedang bahan yang digunakan untuk bidang menggambar adalah kertas gambar. Kertas gambar adalah kertas yang dipergunakan sebagai bidang datar yang berfungsi sebagai landasan untuk menggambar atau melukis dengan cat air, pensil berwarna, pastel, arang, dan lainnya, serta dipakai pula untuk mencetak atau seni grafis (Shaifuddin, 2013: 77). Kertas yang dipergunakan untuk kebutuhan pokok dalam seni rupa dua dimensi biasanya dibuat dari batang lena dan diambil pada bagian yang lunak seperti pada bagian cambium-nya. Umumnya kertasnya ini berwarna putih dan tebalnya ditentukan oleh berat yang diukur dengan gram.
Dan untuk bahan lainnya yang digunakan untuk kegiatan melukis yakni bahan buatan yang antara lain pastel krayon, lilin putih, lilin warna, kapur warna, spidol dan cat air berbentuk pasta dan serbuk. Pastel krayon adalah pastel jenis tengahan yaitu campuran antara pastel kapur dengan pastel oil memadu menjadi satu sehingga disebut krayon. Sifat pastel krayon merupakan hasil campuran antara oil dan kapur sehingga hasil warna-warna yang ditimbulkan tidak secerah pastel oil dan tidak mudah luntur seperti halnya pastel kapur. Jadi sifat kedua pastel antara pastel oil dan pastel kapur ada di sifat pastel jenis krayon ini. Jenis pastel krayon ini memiliki ketangguhan dari segi keawetan dalam penggunaannya, yaitu tidak lekas tumpul, dan tidak mudah patah bila dipakai (hlm. 25).
Sedangkan lilin putih adalah lilin yang berwarna putih. Lilin warna adalah lilin mempunyai warna-warna selain warna putih. Biasanya lilin jenis ini digunakan untuk lilin kue ulang tahun karena bentuknya yang kecil dan berwarna-warni. Bahan lainnya yakni kapur warna merupakan kapur yang diberi zat warna. Warna pada kapur diantaranya ialah: putih, biru muda, biru tua, kuning muda, kuning tua, hijau tua, merah muda, merah tua, dan coklat (hlm. 29). Biasanya kapur yang berwarna digunakan khusus untuk menggambar sehingga disebut pula kapur gambar. Dan bahan lainnya yakni spidol yang
(19)
tersedia dalam berbagai warna. Jenis tintanya ada yang terbuat dari air dan ada yang berupa campuran dengan alkohol.
Selanjutnya, cat air berbentuk pasta umumnya merupakan larutan kental yang dikemas di dalam wadah bentuk tube seperti pasta gigi. Pada mulanya bentuk pasta di tube ini bahan dasarnya adalah timah hitam yang sifatnya lentur dan empuk bila dipijit dengan jari tangan. Untuk saat ini, bahan tube dari timah hitam sudah tidak ada atau jarang digunakan sebagai wadah cat karena kemungkinan bahan bakunya sudah menipis atau mungkin bahannya terlalu mahal (Shaifuddin, 2013: 45). Sedang untuk cat air berbentuk serbuk, merupakan suatu serbuk yang dikemas dalam bungkus plastik atau kertas. Cat air bentuk serbuk ini biasa dikenal dengan nama teres atau nopal dalam bahasa jawa.
3. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Hal ini diperuntukkan sebagai rujukan dalam mengadakan penelitian ini. Adapun hasil penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk (2014) Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dan Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul “Penerapan Metode Drill Melalui Kegiatan Melukis Mixed Media Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus”. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan keterampilan motorik halus anak pada siklus I sebesar 65,00% dan meningkat menjadi 89,00% pada siklus II. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa dengan penerapan metode drill melalui kegiatan melukis mixed media dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B TK Widia Kumara Padangbulia. Persamaan dengan penelitian Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk ini adalah pada variabel bebasnya. Perbedaan dengan penelitian Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk ini adalah pada variabel terikatnya, yakni untuk
(20)
meningkatkan keterampilan motorik halus. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk (2014) mengenai Penerapan Metode Drill Melalui Kegiatan Melukis Mixed Media Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, sedangkan penelitian ini adalah Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis dengan Mixed Media.
2. Anis Marjukah (2012) Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Melukis Pada TKIT Al Hasna Gondang Kebonarum Klaten Kelompok B2 Tahun Ajaran 2012/2013”. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan kreativitas anak pada siklus I sebesar 45,8% dan meningkat menjadi 79,2% pada siklus II. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dengan melalui melukis dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini Kelompok B2 TKIT Al Hasna Gondang Kebonarum, Klaten. Persamaan dari penelitian Anis Marjukah (2012) dan penelitian ini terdapat pada variabel terikatnya yaitu peningkatan kreativitas anak. Perbedaan dengan penelitian Anis Marjukah ini adalah pada variabel bebasnya yakni kegiatan melukis, dalam penelitian yang dilakukan peneliti yakni melukis dengan mixed media. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Marjukah (2012) mengenai Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Melukis, sedang penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis dengan Mixed Media.
3. Berdasarkan hasil penelitian Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc (2016) program doctroal of Genral Psychology, Department of psychology, Universitas Islamic Azad, di Roudehen branch dengan judul “Enhancing creativity factors which are implemented by Iranian parents”. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa peningkatan faktor kreativitas dapat dilakukan melalui tindakan orang tua, yang mana dalam penelitian ini tindakan orang tua mempengaruhi kreativitas yang dimiliki oleh anak. Persamaan dengan penelitian Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc ini
(21)
adalah pada variabel terikatnya yakni peningkatan faktor kreativitas. Perbedaan dengan penelitian Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc ini adalah pada variabel bebasnya, yakni melalui tindakan orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc dengan judul “Enhancing creativity factors which are implemented by Iranian parents” adalah mengenai Peningkatan Faktor Kreativitas melalui Tindakan oleh Orang Tua di Iranian, sedangkan penelitian ini adalah Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis dengan Mixed Media.
B. Kerangka Berfikir
Kreativitas dalam bidang seni khususnya seni lukis pada anak kelompok B TK Pertiwi 02 Ngijo Tahun Ajaran 2015/2016 masih belum berkembang secara optimal, di mana guru masih melakukan kegiatan pembelajaran yang monoton sehingga kreativitas dalam seni lukis, anak perlu ditingkatkan. Upaya yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan kegiatan Melukis dengan Mixed Media untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Kelompok B TK Pertiwi 02 Ngijo, Tasikmadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. Peneliti menggunakan kegiatan melukis dengan mixed media pada siklus I dan siklus II dimana pada setiap siklus terdapat beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pada kondisi akhir kreativitas dengan kegiatan melukis dengan mixed media dapat meningkat. Jika kreativitas meningkat mencapai indikator kinerja yang diinginkan yaitu ≥ 75%, maka tindakan dihentikan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disajikan pada gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir:
(22)
ampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pada usia ini, anak
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari hasil kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Melalui melukis dengan mixed media dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B TK Pertiwi 02 Ngijo, Karanganyar tahun ajaran 2015/2016”.
Kondisi Awal
Kegiatan pembelajaran seni yang monoton atau
kurang bervariasi
Kreativitas anak belum meningkat
Guru menerapkan melukis dengan
mixed media
Siklus I Tema/ Subtema: Alam Semesta/ Pegunungan 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi Tindakan
Kreativitas mengalami peningkatan melalui melukis dengan mixed
media Kondisi Akhir
Siklus II Tema/ Subtema: Alam Semesta/ Gejala Alam 1. Perencanaan
2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi
(1)
adalah salah satu teknik melukis menggunakan berbagai macam media (bahan) yang diolah sehingga menghasilkan suatu karya dua dimensional yang artistik. Misalnya memadukan media spidol, pastel dan cat air atau memadukan media pasta ajaib, spidol, pastel dan cat air.
Menurut Handoko dalam Broken Weapon, Karya Seni Lukis Mix Media, mixed media adalah sebuah teknik yang melibatkan penggunaan dua atau lebih media artistik, seperti tinta dan pastel atau lukisan dan kolase, yang digabungkan dalam komposisi tunggal. Campuran media yang menghasilkan karya seni yang kreatif, tanpa hambatan dan unik. Beberapa elemen dari media campuran menambah warna dan tekstur dan dapat memungkinkan sebuah karya seni memiliki ilusi tiga dimensi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Mixed Media adalah salah satu teknik melukis yang menggabungkan berbagai macam media agar menjadi suatu komposisi tunggal berupa suatu karya dua dimensional yang artistik.
g. Alat dan Bahan dalam Melukis dengan Mixed Media
Dalam kegiatan melukis dengan mixed media ini alat seni rupa dwimatra yang digunakan adalah kuas dan piring palet. Dalam Shaifuddin (2013: 87), kuas merupakan salah satu alat yang dipergunakan mengoleskan cat pada bidang datar kertas, kanvas, lembaran papan, dan bahkan di dinding tembok sekalipun. Banyak macam jenis kuas baik untuk dipergunakan untuk cat air, cat akrilik, dan cat minyak. Ada beberapa bentuk kuas yaitu berbentuk bulat lancip pada ujungnya dan kuas berujung persegi. Ukuran kuas juga bermacam-macam dari nomor 1, 2, 3 sampai nomor 12. Besar kecilnya nomor juga bergantung merk produk pabrik yang membuatnya.
Alat seni rupa dwimatra yang digunakan lainnya yakni piring palet. Piring palet merupakan suatu piringan sebagai alat untuk mencampur warna cat atau mencairkan warna sesuai dengan kemauan (hlm. 82). Piring palet digunakan untuk menghindari kekotoran dalam proses campur mencampur warna yang
(2)
berlainan. Bentuk palet sangat bervariasi, dari bentuk daun sirih sampai bentuk kotak.
Sedang bahan yang digunakan untuk bidang menggambar adalah kertas gambar. Kertas gambar adalah kertas yang dipergunakan sebagai bidang datar yang berfungsi sebagai landasan untuk menggambar atau melukis dengan cat air, pensil berwarna, pastel, arang, dan lainnya, serta dipakai pula untuk mencetak atau seni grafis (Shaifuddin, 2013: 77). Kertas yang dipergunakan untuk kebutuhan pokok dalam seni rupa dua dimensi biasanya dibuat dari batang lena dan diambil pada bagian yang lunak seperti pada bagian cambium-nya. Umumnya kertasnya ini berwarna putih dan tebalnya ditentukan oleh berat yang diukur dengan gram.
Dan untuk bahan lainnya yang digunakan untuk kegiatan melukis yakni bahan buatan yang antara lain pastel krayon, lilin putih, lilin warna, kapur warna, spidol dan cat air berbentuk pasta dan serbuk. Pastel krayon adalah pastel jenis tengahan yaitu campuran antara pastel kapur dengan pastel oil memadu menjadi satu sehingga disebut krayon. Sifat pastel krayon merupakan hasil campuran antara oil dan kapur sehingga hasil warna-warna yang ditimbulkan tidak secerah pastel oil dan tidak mudah luntur seperti halnya pastel kapur. Jadi sifat kedua pastel antara pastel oil dan pastel kapur ada di sifat pastel jenis krayon ini. Jenis pastel krayon ini memiliki ketangguhan dari segi keawetan dalam penggunaannya, yaitu tidak lekas tumpul, dan tidak mudah patah bila dipakai (hlm. 25).
Sedangkan lilin putih adalah lilin yang berwarna putih. Lilin warna adalah lilin mempunyai warna-warna selain warna putih. Biasanya lilin jenis ini digunakan untuk lilin kue ulang tahun karena bentuknya yang kecil dan berwarna-warni. Bahan lainnya yakni kapur warna merupakan kapur yang diberi zat warna. Warna pada kapur diantaranya ialah: putih, biru muda, biru tua, kuning muda, kuning tua, hijau tua, merah muda, merah tua, dan coklat (hlm. 29). Biasanya kapur yang berwarna digunakan khusus untuk menggambar sehingga disebut pula kapur gambar. Dan bahan lainnya yakni spidol yang
(3)
tersedia dalam berbagai warna. Jenis tintanya ada yang terbuat dari air dan ada yang berupa campuran dengan alkohol.
Selanjutnya, cat air berbentuk pasta umumnya merupakan larutan kental yang dikemas di dalam wadah bentuk tube seperti pasta gigi. Pada mulanya bentuk pasta di tube ini bahan dasarnya adalah timah hitam yang sifatnya lentur dan empuk bila dipijit dengan jari tangan. Untuk saat ini, bahan tube dari timah hitam sudah tidak ada atau jarang digunakan sebagai wadah cat karena kemungkinan bahan bakunya sudah menipis atau mungkin bahannya terlalu mahal (Shaifuddin, 2013: 45). Sedang untuk cat air berbentuk serbuk, merupakan suatu serbuk yang dikemas dalam bungkus plastik atau kertas. Cat air bentuk serbuk ini biasa dikenal dengan nama teres atau nopal dalam bahasa jawa.
3. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Hal ini diperuntukkan sebagai rujukan dalam mengadakan penelitian ini. Adapun hasil penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk (2014) Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dan Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul “Penerapan Metode Drill Melalui Kegiatan Melukis Mixed Media Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus”. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan keterampilan motorik halus anak pada siklus I sebesar 65,00% dan meningkat menjadi 89,00% pada siklus II. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa dengan penerapan metode drill melalui kegiatan melukis mixed media dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B TK Widia Kumara Padangbulia. Persamaan dengan penelitian Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk ini adalah pada variabel bebasnya. Perbedaan dengan penelitian Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk ini adalah pada variabel terikatnya, yakni untuk
(4)
meningkatkan keterampilan motorik halus. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Alit Pradnya Dewi, dkk (2014) mengenai Penerapan Metode Drill Melalui Kegiatan Melukis Mixed Media Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, sedangkan penelitian ini adalah Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis dengan Mixed Media.
2. Anis Marjukah (2012) Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Melukis Pada TKIT Al Hasna Gondang Kebonarum Klaten Kelompok B2 Tahun Ajaran 2012/2013”. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan kreativitas anak pada siklus I sebesar 45,8% dan meningkat menjadi 79,2% pada siklus II. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dengan melalui melukis dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini Kelompok B2 TKIT Al Hasna Gondang Kebonarum, Klaten. Persamaan dari penelitian Anis Marjukah (2012) dan penelitian ini terdapat pada variabel terikatnya yaitu peningkatan kreativitas anak. Perbedaan dengan penelitian Anis Marjukah ini adalah pada variabel bebasnya yakni kegiatan melukis, dalam penelitian yang dilakukan peneliti yakni melukis dengan mixed media. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Marjukah (2012) mengenai Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Melukis, sedang penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis dengan Mixed Media.
3. Berdasarkan hasil penelitian Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc (2016) program doctroal of Genral Psychology, Department of psychology, Universitas Islamic Azad, di Roudehen branch dengan judul “Enhancing creativity factors which are implemented by Iranian parents”. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa peningkatan faktor kreativitas dapat dilakukan melalui tindakan orang tua, yang mana dalam penelitian ini tindakan orang tua mempengaruhi kreativitas yang dimiliki oleh anak. Persamaan dengan penelitian Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc ini
(5)
adalah pada variabel terikatnya yakni peningkatan faktor kreativitas. Perbedaan dengan penelitian Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc ini adalah pada variabel bebasnya, yakni melalui tindakan orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Hosein Ebrahimi Moghadama, and etc dengan judul “Enhancing creativity factors which are implemented by Iranian parents” adalah mengenai Peningkatan Faktor Kreativitas melalui Tindakan oleh Orang Tua di Iranian, sedangkan penelitian ini adalah Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis dengan Mixed Media.
B. Kerangka Berfikir
Kreativitas dalam bidang seni khususnya seni lukis pada anak kelompok B TK Pertiwi 02 Ngijo Tahun Ajaran 2015/2016 masih belum berkembang secara optimal, di mana guru masih melakukan kegiatan pembelajaran yang monoton sehingga kreativitas dalam seni lukis, anak perlu ditingkatkan. Upaya yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan kegiatan Melukis dengan Mixed Media untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Kelompok B TK Pertiwi 02 Ngijo, Tasikmadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. Peneliti menggunakan kegiatan melukis dengan mixed media pada siklus I dan siklus II dimana pada setiap siklus terdapat beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pada kondisi akhir kreativitas dengan kegiatan melukis dengan mixed media dapat meningkat. Jika kreativitas meningkat mencapai indikator kinerja yang diinginkan yaitu ≥ 75%, maka tindakan dihentikan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disajikan pada gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir:
(6)
ampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pada usia ini, anak
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari hasil kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Melalui melukis dengan mixed media dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B TK Pertiwi 02 Ngijo, Karanganyar tahun ajaran 2015/2016”.
Kondisi Awal
Kegiatan pembelajaran seni yang monoton atau
kurang bervariasi
Kreativitas anak belum meningkat
Guru menerapkan melukis dengan
mixed media
Siklus I Tema/ Subtema: Alam Semesta/ Pegunungan 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi Tindakan
Kreativitas mengalami peningkatan melalui melukis dengan mixed
media Kondisi Akhir
Siklus II Tema/ Subtema: Alam Semesta/ Gejala Alam 1. Perencanaan
2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi