BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM PERTANGGUNG JAWABAN PELAKU
USAHA ATAS PRODUK MAKANAN KADALUWARSA DAN CACAT PRODUKSI
A. Sistem Pertanggung Jawaban Pelaku UsahaProdusen Terhadap Makanan Kadaluwarsa
Penulisan batas kadaluwarsa atas suatu produk dilaksanakan dengan mencantumkan bulan dan tahun, sepanjang tidak ditulis dalam empat digit angka.
Sedangkan penulisan batas kadaluwarsa untuk pangan daya simpannya kurang dari tiga bulan harus mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun. Penulisan batas kadaluwarsa juga
adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen. Keberadaan masyarakat sebagai konsumen perlu dilindungi dari pangan yang dapat merugikan dan atau membahayakan
kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, perlindungan konsumen untuk keamanan juga telah diatur dalam
bab kedua mulai dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 28. Secara garis besar kriteria keamanan pangan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang : 1.
Sanitasi; bahwa setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Universitas Sumatera Utara
2. Bahan tambahan pangan; bahwa setiap orang yang memproduksi pangan
untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang;
3. Pangan Produk Rekayasa Genetika; bahwa setiap orang yang memproduksi
pangan atau menggunkan bahan baku, bahan tambahan pangan danatau bahan bantu lain dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang dihasilkan dari
proses rekayasa genetika wajib terlebih dahulu memeriksa keamanan pangan tersebut sebelum diedarkan;
4. Iradiasi Pangan; bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk
diedarkan harus mendapat izin pemanfaatan tenaga nuklir dan didaftarkan kepada Kepala Badan yang bertanggung jawab di bidang pengawasan tenaga
nuklir; 5.
Kemasan pangan; bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang
dinyatakan terlarang danatau yang dapat melepaskan cemarang yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia;
6. Jaminan Mutu Pangan dan Pemeriksaan Laboratorium; bahwa setiap orang
yang memproduksi pangan untuk diperdagankan bertanggung jawab melaksanakan jaminan mutu sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi;
7. Pangan Tercemar; bahwa setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang
mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia, yang melampaui ambang batas
maksimal yang telah ditetapkan, yang mengandung bahan yang dilarang
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan, yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi
manusia; atau pangan yang sudah kadaluwarsa. Tanggung jawab jelas ditekankan pada pasal tersebut diatas baik bagi produsen
yang membuat produk maupun distributor. Segala hal mengenai kelayakan produk yang dapat diproduksi juga menjadi sorotan penting. Setiap pelaku usaha harus mematuhi
berbagai peraturan yang berlaku dalam memproduksi produk. Proses produksi bukanlah satu-satunya yang menjadi sorotan penting dalam
perlindungan konsumen pangan, label juga merupakan hal yang penting dalam kemasan suatu produk. Dimana pelaku usahaprodusen wajib mencantumkannya, setidaknya ada
delapan jenis informasi yang bisa diketahui dari label kemasan produk pangan, yaitu :
58
1. Sertifikasi halal;
2. Nama produk;
3. Kandungan isi;
4. Waktu Kadaluwarsa;
5. Kuantitas isi;
6. Identifikasi asal produk;
7. Informasi gizi;
8. Tanda-tanda khusus lainnya.
Satu informasi dalam label yang paling popular dan dan sering diperhatikan adalah masa kadaluwarsa memang wajib dicantumkan dalam kemasan produk pangan.
Sehingga bila tidak dicantumkan akan menimbulkan pertanggung jawaban bagi pelaku usaha atau konsumen untuk bertanggung jawab atas efek atau dampak kerugian yang
timbul baik secara materiil maupun nonmaterial dalam mengkonsumsi produk pangan tersebut.
58
Pasal 30 ayat 2 UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan dengan tanggung jawab atas produk yang telah dihasilkan maupun yang telah diperdagangkan oleh produsen, dalam UUPK apabila ada suatu produk yang
dapat merugikan konsumen maka produsen atau pelaku usaha bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang diderita konsumen. Kewajiban tersebut tetap melekat pada
produsen meskipun antara pelaku usaha atau produsen dengan konsumen yang menjadi korban atas mengkonsumsi produk tersebut walaupun tidak terdapat persetujuan diantara
kedua belah pihak sebelumnya. Penjual, produsen ataupun pelaku usaha berkewajiban menanggung penderitaan
yang diderita oleh konsumen berdasarkan perbuatan melawan hukum, sebagaimana telah ditentukan di dalam Pasal 1365 KUHPerdata, serta ketentuan-ketentuan tentang ingkar
janji wanprestasi yaitu sepanjang peredaran makanan kadaluwarsa tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Kedudukan mengenai tanggung jawab perlu diperhatikan karena mempersoalkan kepantingan konsumen, akan tetapi hal ini harus disertai pula dengan analisi siapa yang
semestinya dibebani tanggung jawab dan sampai batas mana pertanggung jawaban tersebut dibebankan kepada produsen. Dengan product liability membebankan tanggung
jawab atas suatu barangatau jasa yang diproduksi oleh produsen menjadi tanggung jawab produsen itu sendiri bukan dibebankan pada konsumen.
Prinsip hukum setiap orang yang melakukan seseuatu hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain maka ia memikul tanggung jawab atas
perbuatannya. Karena setiap orang yang mengalami kerugian berhak mengajukan tuntutan, kompensasi ganti rugi kepada pihak yang melakukan perbuatan.
Kompensasi tersebut berdasarkan Pasal 19 Ayat 2 meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Pengembalian sejumlah uang
b. Penggantian barang atau yang setara
c. Perawatan kesehatan
d. Pemberian santunan sesuai kebutuhan perundang-undangan
Produk baik barang maupun jasa, pemasarannya dan penggunaannya oleh konsumen senantiasa mengandung dampak negatif, baik karena prilaku produsen maupun
sebagai akibat dari prilaku konsumen itu sendiri. Misalnya, karena prilaku curang produsen ataupun karena ketidaktahuan konsumen. Pendidikan terhadap konsumen dan
penyadaran kepada semua pihak tentang perlunya keamanan dan keselamatan didalam mengkonsumsi suatu produk amatlah penting. Misalnya dalam mengkonsumsi roti,
konsumen diharapkan teliti sebelum membeli roti tersebut dengan melihat tanda expired date yang tertera pada bungkusan roti ataupun memeriksa apakah bungkusan roti tersebut
masih baik, sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian. Pertanggung jawaban terhadap produk dapat membantu konsumen dalam mendapatkan produk yang baik dan
layak untuk dikonsumsi.
B. Sistem Pertanggung Jawaban Pelaku UsahaProdusen Terhadap Produk Makanan Cacat Produksi