Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Makanan Kadaluwarsa dan Cacat Produksi

C. Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Makanan Kadaluwarsa dan Cacat Produksi

Penyelesaian sengketa di bidang konsumen merupakan bagian dari kebijakan yang baik dalam memberdayakan empowerment system konsumen. Upaya pemberdayaan konsumen merupakan bentuk kesadaran mengenai karakterisik khusus dunia konsumen, yakni adanya perbedaan kepentingan yang tajam antara pihak yang berbeda posisi tawarnya bargaining position. 63 1. Mendapat ganti rugi atas kerugian yang diderita; Dibukannya ruang penyelesaian sengketa secara khusus oleh UUPK 1999 memberikan manfaat bagi berbagai kalangan, bukan saja bagi konsumen tetapi juga bagi pelaku usaha sendiri, bahkan juga bagi pemerintah. Manfaat bagi konsumen adalah: 2. Melindungi konsumen lain agar tidak mengalami kerugian yang sama, karena satu orang mengadu maka sejumlah orang lainnya akan dapat tertolong. Komplain yang diajukan konsumen melalui ruang public dan mendapat liputan media massa akan menjadi mendorong tanggapan yang lebih positif kalangan pelaku usaha; 3. Menunjukkan sikap kepada masyarakat pelaku usaha supaya lebih memperhatikan kepentingan konsumen. Bagi kalangan pelaku usaha, ruang penyelesaian sengketa atau penegakkan hukum konsumen memeiliki arti dan titik tolak untuk perbaikan mutu produk dan memperbaiki kekurangan lain yang ada dan dapat sebagai informasi dari adanya kemungkinan produk tiruan atau menghindari persaingan tidak sehat. 64 63 N.H.T. Siahaan, op.cit., hal. 201. 64 Ibid., hal. 203. Universitas Sumatera Utara Sengketa konsumen adalah sengketa berkenaan dengan pelanggaran hak-hak konsumen. Sengketa konsumen dapat bersumber dari dua hal, yaitu : a. Pelaku usaha tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana diatur dalam undang-undang. Artinya, pelaku usaha mengabaikan ketentuan undang- undang tentang kewajibannya sebagai pelaku usaha dan larangan-larangan yang dikenakan padanya dalam menjalankan usahanya. Sengketa seperti ini dapat disebut sengketa yang bersumber dari hukum. b. Pelaku usaha atau konsumen tidak mentaati isi perjanjian, yang berarti, baik pelaku usaha maupun konsumen tidak mentaati kewajibannya sesuai kontrak atau perjanjian yang dibuat diantara mereka. Sengketa seperti ini dapat disebut sengketa yang bersumber dari kontrak. Sengaketa konsumen harus diselesaikan sehingga tercipta hubungan baik antara pelaku usaha dan konsumen, dimana masing-masing pihak mendapatkan kembali hak-haknya. Penyelesaian sengketa secara hukum ini bertujuan untuk memberi penyelesaian yang dapat menjamin terpenuhinya hak-hak kedua belah pihak yang bersengketa. Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberi dua alternatif untuk penyelesaian sengketa konsumen, yaitu penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan dan penyelesaian konsumen di luar pengadilan. Pasal 45 ayat 1 menyatakan bahwa setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan baru diketahui melalui Pasal 47, sedangkan Pasal 45 justru menyebutnya dengan lembaga kusus sebagai penyelesaian di Universitas Sumatera Utara luar pengadilan. Pasal 47 menyatakan bahwa penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tidakan tertentu untuk mrnjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita konsumen. Penyelesaian sengketa konsumen terbagi menajadi 2 bagian berdasarkan UUPK yaitu: a. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan 1 Penyelesaian sengketa secara damai oleh para pihak sendiri. 2 Penyelesaian sengketa melalui lembaga yang berwenang, yaitu melalui BPSK dengan menggunakan mekanisme melalui konsiliasi, mediasi, dan arbitrase. b. Penyelesaian sengketa konsumen melalui proses litigasi. 65 Ad. a penyelesaian sengketa di luar pengadilan 1 Penyelesaian sengketa secara damai oleh para pihak sendiri Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada pasal 43 Ayat 2 UUPK, tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian secara damai oleh para pihak yang bersengketa, yaitu pelaku usaha dan konsumen, tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen, dan sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Bahkan dalam penjelasan pasal tersebut dikemukakan bahwa setiap tahap diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Dari penjelasan Pasal 45 Ayat 2 UUPK dapat diketahui bahwa UUPK menghendaki agar penyelesaian damai, merupakan upaya hukum yang justru terlebih dahulu diusahakan oleh para pihak yang bersengketa, sebelum 65 Susanti Adi Nugroho, Proses Pemyelesaian Sengketa Konsumen Di Tinjau Dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008 hal. 98. Universitas Sumatera Utara para pihak memilih untuk menyelesaikan sengketa melalui BPSK atau badan peradilan. 2 Penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Pemerintah membentuk suatu badan baru, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa KonsumenBPSK untuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Dengan adanya BPSK maka penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan murah. Cepat karena undang-undang menentukan dalam tenggang waktu 21 hari kerja, BPSK wajib memberikan putusannya. Mudah karena prosedur administrative dan proses pengambilan putusan yang sangat sederhana. Murah terletak pada biaya perkara yang terjangkau. Penyelesaian senketa konsumen di BPSK diselenggarakan semata-mata untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Model penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilanalternatif tidak semuanya baik untuk para pihak yang bersangkutan. Suatu penyelesaian sengketa alternatif yang baik setidak-tidaknya haruslah memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 66 a haruslah efisien dari segi waktu b haruslah hemat biaya c haruslah dapat diakses oleh para pihak, misalnya tempatnya jangan terlalu jauh d haruslah melindungi hak-hak dari para pihak yang bersangkutan e haruslah mengahasilkan putusan yang adil dan jujur f badan atau orang yang menyelesaikan sengketa haruslah terpercaya di masyarakat dan para pihak yang bersengketa g putusannya harus final dan mengikat 66 Ibid.,hal, 101. Universitas Sumatera Utara h putusannya haruslah dapat bahkan mudah dieksekusi i putusannya haruslah sesuai dengan perasaan keadilan dari komunitas dimana penyelesaian sengketa dilaksanakan. Ad b. 2 Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Proses Litigasi Manakala upaya perdamaian yang ditempuh gagal mencapai kata sepakat, atau para pihak tidak mau lagi menempuh alternatif perdamaian, maka para pihak dapat menempuh penyelesaian sengketanya melalui pengadilan dengan cara : 67 1 Pengajuan gugatan secara perdata diselesaikan menurut instrumen hukum perdata dan dapat digunakan prosedur: a gugatan perdata konvensional; b gugatan perwakilangugatan kelompok class action c gugatanhak gugat LSMOr-Nop legal standing d gugatan oleh pemerintah dan atau instansi terkait 2 Penyelesaian sengketa konsumen secara pidana 3 Penyelesaian sengketa konsumen melalui instrument hukum tata usaha negara, dan melalui mekanisme hukum hak menguji materiel. Dalam masalah cacat produksi dan produk kadaluwarsa dapat pula ditempuh dengan tiga cara sebagaimana telah disebutkan diatas yakni; melalui pengadilan, maupun penyelesaian sengketa di luar pengadilan baik melalui Badan Penyelesaian Sengketa Alternatif BPSK dan juga dapat dilakukan secara damai oleh para pihak sendiri. Masalah cacat produksi dan produk kadaluwarsa dapat pula ditempuh dengan tiga cara sebagaimana telah disebutkan diatas yakni; melalui pengadilan, maupun penyelesaian sengketa di luar pengadilan baik melalui Badan Penyelesaian Sengketa Alternatif BPSK dan juga dapat dilakukan secara damai oleh para pihak sendiri. 67 Ibid.,hal, 126. Universitas Sumatera Utara

BAB IV TANGGUNG JAWAB PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO-MEDAN

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Anak Balita Di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupatenmandailing Natal Tahun 2014

0 53 122

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita Di Kelurahan Mangga Keacamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

9 65 141

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Ilir Gunung Sitoli Kabupaten Nias Tahun 2008

1 55 137

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Kota Medan Tahun 2003 - 2013

0 40 54

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS PADA BALITA DI DESA NGRUNDUL KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

0 5 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

0 3 7

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14