Asimptomatik silent Myocardial Ischemia Angina Pectoris. Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara: Angina Pectoris Stabil Angina Pectoris Tak Stabil

2.5.1. Asimptomatik silent Myocardial Ischemia

Kadang penderita Penyakit Jantung Koroner diketahui secara kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada angina baik pada saat istirahat maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan adanya iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST, penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam batas-batas normal. Mekanisme silent iskemia diduga oleh karena: ambang nyeri yang meningkat, neuropati otonomik pada penderita diabetes, meningkatnya produksi endomorfin, derajat stenosis yang ringan. Joewono, 2003

2.5.2. Angina Pectoris. Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara:

1. Kwalitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas. 2. Lokasi nyeri yaitu restrosternal yang menjalar keleher, rahang atau mastoid dan turun ke lengan kiri. 3. Faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau dalam udara dingin.

2.5.3. Angina Pectoris Stabil

Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan. sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa tingkatan : 1. Selalu timbul sesudah latihan berat. 2. Timbul sesudah latihan sedang jalan cepat 12 km 3. Timbul waktu latihan ringan jalan 100 m 4. Angina timbul jika gerak badan ringan jalan biasa Diagnosa 1. Pemeriksaan EKG Universitas Sumatera Utara 2. Uji latihan fisik Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan radionuclide 3. Angiografi koroner. Djohan, 2004

2.5.4. Angina Pectoris Tak Stabil

Yang dimaksud kedalam angina tak stabil yaitu: 1. Pasien dengan anginayang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan factor presipitasi makin ringan. 3. Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat. Beratnya angina: 1. Kelas I: angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah beratnya nyeri dada. 2. Kelas II:Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1bulan, tapi tak ada seran gan angina dalam waktu 48 jam terakhir. 3. Kelas III: adanya serangan angina waktu istirahat dan erjadinya secara akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir. Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, Setiati, 2006

2.5.5. Infark miokard akut IMA