Kolesterol Total. LDL Kolesterol. HDL Koleserol : Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung.

risiko pencetus adalah factor-faktor yang jelas memperburuk pengaruh factor risiko mayor-independen. Dua diantaranya, yaitu obesitas sentral dan aktifitas fisik yang rendah. Santoso, dkk, 2009

4.3.1. Hiperkolesterolemia.

Hiperkolesteromia merupakan factor risiko untuk PJK. Hubungan erat antara hiperkolesterolemia dan atherosclerosis sudah diketahui dengan baik. Penelitian terhadap binatang yang diberikan makan kolesterol menunjukkan bahwa vasodilatasi endothelium-dependent berkurang baik pada pembuluh darah sedang maupun pembuluh darah resisten setelah histology yang terjadi terbukti sebagai lesi atherosclerosis. Mirip dengan relaksasi vascular endhotelial-dependent yang akan menurun pada pasien hiperkolesterolemia, baik ada maupun tidak adanya factor risiko koroner yang lain. Disfungsi endotel menurunnya efek vascular NO akan mempercepat onset atherosclerosis koroner yang terjadi lebih dini sebagai factor predisposisi terjadinya vasospasme pada arteri koroner. Sargowo, 2003

a. Kolesterol Total.

Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah 200 mgdl bila 200 mgdl berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat. Tabel 2.2. kadar kolesterol total Kadar kolesterol total Normal Agak tinggi Tinggi 200 mg dl 2-239 mg dl 240 mg dl

b. LDL Kolesterol.

LDL Low Density Lipoprotein kontrol merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan bad cholesterol: karena kadar LDL yang meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar Universitas Sumatera Utara LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol total. Tabel 2.3. Kadar LDL kolesterol Kadar LDL kolesterol Normal Agak tinggi Tinggi 130 mg dl 130 - 159 mg dl 160 mg dl

c. HDL Koleserol :

HDL High Density Lipoprotein kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan good cholesterol : karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis. Tabel 2.4. Kadar HDL kolesterol Kadar HDL kolesterol Normal Agak tinggi Tinggi 45 mg dl 35 - 45 mg dl 35 mg dl Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.

d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol

Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya 4.5 pada laki-laki dan 4.0 pada perempuan. makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin meningkat resiko PJK. Universitas Sumatera Utara

e. Kadar Trigliserida.

Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh, Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK. Tabel 2.5. Kadar trigliserid Kadar trigliserid Normal Agak tinggi sedang Tinggi Sangat sedang 150 mgdl 150-250 mgdl 250 – 500 mgdl 500 mgdl Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol total 200 mgdl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK 55 tahun, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM pankreas. Djohan, 2004

4.3.2. Merokok

Di Amerika Serikat,merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000 kematian premature atau dini setiap tahunnya. Setiap jumlah kematian tersebut terdapat kematian akibat pjk dan lebih dari satu kematian pjk itu karena merokok, merokok sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic sehingga meningkatkan kebutuhan kebutuhan oksigen myokardium. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat pjk pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok pada perempuan perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok Universitas Sumatera Utara Apabila berhenti merokok penurunan risiko pjk akan berkurang 50 pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.Yanti, 2009

4.3.3. Obesitas

Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK, Hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Data dari Framingham menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat badan optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 dan strokecerebro vascular accident CVA sebanyak 3,5 . Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia. Hal tersebut ditempuh dengan cara mengurangi asupan kalori dan menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar komposisi makanan , pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara teratur. Tabel 2.6. Klasifikasi berat lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT Menurut WHO No Klasifikasi IMT kgm2 1 18.5 BB kurang 2 18.5-24.9 BB Normal 3 25 BB lebih 4 25,0-29,9 Pra-obes 5 30.0 – 34.9 Obesitas I 6 35.0 – 39.9 Obesitas II 7 40 Obesitas III Sumber :WHO, 2000 Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Hipertensi Sistemik

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalalembang dan Alfrienti dengan judul“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUKanujoso Djatiwibowo Balikpapan” menyimpulkan bahwa 4 empat faktor risiko yangmempunyai pengaruh bermakna p 0,05 adalah tekanan darah Hipertensi, umur,riwayat PJK pada orang tua dan olah raga. Tabel 2.7. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa 18 tahun keatas Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg Normal 120 80 PraHipertensi 120-139 80-89 Hipertensi derajat 1 140-159 90-99 Hipertensi derajat 2 160 100 Sember: JNC VII, 2003

2.3.5. Umur

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause 45-0 tahun lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.

2.3.6. Jenis kelamin.

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan. Universitas Sumatera Utara

2.3.7. Geografis.

Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.

2.3.8. Ras

Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia tidak termasuk Negro didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.

2.3.9. Diet.

Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari diet . Makanan orang Amerika rata- rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika. Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol : 1. Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh tinggi. 2. Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh. 3. Makanan harus mengandung rendah kolesterol. 4. Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan Berserat Universitas Sumatera Utara 5. Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.

2.3.10. Diabetes.

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM resiko PJK 50 lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

2.3.11. Exercise.

Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena : 1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard 2. Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol. 3. Membantu menurunkan tekanan darah 4. Meningkatkan kesegaran jasmani.

2.3.12. Perilaku dan Kebiasaan lainnya.

Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.

2.3.13. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.

Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas . Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress. Djohan, 2004 Universitas Sumatera Utara Penelitian Supargo dkk 1981-1985 di FKUI menunjukkan orang yang stress 1 12 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

2.4. Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung.

Arteriosklerosis berasal dari bahasa yunani, yaitu athero berarti sejenis bubur atau pasta dan sclerosis berarti pengerasan, hal itu digambarkan sebagai penumpukan bahan lemak, dan kolesterol dengan konsistensi lunak danatau kalsium yang mengeras sepanjang dinding arteri. Bentukan ini disebut plak aterosklerosis. Plak ini menyumbat sebagian atau seluruh lumen arteri. Santoso, dkk, 2009 Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima lapisan dalam, tunika media lapisan tengah, dan tunika adventisia lapisan luar, tunika intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain. Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastic eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol. Rilantono, 1996 Universitas Sumatera Utara Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan patogenesis aterosklerosis pembuluh darah koroner. Namun perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak bagaikan garis lemak. 2. Penimbunan lemak terutama beta-lipoprotein yang mengandung banyak kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam. 3. Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa. 4. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler. 5. Perubahan degeneratif dinding arteria. Sklerosis pada arteri koroner atau pembuluh darah jantung secara khas akan menimbulkan tiga hal penting yang sangat ditakuti oleh siapapun, yaitu serangan jantung, angina pectoris, serta gangguan irama jantung. Anis 2006 dalam Supriyono 2009

2.5. Gejala Penyakit Jantung