BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu, pembangunan kesehatan perlu diselenggarakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut H.L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 empat macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan
dan perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan. Oleh karena itu, lingkungan sehat dan perilaku sehat perlu
diupayakan dengan sungguh-sungguh. Sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di
lingkungan. Masyarakat awam biasanya hanya menyebutnya sampah saja. Bentuk, jenis, dan komposisi sampah padat sangat dipengaruhi oleh tingkat budaya
masyarakat dan kondisi alamnya Kusnoputranto, 2000. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-
sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit bacteri
Universitas Sumatera Utara
pathogen, dan juga binatang serangga pemindahpenyebar penyakit vektor. Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak
menganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan
Notoadmodjo, 2003. Di negara maju yang sangat peka terhadap masalah kesehatan lingkungan,
sampah padat umumnya telah diatur pembuangannya sedemikian rupa, sehingga hampir semua jenis sampah padat telah dipisahkan untuk memudahkan
pengolahannya. Sedangkan di negara-negara berkembang, umumnya sampah padat masih dibuang tanpa ada usaha memisah-misahkan terlebih dahulu sehingga wadah-
wadah penampungan sampah masih menampung sampah yang sangat heterogen. Berbagai sampah organik dan non organik masih menjadi satu, sehingga menyulitkan
penanganannya Kusnoputranto, 2000. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Seiring
peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini, pengelolaan sampah sebagian besar kota masih menimbulkan permasalahan yang
sulit dikendalikan Mardiana, 2009. Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran
air, udara, sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat. Sebuah data menunjukkan bahwa sekitar 40 persen penduduk jakarta atau 4
juta orang, membuang sampah domestik secara langsung ke sungai-sungai, yang bermuara ke teluk Jakarta. Menurut Gempur Adnan, Deputi Menneg LH Bidang
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian Pencemaran Lingkungan, 60-70 persen total volume pencemaran yang masuk ke sungai-sungai Jakarta disebabkan oleh limbah domestik, sampah rumah
tangga Indonesia News, 2007. Kota Medan juga terkenal sebagai kota sampah. Volume sampah kota Medan
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk dan hadirnya industri-industri baru. Data terakhir
menyebutkan bahwa penduduk kota medan telah mencapai 2.102.105 jiwa data dari BPS 2008-2009, jika diasumsikan produksi sampah kira-kira 2,5 – 3 literoranghari,
maka dengan hitungan kasar, volume sampah yang dihasilkan seluruh penduduk kota Medan dalam satu hari sebesar 5 sampai 6 juta liter Sibuea, 2009
Dengan volume sampah yang sedemikian besar, dan belum adanya pengelolaan sampah secara saniter baik dan sehat, maka kota medan diperhadapkan
dengan kesulitan penanganan sampah. Sebab sampah berserakan dimana-mana, tidak peduli mau pusat kota atau pinggiran kota. Sampah selalu setia mengisi setiap sudut
kota Medan Sibuea, 2009. Sampah banyak dibuang dimana-mana, dan setiap orang bisa dipastikan akan
menghasilkan sampah, tak terkecuali juga di sekolah. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang bisa menjadi penghasil sampah terbesar selain pasar,
rumah tangga, industri dan perkantoran. Dengan komposisi sebagian besar penghuninya adalah warga belajar tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun
belum optimal. Di sekolah, sampah bisa menjadi sesuatu yang memerlukan perhatian
Universitas Sumatera Utara
serius. Namun juga bisa dipakai sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya Santoso, 2009.
Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan bagi anak-anak bangsa, hingga kini belum bisa melaksanakan anjuran untuk bisa hidup bersih dan sehat, walaupun
diketahui itu indah. Kenyataannya, banyak sekolah yang masih belum bersih dan indah, bahkan sangat gersang karena tidak ditanami dengan pohon-pohon yang
menyejukkan. Banyak sekolah yang masih dikotori dengan sampah. Ada kamar mandi dan WC tersedia, namun kondisinya sangat kotor atau jorok sehingga sangat
mengganggu lingkungan sekitar sekolah Anonim, 2007. Seharusnya, sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan dan tempat anak bisa
belajar harus dapat menerapkan tentang tata cara mengelola sampah yang benar dan bermanfaat. Namun banyak sekolah yang hingga kini tidak mengelola sampah dengan
benar. Anak-anak dalam keseharian masih membuang sampah di selokan dan di sungai-sungai. Walau di sekolah sering diajarkan bahwa membuang sampah di sungai
dan selokan bisa menyebabkan banjir dan menjadi sumber penyakit yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain Speedy, 2007.
Di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Medan Helvetia Kota Medan juga tidak terlepas dari permasalahan sampah tersebut di atas. Berdasarkan observasi yang
dilakukan penulis, bahwa lingkungan sekolah SMA Negeri 12 Medan juga terdapat banyak sampah yang disebabkan karena tindakan siswa-siswi yang membuang
sampah tidak pada tempatnya, selain itu ketersediaan tempat pembuangan sampah yang sedikit juga menjadi penyebabnya. Adapun sampah yang dihasilkan di
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sekolah tersebut terdiri dari sampah peralatan sekolah seperti kertas dan sampah bungkusan makanan jajanan. Banyak siswa dan siswinya membuang
sampah di selokan dan halaman sekolah, dan hanya petugas kebersihan sekolah yang membersihkan halaman tersebut.
Untuk memperbaiki cara pembuangan sampah, perilaku masyarakat khususnya siswa dan siswi sekolah SMA Negeri 12 Medan sangat berperan penting.
Pelajar SMA Negeri 12 Medan juga perlu ditanam nilai-nilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di sekolah, selain ketersediaan tempat sampah di sekolah. Pelajar
SMA Negeri 12 Medan juga harus ikut berpartisipasi dalam hal pengolahan sampah dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik dalam dua tempat sampah
yang berbeda dan tidak membuang sampah di lingkungan sekolah seperti halaman sekolah dan selokan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti bagaimana gambaran perilaku pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah di SMA Negeri 12 Kecamatan
Medan Helvetia sebagai usaha preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa- siswi SMU Negeri 12 Kecamatan Medan Helvetia.
1.2. Perumusan Masalah