Kebijaksanaan Menteri Dalam Pendaftaran Tanah

tekhnologi modern seperti alat GPS Global Positioning System pada kegiatan pengumpulan data fisik di lapangan dan LOC Land Office Computerization pada kegiatan pengolahan data yuridis di kantornya, dengan tujuan supaya kegiatan pendaftaran tanah dapat terlaksana secara sederhana, cepat, teliti, mudah dan terjangkau agar tersedia data mutaakhir yang dibutuhkan pihak tertentu di samping untuk tertib administrasi pertanahan sekaligus memberikan jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi pemegangnya, kendati belum sepenuhnya dicapai.

2. Kebijaksanaan Menteri Dalam Pendaftaran Tanah

Kebijaksanaan menteri dalam pendaftaran tanah juga dilandasi degan azas kebebasan administrasi discretionaire yang dimiliki pemerintah sebagai bagian dari kebebasan membuat keputusan sendiri berupa kebijaksanaan untuk mengatur masyarakat, antara lain karena belum diaturnya di dalam aturan pokok atau oleh peraturan yang lebih tinggi, bahkan menteri dimaksud bukan hanya menteri bersangkutan dengan pendaftaran tanah, melainkan satu kesatuan tidak terpisahkan berlaku bagi semua instansi pemerintah. Pada umumnya kebijaksanaan menteri dalam pendaftaran tanah meliputi ketentuan yang berhubungan dengan petunjuk teknis atau pelaksanaan dari peraturan perundangan terkait bidang pendaftaran tanah UNIVERSITAS SUMATRA UTARA yang lebih tinggi yang bersifat harus segera dilaksanakan demi kepentingan umum, tanpa harus menunggu peraturan perundangan yang lengkap. 74 Kebijaksanan menteri tersebut dibatasi sepanjang aturannya tidak melanggar azas-azas hukum, norma-norma hukum terutama sumber hukum dan hukum dasar serta peraturan perundangan berlaku, kebijaksanaan menteri dimaksudkan hanya untuk melengkapi kekurangan peraturan perundangan bidang pendaftaran tanah yang berlaku atau karena belum tersedianya secara lengkap, maka dengan menggunakan azas legalitas wetmatigheid dan yuridikitas rechtmatigheid juga merupakan kewenangan menteri membuat kebijaksanaan yang berasal dari kewenangan negara dan pemerintah, karena administrator yang dinamis, kreatif dan bijaksana tidak pernah menunggu peraturan dari atasannya baru bekerja. 75 Kebijaksanaan menteri tersebut merupakan implementasi kebijaksanaan publik yang berasal dari kewenangan presiden dengan birokrasinya secara berjenjang sampai ke tingkat paling bawah supaya dapat mengisi kebutuhan mendesak yang timbul dalam kehidupan sosial 74 Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, Halaman 473 75 Muhammad Abduh, Profil hukum Administrasi NegaraIndonesia HANI dikaitkan Dengan Undang-undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Peratun, Pidao Pengukuhan Guru Besar Universitas Sumatera Utara, di Medan, Tgl. 22 Oktober 1988, Halaman 22, UNIVERSITAS SUMATRA UTARA masyarakat sepanjang kebijaksanaan tersebut tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar, demikian ketentuan Pasal 4 Ayat 1 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundangan berlaku lainnya, kebijaksanaan tersebut juga harus sesuai dengan azas-azas, kaedah dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, hal ini dimaksudkan dalam rangka pemenuhan azas diskresi discretionaire guna melengkapi azas legalitas wetmatigheid dan yuridikitas rechtmatigheid. 76 Contoh kebijaksanaan menteri dalam pendaftaran tanah yaitu Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan Pendaftaran Tanah diperlukan dalam kegiatan pendaftaran tanah karena Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah atau Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria tidak mengatur secara detail tentang pendaftaran tanah, oleh karena itu keputusan menteri dalam pendaftaran tanah ini di samping untuk memperjelas secara detail pelaksanaan pendaftaran tanah juga menguji kebutuhan perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat guna persiapan ke arah diadakannya perubahan peraturan pendaftaran tanah. 76 ibid, Halaman 22, UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Pengaturan terkait bidang pendaftaran tanah oleh menteri baik melalui peraturan menteri, keputusan menteri, maupun surat edaran menteri tidak saja dibuat oleh Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional, namun juga dibuat oleh menteri lain semuanya harus dijadikan petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis dalam melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah baik yang bersifat teknis, yuridis maupun administratif sepanjang relevan dengan pendaftaran tanah. Contohnya Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan Pendaftaran Tanah yang diundangkan tanggal 1 Oktober Tahun 1997 telah membantu pelaksanaan pendafaran tanah di seluruh Indonesia, karena isinya lebih kepada petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis pendaftaran tanah yang tidak diatur dalam peraturan lebih tinggi dan sampai hari ini masih eksis, walaupun masih ditemukan kekurangan seperti tidak diaturnya secara eksplisit mengenai pendaftaran tanah wakaf sebagaimana diharapkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

3. Kebijaksanaan Pejabat Pelaksana Pendaftaran Tanah