Eksistensi pengaturan pendaftaran tanah

BAB II KONFLIK PENGATURAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH

A . Pengaturan Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah diatur di dalam Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria kemudian dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 terakhir telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah bersama-sama dengan peraturan perundangan lainnya pengaturan pendaftaran tanah terutama di dilaksankan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan Pendaftaran Tanah.

1. Eksistensi pengaturan pendaftaran tanah

Pendaftaran tanah yang dikenal sekarang berasal dari Negara Mesir Kuno, berawal ketika Raja Fira’un memerintahkan pegawai kerajaannya agar mengembalikan patok-patok batas tanah pertanian rakyat yang hilang akibat sering meluapnya Sungai Nil, dalam perkembangannya oleh negara-negara di dunia pendaftaran tanah digunakan untuk mengatur hubungan hukum antara orang dengan tanah. Pendaftaran tanah di dalam bahasa Latin disebut capitastrum, di Jerman dan Itali disebut dengan Catastro, dalam bahasa Perancis disebut dengan Cadastre, akhirnya UNIVERSITAS SUMATRA UTARA dibawa Kolonial Belanda ke Indonesia populer dengan sebutan kadastrale atau kadaster, contohnya ada lembaga Kadastrale Dienst Jawatan Pendaftaran Tanah dan juga lembaga Kadaster Kantoor Kantor Pendaftaran Tanah yang ada pada zaman Belanda dan diatur berdasarkan peraturan Kolonial Belanda yang berkuasa pada waktu itu. 35 Selanjutnya kadastrale atau kadaster kantoor berubah nama menjadi kantor agraria terakhir kantor pertanahan yang berada di setiap kabupaten dan kota di bawah kendali Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia a. Eksistensi lembaga penyelenggara pendaftaran tanah di Indonesia berawal dari plakkaat yang dikeluarkan Verenigde Oost Compagnie VOC tanggal 18 Agustus 1620 yang isinya antara lain menginstruksikan kepada Dewan Pemerintahan dan Peradilan Baljuw dan Scheepen zaman pemerintahan Kolonial Belanda untuk membuat daftar tanah dan pemiliknya di dalam buku daftar- daftar stadsboeken yang nanti akan menjadi cikal bakal lahirnya Kadastrale Dienst dan Kadaster Kantoor selanjutnya menjadi lembaga pendaftaran tanah yang dikenal seperti sekarang ini. 36 Lembaga penyelenggara pendaftaran tanah. 35 R. Harmanses, 1966, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Ketikan Stensil, Jakarta, Halaman 3 dan 26. 36 Ibid., Halaman 14 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Lembaga pendaftaran tanah di Indonesia di tingkat pusat disebut dengan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia sedangkan di tingkat propinsi disebut dengan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi sementara di tingkat kabupaten dan kota disebut dengan kantor pertanahan kabupaten atau kota, sebagaimana terakhir ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional Tanggal 11 April 2006 kemudian dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan yang ditetapkan pada Tanggal 16 Mei 2006 antara lain menyebutkan ; 1. Kantor pertanahan instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di kabupatenkota yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi. 2. Kantor pertanahan dipimpin oleh seorang kepala. 3. Kantor pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di KabupatenKota bersangkutan. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 4. Kantor pertanahan mempunyai fungsi ; a. Penyusunan rencana, program dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan. b. Pelayanan, perizinan dan rekomendasi bidang pertanahan. c. Pelaksanaan survey, pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survei potensi tanah. d. Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, wilayah tertentu. e. Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah asset pemerintah. f. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partispasi dan pemberdayaan masyarakat. g. Penanganan konflik, sengketa dan perkara pertanahan. h. Pengkoordinasi kepentingan pengguna tanah. i. Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional SIMTANAS. j. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan swasta. k. Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan. l. Pengkordinasi pengembangan sumber daya manusia pertanahan m. Pelaksana tata usaha kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana peraturan dan layanan pertanahan. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Kantor pertanahan kabupatenkota mempunyai seorang Kepala Kantor yang membawahi 1 satu sub bagian dan 5 lima seksi sebagaimana lampiran bagan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tanggal 16 Mei 2006 tersebut sebagai berikut ; BAGAN ORGANISASI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KOTA Kepala Kantor Pertanahan Sub Bagian Tata Usaha Urusan Perencanaan dan Keuangan Urusan Umum dan Kepegawaian Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan Seksi Hak Tanah dan Pendftaran Tanah Seksi Pengturan dan Pena taan Pertanahan Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Subseksi Pengukuran dan Pemetaan Subseksi Tematik dan Potensi Tanah Subseksi Penetapan Hak Tanah Subseksi Pengaturan Tanah Pemrtnh Subseksi Pendaftaran Hak Subseksi Peralihn, Pemb Hak dan PPAT Subseksi Penatagunaan Tanah dan K.T. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanh Subseksi Sengketa dan Kon flik Pertanahan Subseksi Perkara Pertanahan Subseksi Pemberdayaan Masyarakat Subseksi Pengendalian Pertanahan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Selanjutnya Sub Bagian Tata Usaha membawahi 2 dua sub urusan, masing-masing Urusan Umum dan Kepegawaian dan Urusan Perencanaan dan Keuangan sedangkan setiap masing- masing Seksi membawahi 2 dua Sub Seksi, kecuali Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah membawahi 4 empat Sub Seksi seterusnya setiap sub urusan maupun sub seksi membawahi stafnya. b. Pengertian dan azas pendaftaran tanah diperlukan dalam pengaturan hukum pendaftaran tanah untuk memberi arah, pedoman atau tempat bersandarnya ketentuan pendaftaran tanah, sebagai berikut ; Pengertian-pengertian dalam pendaftaran tanah. 1. Pengertian pendaftaran tanah a. Pengertian pendaftaran tanah zaman kolonial Pengertian pendaftaran tanah pada zaman Kolonial Belanda sebagaimana pendapat para ahlinya antara lain ; 1. Soutendijk dan Mulder berpendapat “Kadaster adalah suatu badan, yang dengan peta-peta dan daftar-daftar yang dibuat berdasarkan pengukuran UNIVERSITAS SUMATRA UTARA dan taksiran, memberi gambaran dan uraian tentang wilayah suatu negara dengan semua bagian-bagiannya dan bidang-bidang tanah” Kadaster is een instelling, die door middel van plans of kaarten en registers, opgemaakt naar aanleiding van meting en schaatting, ons een beeld en een omschrijving van het grondgebeid van een staat in al zine onderdeelen en grens stukken geeft. 37 2. Jaarsma berpendapat bahwa “Kadaster adalah suatu badan, dengan peta-peta dan daftar-daftar memberikan uraian tentang semua tanah-tanah yang terletak dalam wilayah suatu negara.” Kadaster is een instelling, die door middel van kaarten en registers een omschrijving geeft van alle stukken grond, binnen het gebeid van den staat gelegen. 38 3. Schermerhorn dan Steenis berpendapat bahwa “Kadaster itu dirumuskan sebagai suatu badan 37 Ibid., Halaman 4 38 Ibid., Halaman 4 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA pemerintah meregistrasi dan mengadministrasi keadaan hukum dari semua benda tetap dalam daerah tertentu termasuk semua perobahan- perobahan yang terjadi dalam keadaan hukum.” Het kadaster is een overheidsinstelling ter registratie on administratie van de rechtstoestand van alle onroende goederen in een bepaald gebeid met insluiting van alle weizigingen, die hierin in de loop der tijden voorkomen. 39 b. Pengertian pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Pengertian pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sebagai berikut ; Pasal 1 “Pendaftaran tanah diselenggarakan Jawatan Pendaftaran Tanah dengan menurut ketentuan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan mulai pada tanggal ditetapkan oleh Menteri Agraria untuk masing-masing daerah”. 39 Ibid., Halaman 4 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Pasal 2 “Pendaftaran tanah diselenggarakan desa demi desa atau daerah-daerah setingkat dengan itu”. Berdasarkan bunyi pasal=pasal tersebut di atas dapat dipahami bahwa penegrtian pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sebagai bentuk penyelenggaraan kegiatan, terutama penyelenggaraan kegiatan pengukuran desa demi desa atau dikenal juga dengan sertipikat tanah desa demi desa. c. Pengertian pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunnyi ; “Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data UNIVERSITAS SUMATRA UTARA yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas diketahui bahwa pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang lebih bermakna berkesinambungan secara terus menerus yang dilaksanakan secara teratur terhadap pengumpulan dan pemeliharaan dan penyajian datanya. 2. Pengertian subyek pendaftaran tanah Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 diketahui bahwa subyek hak atas tanah merupakan orang atau badan hukum sebagaimana ketentuan Pasal 21 Ayat 1 berbunyi “hanya Warga Negara Indonesia yang dapat punya hak milik, Ayat 2 pemerintah menetapkan badan-badan hukum yang dapat punya hak milik dan syaratnya”. Pasal 30 Ayat 1 berbunyi “yang dapat mempunyai hak guna usaha Warga Negara Indonesia , badan hukum yang UNIVERSITAS SUMATRA UTARA didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia”. Pasal 36 Ayat 1 berbunyi “yang dapat mempunyai hak guna bangunan ialah Warga Negara Indonesia , badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia”. Pasal 42 berbunyi “yang dapat mempunyai hak pakai ialah Warga Negara Indonesia , warga negara asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia berkedudukan di Indonesia dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia”. Selanjutnya dikatakan bahwa subyek hukum subject van een recht merupakan orang perseorangan nutuurlijke persoon atau badan hukum rechts persoon yang mempunyai hak, mempunyai kehendak dan dapat melakukan perbuatan hukum. 40 Pendapat tersebut dikaitkan dengan isi Undang-undang Pokok Agraria mengenai yang berhak atas tanah, maka UNIVERSITAS SUMATRA UTARA subyek hukum hak atas tanah merupakan orang atau badan hukum yang dapat mempunyai sesuatu hak atas tanah dan dapat melakukan perbuatan hukum guna untuk mengambil manfaat bagi kepentingan dirinya, keluarganya dan masyarakat bangsa serta akhirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun demikian sekalipun manusia diakui sebagai penyandang hak dan kewajiban, namun hukum dapat saja mengecualikan manusia sebagai makhluk hukum, dengan pengertian bahwa hukum boleh jadi tidak mengakui manusia sebagai orang dalam arti hukum yang dikaitkan dengan kemampuan manusia memikul beban secara hukum, jika hukum menentukan demikian, maka tertutup kemungkinan bagi manusia tersebut menjadi pembawa hak dan kewajiban selaku subyek hukum. 41 Dengan demikian dapat dipahami bahwa subyek hak atas tanah merupakan subyek hukum yang meliputi orang perseorangan atau badan hukum, namun demikian tetap saja dalam pembatasan tertentu, dengan pengertian bahwa tidak 40 Soedjono Dirdjosisworo,1991, Pengantar Imu Hukum, Rajawali Press, Jakarta, Halaman 126. 41 Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu Hukum, PT. Citra Adtya Bhakti, Bandung, Halaman 67. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA semua orang atau badan hukum boleh atau dapat menjadi subyek hak atas tanah, sebagai berikut ; a. Orang perseorangan yang identitasnya terdaftar selaku Warga Negara Indonesia atau warga negara asing, berdomisili di dalam atau di luar Wilayah Republik Indonesia dan tidak kehilangan hak memperoleh sesuatu hak atas tanah di Indonesia. b. Badan hukum merupakan lembaga pemerintahan Indonesia, lembaga perwakilan negara asing, lembaga perwakilan internasional, badan usaha yang didirikan menurut hukum Indonesia dan yang berkedudukan di Indonesia atau badan hukum asing melalui penanaman modal asing di Indonesia, badan keagamaan atau badan sosial sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 1653 Kitab Undang-undang Hukum Perdata berbunyi “… perhimpunan orang-orang sebagai badan hukum juga diakui undang-undang…” 42 42 S. Chandra, 2005, Sertipikat Kepemilikan Hak Atas Tanah, Persyaratan Permohonan di Kantor Pertanahan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, Halaman 7 dan 9. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 3. Pengertian obyek pendaftaran tanah Berdasarkan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 berbunyi ; “Obyek pendaftaran tanah meliputi : a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. b. Tanah hak pengelolaan. c. Tanah wakaf. d. Hak milik atas satuan rumah susun. e. Hak tanggungan. f. Tanah Negara”. Sehingga dapat dipahami bahwa obyek pendaftaran tanah merupakan bidang tanah dengan sesuatu hak yang telah ditentukan menurut peraturan perundang-undangan. 4. Pengertian sertipikat Berdasarkan ketentuab Pasal 1 Angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 berbunyi ; UNIVERSITAS SUMATRA UTARA “Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”. Demikian diketahui bahwa sertipikat hak atas tanah juga dapat berarti sebagai surat tanda bukti hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun serta hak lainnya. Selanjutnya menurut Pasal 32 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bahwa ; “Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.”. Dengan demikian diketahui pula bahwa sertipikat merupakan surat tanda bukti hak mengenai data fisik dan data yuridis hak bersangkutan sepanjang data yang ada sesuai UNIVERSITAS SUMATRA UTARA dengan data yang ada di kantor pertanahan, sebaliknya sertipikat tidak menjadi tanda bukti hak ketika data fisik atau data yuridis tidak sesuai lagi dengan data yang ada di kantor pertanahan. 5. Pengertian surat ukur Menurut Pasal 1 Angka 17 PP. 24 Tahun 1997 “Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa surat ukur merupakan dokumen yang hanya berisikan data fisik. 6. Pengertian buku tanah Berdasarkan bunyi Pasal 1 Angka 19 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 “Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya”. Sehingga dapat dipahami bahwa buku tanah juga diartikan sebagai dokumen yang berisi data fisik dan yuridis. 7. Pengertian data fisik Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 Angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi UNIVERSITAS SUMATRA UTARA “Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya”. Maka dengan demikian dapat dipahami bahwa data fisik merupakan keterangan tentang obyek hak berupa bidang tanah atau satuan rumah susun. 8. Pengertian data yuridis Menurut Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 “Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya”. c. Azas-azas diperlukan setidaknya untuk tempat bersandarnya isi dan pelaksanaan suatu peraturan perundangan sedangkan tujuan merupakan arah yang hendak dicapainya dan kegiatan merupakan batasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam tugas pokok dan fungsinya pendaftaran tanah. Azas-azas, tujuan dan kegiatan pendaftaran tanah. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 1. Azas-azas pendaftaran tanah Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi “Pendaftaran tanah diilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau, mutaakhir dan terbuka”, selanjutnya berdasarkan penjelasan Pasal 2 tersebut diketahui bahwa ; a. Azas sederhana dalam pendaftaran tanah maksudnya agar ketentuan-ketentuan pokok maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami pihak berkepentingan terutama pemohon hak atas tanah. b. Azas aman dimaksudkan untuk menunjukan bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat supaya hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah. c. Azas terjangkau dimaksudkan biayanya terjangkau bagi pihak yang memerlukannya, terutama memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah sehingga biayanya terjangkau oleh masyarakat. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA d. Azas mutakhir dimaksudkan agar kelengkapan memadai dalam pelaksanaan dan kesinambungan pemeliharaan data sehingga informasi peranahan tersedia secara mutaakhir dengan cara mewajibkan bagi pemgang hak mencatatkan setiap perubahan data yang terjadi di lapangan ke kantor pertanahan.yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. e. Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat setiap saat dapat memperoleh keterangan atau informasi mengenai data fisik dan yuridis hak atas tanah atau satuan rumah susun di kantor pertanahan. 2. Tujuan pendaftaran tanah Tujuan dan kegiatan pendaftaran tanah dapat diketahui berdasarkan ketentuan peraturan perundangan berlaku, sebagai berikut ; Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat diketahui tujuan pendaftaran tanah, sebagai berikut ; UNIVERSITAS SUMATRA UTARA “a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. c. Untuk terselenggara tertib administrasi pertanahan” 3. Kegiatan pendaftaran tanah Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat pula diketahui kegiatan pendaftaran tanah sebagai berikut ; “1. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi. a. pengumpulan dan pengolahan data fisik. b. pembuktian hak dan pembukuannya. c. penerbitan sertipikat. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA d. penyajian data fisik dan data yuridis. e. penyimpanan daftar umum dan dokumen. 2. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi. a. pendaftaran peralihan dan pembebanan hak. b. pendaftaran perobahan data pendaftaran tanah lainnya”.

2. Pranata pengaturan hukum pendaftaran Tanah