a. Perilaku pemeliharaan kesehatan h ealth maintenance
Perilaku ini adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu; 1.
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
3. Perilaku gizi makanan dan minuman.
Berdasarkan ketiga aspek pemeliharaan kesehatan di atas, maka semua aspek tersebut berperan dalam memelihara kesehatan ibu selama hamil terutama perilaku
gizi pola makan ibu selama hamil karena penting dalam menjaga kesehatan ibu dan janin agar terhindar dari komplikasi kehamilan khususnya hipertensi pada ibu hamil.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan
health seeking behavior.
Perilaku ini adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri self treatment sampai mencari pengobatan ke luar negeri. Perilaku ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut mempengaruhi kesehatannya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green 1980 dalam Notoatmojo 2007. Menurut Green, perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1.
Faktor predisposisi predisposing factor. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya.
2. Faktor pemungkin Enabling factors.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, ibu hamil yang mau memeriksakan kehamilan tidak
hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,
misalnya puskesmas dan rumah sakit.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
3. Faktor penguat reinforcing factors.
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
Berdasarkan teori Green di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu hamil dalam memelihara kesehatannya dipengaruhi oleh factor predisposing, factor
enabling dan factor reinforcing seperti yang sudah diuraikan di atas. Apabila dihubungkan dengan status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama
hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan pengukuran status gizi ibu hamil dapat mempengaruhi status kesehatan ibu atau
terkait dengan terjadinya hipertensi pada kehamilan. Dalam Notoatmodjo 2007 konsep tersebut dapat diilustrasikan seperti bagan
Konsep Blum dan Konsep Green, yaitu Hubungan Status kesehatan, Perilaku, dan Pendidikan atau Promosi kesehatan di bawah ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Sumber : Notoatmodjo, 2005.
Gambar 2.1. Skema modifikasi teori Green dan teori Blum
2.4. Hipertensi pada Kehamilan 2.4.1. Konsep Dasar Hipertensi
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya
yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar
bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
berkontraksi tekanan sistolik dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi tekanan diastolik Lindhermer, 1993.
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan darah
yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi. Karena arteri-arteri terhalang lempengan
kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi sulit. Ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis, darah
memaksa melewati jalan yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi tinggi. Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak
melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolic tidak melampaui 90 mmHg dalam keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal Lindhermer, 1993. Menurut Jan A. Staessen dalam Bobak 2004, seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah sistolik TDS ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik TDD
≥ 90 mmHg. Beberapa tahun lalu WHO memberi batasan TDS 130 – 139 mmHg atau TDD 85 – 89 mmHg sebagai batasan normal tinggi. Dengan makin banyaknya
penelitian tentang komplikasi hipertensi terhadap kardiovaskuler dan ginjal, maka ditetapkan batasan tekanan darah untuk hipertensi semakin rendah.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.4.2. Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi dalam kehamilan dapat digolongkan sebagai berikut : a.
Hipertensi dalam kehamilan HDK : yang terdiri atas pre-eklampsiaa dan eklampsia.
b. Hipertensi kronik sebelum kehamilan.
c. Hipertensi kronik dengan HDK superimpos superimposed
Defenisi HDK adalah adanya tekanan darah 14090 mmHg atau lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal. Diagnosis dibuat jika perubahan tekanan darah didapatkan pada 2 pengukuran dengan
beda waktu sekurang-kurangnya 6 jam. Adanya proteinuria pada HDK membenarkan pemakaian istilah pre-eklampsia suatu keadaan yang lebih berat dari pada kelainan ini
Ben-zion, 1994. Pada umumnya kehamilan yang sudah terdeteksi dengan risiko tinggi yang
dapat menimbulkan hipertensi harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit sehingga penanganan dapat segera dilakukan Saifudin, 2002.
Tiga hal yang perlu diperhatikan pada patofisiologi hipertensi dalam kehamilan adalah :
1. Bertambahnya tonus vasokonstriktor
Melihat adanya respon vaskuler yang didefenisikan sebagai kenaikan tekanan diastolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat pemberian angiotensin II yang
dinyatakan dalam nanogram angiotensin perkilogram berat badan permenit. Wanita
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki sensitifitas terhadap angiotensin II setelah usia kehamilan 20 minggu Ben-zion, 1994.
2. Kerja prostaglandin
Prostaglandin dapat mempengaruhi respon vaskuler terhadap zat vasoaktif, sehingga pembentukan prostaglandin dalam hal ini dianggap melindungi jaringan
vaskuler terhadap vasokostriksi yang tidak diinginkan. Berkurangnya perfussi intervilli yang khas pada hipertensi dalam kehamilan merupakan hasil dari
ketidakmampuan utero plasenta, sehingga mengakibatkan kesehatan janin menjadi lebih buruk dibandingkan dengan kesehatan ibu Ben-zion, 1994. Hal ini terjadi
karena aliran darah plasenta sisi material pada hipertensi dalam kehamilan mengalami gangguan, sebagai akibat dari menurunnya pembentukan prostasiklin yang
menyebabkan endotel pembuluh umbilical seringkali menjadi rusak dan suplai kebutuhan nutrisi dan oksigen ke janin terganggu Prawiharjo, 2009.
Pada waktu tertentu jika tubuh tidak mampu berkompensasi dengan meningkatnya tekanan darah maka timbul koagulasi intravaskuler diseminata KID,
merupakan sebab yang menonjol dalam patofisiologi hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat penting dari sindrom hipertensi dalam kehamilan tingkat lanjut
Wiknjosastro, 1994. Sebagai akibat KID faktor pembekuan mengalami perubahan pada jumlah trombosit, yang lebih rendah dari 150.000 Bobak 2004
. 3.
Faktor imunologik
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Ciri utama kecenderungan hipertensi dalam kehamilan untuk timbul adalah kehamilan pertama, keadaan superimpos dengan hipertensi kronik sepuluh kali lebih
sering dari pada kehamilan berikutnya Prawiharjo, 2002. Faktor genetik telah lama diketahui sebagai faktor keluarga yang menyokong
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, sehingga ginotip maternal lebih penting dari pada antigen janin dalam proses immunologic yang menimbulkan hipertensi dalam
kehamilan yang berat Ben-zion Taber, 1994. Ketiga faktor ini saling berkaitan, sehingga komplikasi hipertensi
sesungguhnya dapat diprediksi atau diketahui secara dini.
2.4.3. Penyebab Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi yang timbul atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada wanita yang :
1. Terpapar vilikorialis untuk pertama kalinya
2. Terpaparnya vilikorialis yang terdapat dengan jumlah yang sangat berlimpah,
seperti pada kehamilan kembar atau pada molahidatidosa 3.
Mempunyai riwayat penyakit vaskuler 4.
Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan Prawiharjo, 2009
Ibu hamil yang memiliki resiko hipertensi dalam kehamilan diperberat oleh pembentukan antibodi penghambat, yang terdapat pada tempat-tempat yang bersifat
antigen pada placenta. Pre-eklampsia mungkin lebih sering terjadi pada wanita dari keluarga yang tidak mampu, namun pada awal tahun 1990-an eklampsia diyakini
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
sering terdapat pada wanita kelas menengah ke atas, dan tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi wanita hamil Prawihardjo, 2009.
Ditinjau dari segi usia, ibu hamil dengan usia dibawah 20 tahun lebih mudah mengalami hipertensi dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu diatas 35 tahun
Prawiharjo, 2009, hasil penelitian MNH tahun 2000 maternal and neonatal health di daerah Jawa Barat, memberikan informasi bahwa tingkat pendidikan ibu dan sosial
ekonomi yang rendah, status gizi, serta pengaruh budaya memiliki kontribusi dalam angka kejadian pre-eklampsia sebagai komplikasi hipertensi dalam kehamilan.
Meningkatnya hormon progesteron selama kehamilan akan memberikan gambaran adanya peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya berat badan
normal perminggu untuk ibu hamil adalah 0,45 kg, sedangkan untuk berat badan dengan kenaikan 0,90 kgminggu atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester pertama
akan mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan kejadian hipertensi dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia kehamilan 20 minggu terutama
untuk kehamilan anak pertama atau kehamilan lebih dari tiga kali Prawiharjo, 2009.
2.4.4. Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi 2.4.4.1. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil
Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena
untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan
konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-
hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause. Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui
beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih,
kekurangan konsumsi zat gizi mikro vitamin dan mineral sering dihubungkan pula dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan B6 yang
meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D merupakan faktor terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya
jaringan elastis sel dinding pembuluh darah Kurniawan, 2002. Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”,
dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan “kualitas” yang terdiri dari:
1 Sumber karbohidrat :
biji-bijian baik untuk dikonsumsi saat hamil. 2
Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging, putih telur, susu rendah atau bebas lemak.
3 Sumber protein nabati :
kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil olahannya. 4
Sumber vitamin dan mineral : sayur-sayuran dan buah-buahan segar.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.4.4.2. Penanggulangan Hipertensi
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi 160 gram mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya
hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga
ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula
penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut : a.
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang. b.
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita. c.
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok tehhari atau dapat
menggunakan garam lain diluar natrium. Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau
ditambahkan pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan, yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging
seperti Corned beef. Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan
memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali Kurniawan 2002.
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah
serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah: 1.
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi otak, ginjal, paru, minyak kelapa.
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium biskuit crakers,
keripik dan makanan kering yang asin. 3.
Makanan dan minuman dalam kaleng sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink.
4. Makanan yang diawetkan dendeng, asinan sayurbuah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang. 5.
Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapikambing, kuning
telur, kulit ayam. 6.
Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape
Kurniawan 2002.
2.5. Landasan Teori
Berdasarkan konsep teori Green dan Blum dalam Notoatmojo 2005 hubungan antara status kesehatan, perilaku, dan promosi kesehatan gambar 2.1,
dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu hamil dalam memelihara kesehatannya dipengaruhi oleh factor predisposing, factor enabling dan factor reinforcing. Apabila
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dihubungkan dengan status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan
pengukuran status gizi ibu hamil dapat memengaruhi status kesehatan ibu atau terkait dengan terjadinya hipertensi pada kehamilan.
Menurut Zweifel dalam Manuaba, dkk 2007 mengungkapkan bahwa cukup banyak teori tentang bagaimana hipertensi pada kehamilan dapat terjadi sehingga
disebut sebagai “disease of theory”. Beberapa landasan teori yang dikemukakan yaitu: Teori genetik, Teori immunologis, Teori iskemia region uteroplasenter, Teori
kerusakan endotel pembuluh darah, Teori radikal bebas, Teori trombosit dan Teori
diet.
Gambar 2.1 Diseases Of Theory
Sumber; Zweifel dalam Manuaba, dkk 2007
Genetik
Diet Trombosit
Radikal Bebas Kerusakan Endotel
Pembuluh Darah Immunologis
Hipertensi dalam Kehamilan
Iskemia Region Uteroplasenter
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Ditinjau dari teori yang telah disebutkan di atas, maka teori diet merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dikendalikan dengan melakukan upaya
pencegahan oleh ibu hamil yaitu dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dengan pola makan yang sehat.
2.6. Kerangka konsep Variabel independent