Tabel 4.7. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Asupan Energi Kejadian Hipertensi Pada
Ibu hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 27
84,3 5
15,6 32
100,0 0,003
Tidak Baik 2750 Kal 10
43,5 13
53,6 23
100,0 Tidak Baik 2250 Kal
2 40,0
3 60,0
5 100,0
4.6.2. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil
Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang Asupan Protein responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, maka diperoleh hasil bahwa dari 29 responden
yang memiliki asupan Protein baik ditemukan 24 responden 82,9 tidak hipertensi. Kategori asupan protein yang tidak baik 66 gram ada 12 responden 50,0
mengalami hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat antara asupan protein responden dengan kejadian hipertensi di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat, diperoleh nilai
probabilitasnya p=0,019. Artinya, ada hubungan yang signifikan antar asupan protein responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Hasil penelitian yang lebih
rinci disajikan dalam tabel 4.8 di bawah ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 4.8. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Asupan Protein Kejadian Hipertensi Pada
Ibu hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 24
82,8 5
17,2 29
100,0 0,019
Tidak Baik 66 gram 12
50.0 12
50,0 24
100,0 Tidak Baik 54 gram
3 42,9
4 57,1
7 100,0
4.6.3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang Asupan lemak responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, maka diperoleh hasil bahwa dari 37 responden
yang memiliki asupan lemak baik ditemukan 28 responden 75,7 tidak hipertensi. Kategori asupan lemak yang tidak baik 88 gram ada 10 responden 58,8
mengalami hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat antara asupan lemak responden dengan kejadian hipertensi di RSU Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, diperoleh nilai
probabilitasnya p=0,047. Artinya, ada hubungan yang signifikan antar asupan lemak responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Hasil penelitian yang lebih
rinci disajikan dalam tabel 4.9 di bawah ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 4.9. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Asupan Lemak Kejadian Hipertensi Pada
Ibu hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 28
75,7 9
24,3 37
100,0 0,047
Tidak Baik 88 gram 7
41.2 10
58,8 17
100,0 Tidak Baik 72 gram
4 66,7
2 33,3
6 100,0
4.6.4. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang Asupan Natrium responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, maka diperoleh hasil bahwa dari 31 responden
yang memiliki asupan natrium baik ditemukan 25 responden 80,6 tidak hipertensi. Kategori asupan natrium yang tidak baik 2,64 mg ada 11 responden 57,4
mengalami hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat antara asupan natrium responden dengan kejadian hipertensi di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat, diperoleh nilai
probabilitasnya p=0,032. Artinya, ada hubungan yang signifikan antar asupan natrium responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Hasil penelitian yang
lebih rinci disajikan dalam tabel 4.10 di bawah ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 4.10. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Asupan Natrium Kejadian Hipertensi Pada
Ibu hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 25
80,6 6
19,4 31
100,0 0,032
Tidak Baik 2,64 mg 10
47.6 11
57,4 21
100,0 Tidak Baik 2,16 mg
4 50,0
4 50,0
8 100,0
4.7. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil 4.7.1. Hubungan Pertambahan Berat Badan IMT Normal dengan Kejadian
Hipertensi pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang pertambahan berat badan responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, maka diperoleh hasil bahwa dari 30
responden yang memiliki pertambahan berat badan pada IMT Normal ditemukan 9 responden 69,2 tidak hipertensi. Kategori pertambahan berat badan pada IMT
normal yang tidak baik ada 8 responden 47,1 mengalami hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat antara asupan natrium responden dengan kejadian hipertensi di RSU
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,367. Artinya, tidak ada hubungan antar pertambahan berat badan IMT normal pada ibu hamil
dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian yang lebih rinci disajikan dalam tabel 4.11 di bawah ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 4.11.Hubungan Penambahan Berat Badan IMT Normal dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Pertambahan Berat Badan
IMT Normal Kejadian Hipertensi Pada Ibu
hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 9
69,2 4
30,8 13
100,0 0,367
Tidak Baik 9
52.9 8
47,1 17
100,0
4.7.2. Hubungan Pertambahan Berat Badan IMT Lebih dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang pertambahan berat badan responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, maka diperoleh hasil bahwa dari 30
responden yang memiliki pertambahan berat badan pada IMT lebih ditemukan 13 responden 86,7 tidak hipertensi. Kategori pertambahan berat badan pada IMT
lebih yang tidak baik ada 7 responden 46,7 mengalami hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat antara asupan natrium responden dengan kejadian hipertensi di RSU
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,046. Artinya, ada hubungan antar pertambahan berat badan pada IMT lebih ibu hamil dengan
kejadian hipertensi. Hasil penelitian yang lebih rinci disajikan dalam tabel 4.12 di bawah ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 4.12. Hubungan Penambahan Berat Badan IMT Lebih dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Pertambahan Berat Badan
IMT Lebih Kejadian Hipertensi Pada Ibu
hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 13
86,7 2
13,3 15
100,0 0,046
Tidak Baik 8
53.3 7
46,7 15
100,0
4.7.3. Hubungan Ukuran LILA dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang ukuran LILA responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, maka diperoleh hasil bahwa dari 31 responden yang ukuran
LILA baik ditemukan 11 responden 18,3 tidak hipertensi. Kategori Ukuran LILA yang tidak baik ada 20 responden 33,3 mengalami hipertensi. Berdasarkan
analisis bivariat antara asupan natrium responden dengan kejadian hipertensi di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,030. Artinya,
ada hubungan yang signifikan antar ukuran LILA responden dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Hasil penelitian yang lebih rinci disajikan dalam tabel 4.13
di bawah ini.
Tabel 4.13. Hubungan Ukuran LILA dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu hamil Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Ukuran LILA Kejadian Hipertensi Pada
Ibu hamil Jumlah
p Tidak
Hipertensi Hipertensi
n n
n
Baik 11
18,3 1
1,7 31
100,0 0,030
Tidak Baik 28
46.7 20
33,3 21
100,0
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4.8. Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Hipertensi Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Pengaruh pola makan dan status gizi ibu hamil dapat dilihat dengan melakukan uji regresi logistik berganda yang sebelumnya dilakukan uji tabulasi
silang dengan syarat bahwa variabel independen dan dependen dengan dua kategori sehingga pada pola makan ibu hamil terlebih dahulu dilalukan dummy tabel sehingga
diperoleh dua kategori lalu dilakukan tabulasi silang dengan hasil dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Distribusi Hubungan Pola Makan Ibu Hamil Dengan Kejadian Hipertensi Di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat
Pola Makan Status Hipertensi
jumlah p
Hipertensi Tidak
Hipertensi n
n n
Asupan energi - Baik
5 15,63 27
84,38 32
100,0 0,001
- Tidak baik 16
57,14 12 42,86
28 100,0
Asupan Protein - Baik
6 20,69 23
79,31 29
100,0 0,025
- Tidak baik 15
48,39 16 51,61
31 100,0
Asupan Lemak - Baik
8 21,62 29
78,38 37
100,0 0,006
- Tidak baik 13
56,52 10 43,48
23 100,0
Asupan Natrium - Baik
7 22,58 24
77,42 31
100,0 0.037
- Tidak baik 14
48,28 15 51,72
29 100,0
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden dengan jumlah asupan energi yang baik mengalami hipertensi sebanyak 5 orang 15,63 sedangkan yang
tidak hipertensi sebanyak 27 84,38 orang. Responden dengan jumlah asupan energi yang tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 16 orang 57,14 sedangkan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
yang tidak hipertensi sebanyak 12 orang 42,86. Hasil uji statistik p 0,001 ini berarti bahwa jumlah asupan energi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Responden dengan jumlah asupan Protein yang baik mengalami hipertensi sebanyak 6 orang 20,69 sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 23 orang
79,31. Responden dengan jumlah asupan protein yang tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 15 orang 48,39 sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 16
orang 51,61. Hasil uji statistik p 0,025 ini berarti bahwa jumlah asupan protein berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Responden dengan jumlah asupan lemak yang baik mengalami hipertensi sebanyak 8 orang 21,62 sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 29 orang
78,38. Responden dengan jumlah asupan lemak yang tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 13 orang 56,52 sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 10
orang 43,48. Hasil uji statistik p 0,006 ini berarti bahwa jumlah asupan lemak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Responden dengan jumlah asupan natrium yang baik mengalami hipertensi sebanyak 7 orang 22,58 sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 24 orang
77,42. Responden dengan jumlah asupan natrium yang tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 14 orang 48,28 sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 15
orang 51,72. Hasil uji statistik p 0,037 ini berarti bahwa jumlah asupan natrium berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel yang bermakna dengan status hipertensi, maka dilakukan analisis multivariat. Sesuai
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dengan tujuan dan hipotesa penelitian, maka dilakukan uji statistik regresi logistik. Beberapa tahap dengan melakukan pemilihan model untuk uji multivariat regresi
logistik. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh bahwa beberapa variabel independen memenuhi syarat untuk masuk kedalam model pengujian multivariat karena
mempunyai nilai p0,25. Varibel–variabel adalah variabel asupan energi p=0,001, asupan protein p=0,025, asupan lemak p=0,006, asupan natrium p=0,037, IMT
lebih p=0,046, LILA p=0,030. Selanjutnya variabel yang mempunyai nilai p0,25. dimasukkan kedalam
model secara bertahap. Pada tahapan pertama dilakukan uji logistik berganda menemukan hasil bahwa asupan protein, asupan natrium dan IMT lebih memiliki
nilai p=0,25, sesuai ketentuan bahwa nilai p yang tertinggi yang dikeluarkan yaitu protein. Pada uji multivariat regresi logistik ganda berikutnya yang masuk dalam
pemodelan adalah asupan energi, asupan lemak, asupan natrium, IMT lebih dan LILA dengan hasil dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Pengaruh Pola Makanan dan Status Gizi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu
Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Variabel B
Sig. ExpB
95.0 C.I.for EXPB Lower
Upper
Energi 1,795
0.072 0,166
0.024 1.171
Lemak 1,365
0,041 0,255
0,09 0,947
Natrium 0,857
0,438 2,356
0.271 20.505
IMT lebih 0,694
0,422 0.499
0.092 2.717
LILA 1,506
0,204 4,510
0,442 46.033
Constanta 0.443
0,716 0,642
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pada tabel di atas merupakan hasil akhir analisis multivariat uji regresi logistik karena lemak telah memiliki nilai p= 0,05, artinya variabel tersebut
merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil analisis multivariat di atas, maka dapat diketahui model
persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut : Logit Px
= 1
1+ e
- βo+β1x1+β2x2+....βixi
Logit Px =
1 1+ e
- 0,887+0,255lemak
Berdasarkan nilai Coeficient B sebesar 1,365. Ini menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada
ibu hamil. Besar pengaruh tersebut dilihat dari Exp B, berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, diperoleh nilai Exp B sebesar 0,255. Hal ini menunjukkan
bahwa peluang responden untuk terkena hipertensi dalam kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar pada responden yang asupan lemak yang tidak baik 72 gram dan 88
gram dalam kehamilan dibandingkan asupan lemak yang baik antara 72 gram sd 88 gram dalam perawatan kehamilan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pola makan terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,
budaya dan sosial sebagai bagian yang mempengaruhi kebutuhan makan manusia yang faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik Almatsir, 2002
Pengukuran pola konsumsi makanan pada penelitian ini dilakukan dengan metode food recall 24 jam selama 60 hari pemantauan. Data yang terkumpul diolah
dengan bantuan program nutrisurvey, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
5.1.1 Pengaruh Asupan Energi terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Asupan energi dalam penelitian ini adalah jumlah asupan energi yang di konsumsi ibu hamil setiap hari yang dapat banyak diperoleh dari jenis makanan
seperti karbohidrat. Kebutuhan energi ibu hamil sebesar 2.500 kalori Hari dengan kategori baik 2.250 kalori sd 2.750 kalori harinya. Hal ini jika berlebihan dapat
menyebabkan obesitas pada ibu hamil yang merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi pada ibu semasa hamil.
Hasil penelitian yang didapat asupan energi ibu hamil yang tidak baik 2.750 kalori lebih banyak mengalami hipertensi pada ibu hamil 53,6 bila dibandingkan
dengan jumlah asupan energinya baik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
asupan energi ibu hamil selama kehamilan maka semakin kecil kemungkinan ibu hamil mengalami hipertensi.
Sesuai dengan teori Almatsier, 2009, kelebihan energi sebagian akan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, sebagian lagi diubah menjadi
lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya
keseimbangan energi positif. Sebagai akibat dari ketidak seimbangan antara asupan energi dan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak Whiteney, 1990 dalam Nazar 1995. Pola makan yang tidak baik, akan menimbulkan beberapa gangguan seperti
kolesterol tinggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula darah yang meningkat. Selain itu pola makan yang tidak baik dapat menimbulkan masalah obesitas atau
kegemukan yang dapat meningkatkan resiko penyakit seperti penyakit hipertensi pada kehamilan preeklamsia dan eklamsia yang merupakan penyebab kematian
Teviningrum, 2000. Hasil penelitian di RSU Tanjung Pura ini ditemukan 28 responden 53,3
dengan asupan energi yang tidak baik dari energi 2250 kalori dan 2750 kalori sebagaimana yang dibutuhkan ibu hamil, dimana ibu hamil lebih banyak
mengkonsumsi makan karbohidrat yang cukup tinggi seperti mengkonsumsi jajanan seperti gorengan, biskuit, keripik hampir setiap hari di konsumsi, namun ditemukan
juga ibu yang sering mengkonsumsi bakso, mie goreng minimal 3 kali seminggu sementara porsi makannan sehari-hari juga sudah meningkat. Berdasarkan asumsi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
penulis dari hasil observasi. Hal ini terjadi akibat dari kurangnya informasi tentang pola makan selama kehamilan responden. Hasil penelitian ini sebagian besar ibu
hamil memiliki informasi kesehatan yang kurang baik disebabkan karena sebagian besar responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang pola makan pada ibu
hamil dari petugas kesehatan, TVRadio media massa dan teman keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Wied Hary A 1996 dalam Hendra A.W
2008 yang menyatakan bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang jika dia mendapat informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
5.1.2 Pengaruh Asupan Protein terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Menurut Almatsier 2002, fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan namun jika tubuh mengalami kekurangan energi maka fungsi protein terlebih dahulu
untuk menghasilkan energi atau membentuk glukosa. Jika protein dalam keadaan berlebih maka akan menghasilkan diaminase yaitu nitrogen yang dikeluarkan dari
tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan dirubah menjadi lemak tubuh. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden yang jumlah asupan
proteinnya tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 15 orang 48,39 dan jumlah asupan energinya baik mengalami hipertensi sebanyak 6 orang 20,69 hasil uji
statistik p = 0,025 artinya jumlah asupan protein berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Hasil penelitian ini mendapatkan 31 responden 51,7 dengan asupan protein yang tidak baik 55 gram dan 66 gram. Sementara dari dari asupan energi
yang tidak baik 66 gram ditemukan 50 ibu hamil mengalami hipertensi. Dari hasil penelitian ini tersebut asumsi penulis hal ini bisa terjadi karena sebagian besar
responden didaerah tepi pantai dekat dengan laut, sehingga hasil laut sering dinikmati warga yang ada disekitar pantai, sehingga ditemukan sebagian besar ibu hamil
dengan asupan protein yang tidak baik 66 gram. Sesuai dengan penelitian Guyton 1991 faktor intek protein terlibat dalam
mekanisme terjadinya hipertensi, diketahui bahwa masuknya sejumlah protein diduga merupakan faktor penguat terhadap faktor masukan garam dalam hubungan dengan
kenaikan tekanan darah pada seorang penderita hipertensi. Dari hasil penelitian berdasarkan pekerjaan responden yang mayoritas
pegawai swasta 33,3 dimana pegawai swasta saat bekerja memiliki disiplin waktu yang ketat dan harus bekerja penuh waktu hal ini memungkinkan pada responden
cukup lelah saat sedang tidak bekerja sehingga informasi tentang kesehatan ibu hamil terutama fungsi protein untuk tubuh dan peran protein terhadap kejadian hipertensi
pada ibu hamil tidak diketahui oleh responden. Disamping hal tersebut waktu ibu hamil untuk konsultasi dengan bidan atau dokter tidak banyak.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
5.1.3 Pengaruh Asupan Lemak terhadap kejadIan Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan yang dikonsumsi. Zat gizi ini menyumbangkan 60 dari total energi yang
dibutuhkan pada saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah lebih besar saat berolahraga. Ketika mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak, maka akan
terjadi penyimpanan dalam tubuh Boile Roth, 2010. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden yang jumlah asupan
lemak yang tidak baik 88 gram mengalami hipertensi sebanyak 10 orang 58,8 sementara lemak yang tidak baik 72 gram yang mengalami hipertensi 3 orang
33.3, dimana hasil uji statistik p=0,006 artinya jumlah asupan lemak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukan bahwa asupan lemak ibu hamil mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi dengan
nilai p=0,041. Ibu hamil dengan asupan lemak yang tidak baik cenderung mengalami hipertensi dibandingkan asupan lemak yang baik, diperoleh nilai Exp B sebesar 0,255.
Hal ini menunjukkan bahwa peluang responden untuk terkena hipertensi dalam kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar pada responden yang asupan lemak yang tidak
baik 72 gram dan 88 gram dalam kehamilan dibandingkan asupan energi yang baik dalam perawatan kehamilan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Keadaan ini mencerminkan bahwa asupan lemak secara parsial mempunyai keeratan hubungan dengan kejadian hipertensi pada kehamilan, artinya asupan lemak
yang tidak baik cenderung meningkatkan kejadian hipertensi. Dari hasil food recall ibu hamil sering sekali ibu hamil mengkomsumsi
makanan yang mengandung lemak seperti jajanan gorengan, es krim dan kue jajanan dan masakan sehari – hari dengan santan dan makanan yang di goreng, hal ini salah
satu faktor penyebab sebagian meningkatnya asupan lemak oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini ditemukan 23 responden 38,3 dengan asupan lemak tidak baik,
responden sering mongkonsumsi makanan yang berlemak seperti gorengan minyak kelapa, minyak kelapa sawit, daging berlemak, jeroan dan kacang-kangan.hal ini bisa
meningkatkan kolesterol dalam darah. Kolesterol merupakan faktor risiko yang bisa meningkatkan kejadian hipertensi sesuai dengan teori Khomson 2003 mengemukan
kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol pada lapisan endotel dinding pembuluh darah semakin lama proses ini
berlangsung makan endapan akan menyumbat lumen pembuluh darah dan menggangu proses hemodinamik dan makin memperparah kejadian hipertensi.
Demikian juga dengan teori yang mengatakan bahwa konsumsi lemak dan garam natrium yang berlebihan mempunyai pengaruh kuat pada risiko penyakit
kardiovaskuler, efek lain pada lipid darah WHO, 2006. Sesuai penelitian Maulana 2007, menemukan ada hubungan bermakna lemak
dengan kejadian hipertensi.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Krinawati, 2009 menemukan ada hubungan antara lemak, lama waktu berolahraga dan kebiasaan merokok dengan
kejadian hipertensi. Berdasarkan asumsi penulis komsumsi lemak yang berlebihan oleh beberapa
responden disebabkan ketidaktahuan responden tentang jenis makanan yang mengandung lemak tinggi hasil wawancara mendalam dengan responden mereka
tidak mengetahui bahwa kacang-kacangan dan makanan gorengan mengandung lemak tinggi. Hampir setiap hari ditemukan responden mengkomsumsi makanan yang
digoreng. Dilihat dari jenis pendapatan responden mayoritas pendapatan keluarga 1 – 3
juta perbulan, jumlah ini memang tidak besar tetapi dengan pendatan keluarga demikian responden masih bisa membeli makanan jajanan yang mengandung tinggin
lemak. Ditemukan rata-rata responden makanan selingan yang dinikmati adalah gorengan, bakso dan sebagainya.
5.1.4 Pengaruh Asupan Natrium terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh 28 reponden 38,3 dengan asupan natrium yang tidak baik 2.16 mg dan 2,54 mg, dari responden yang
jumlah asupan natrium yang tidak baik ini mengalami hipertensi sebanyak 48.28 dan hasil uji statistik p = 0,037 artinya jumlah asupan natrium berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi pada ibu hamil.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Hal ini terjadi menurut asumsi penulis beberapa responden tidak mengetahui tentang pengaruh natrium terhadap kejadian hipertensi pada masa kehamilan. Ada
beberapa responden selalu mengkonsumsi ikan asin dan kerupuk – kerupuk dimana camilankerupuk yang gurih ini merupakan salah satu makanan yang paling
berpeluang bikin gemuk karena kandungan garamnya sangat tinggi. Selain itu juga ditemukan responden menggunakan bahan penyedap setiap kali memasak dan juga
kecap setiap kali makan. Sesuai dengan penelitian Guyton 1991 pengaruh faktor lingkungan terlibat
dalam mekanisme-mekanisme terjadinya hipertensi dimana terdapat hubungan antara tingginya konsumsi garam dengan tingginya prevalensi hipertensi pada suatu
kelompok masyarakat. The American Heart Assosiation step II diet menganjurkan seseorang rata-rata
mengkonsumsi tidak lebih 2400 mgr garam perhari. Terutama pada orang yang peka terhadap garam. Intake garam yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi
maupun terlalu banyak air bertahan dalam tubuh. Jika terlalu banyak mengandung air akan meningkatkan volume darah tanpa adanya penambahan ruang peningkatan
volume ini mengakibatkan bertambahnya tekanan didalam arteri Wetherill dan Kereiakes, 2000.
Hasil penelitian dari hasil wawancara dengan responden sebagian besar dari mereka tidak mengetahui bahwa natrium dapat meningkatkan kejadian hipertensi
pada masa kehamilan, asumsi penulis tentang kurangnya informasi tentang hipertensi pada ibu hamil adalah masih rendahnya peran petugas kesehatan dalam hal
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
penyuluhan tentang hipertensi dilihat dari sumber informasi hanya sebagian kecil responden mendapat informasi dari petugas kesehatan.
5.2. Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu Supariasa, dkk,
2001. Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui mengukur tinggi badan, penambahan berat badan, ketebalan jaringan lemak bawah kulit serta lingkar lengan
atas. Pengukuran Lila dilakukan pada awal pemantauan dan akhir pemantauan.
Sementara Penimbangan berat badan pada penelitian ini dilakukan di hari ketujuh pemantauan, dilakukan delapan kali penimbangan.
5.2.1. Pengaruh Penambahan Berat Badan terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Berat badan ibu hamil merupakan parameter yang penting selama kunjungan
antenatal. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden dengan penambahan berat badan yang tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 15 orang
46,88 sementara responden dengan penambahan berat badan baik yang mengalami hipertensi sebanyak 6 orang 21,43 hasil uji statistik p=0,039 artinya
penambahan berat badan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatmaningrum 2008, mengatakan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status gizi mengukur body
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
mass index dengan kejadian hipertensi. Menurut Guyton 1991 bahwa faktor kegemukan terlibat dalam mekanisme terjadinya hipertensi dimana diketahui pada
kebanyakan individu yang berat badannya bertambah akan menunjukkan adanya tendensi kenaikan tekanan darah.
Demikan juga hasil Penelitian Hull 1997 dalam Hendraswari 2008, Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah
sistolik. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan berat badan dengan hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka resiko hipertensi juga
meningkat. Bila berat badan menurun maka volume darah total juga berkurang, hormon-hormon yang berkaitan dengan tekanan darah berubah dan tekanan darah
berkurang. Hasil penelitian Purwati 2001, kelebihan berat badanobesitas merupakan
faktor pemicu timbulnya hipertensi. Orang yang terus bertambah berat badannya mempunyai kecenderungan tekanan darahnya semakin meningkat. Demikian hal nya
dengan penelitian Framingham 1997 dalam Purwati 2001 menunjukkan bahwa orang yang obesitas kelebihan 10 dari berat badan normal akan mengalami
peluang hipertensi 10 kali lebih besar. Hasil wawancara dengan responden hampir seluruh responden tidak
mengatahui banyaknya kenaikan berat badan perminggu selama kehamilan. Mereka hanya mengetahui bahwa ibu hamil harus bertambah berat badan setiap bulan tetapi
berapa pertambahan mereka tidak mengetahui secara pasti. Kurangnya informasi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
tentang penambahan berat badan ibu selama hamil, beberapa responden mengatakan petugas kesehatan tidak pernah memberitahukan hal tersebut.
5.2.2. Pengaruh LILA terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Lingkar lengan atas diukur pada setengah panjang lengan nondominan, nilainya harus lebih dari 23,5 cm dan tidak lebih dari 25 cm. LILA menunjukkan
status nutrisi ibu hamil. LILA 25 cm menunjukkan status nutrisi ibu hamil lebih dan harus mendapatkan pemantauan agar tidak berkomplikasi pada ibu.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden dengan LILA yang tidak baik mengalami hipertensi sebanyak 20 orang 41,67 sementara responden
dengan LILA badan baik yang mengalami hipertensi sebanyak 1 orang 8,33 hasil uji statistik p=0,030 artinya ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi
pada ibu hamil. Hasil penelitian ditemukan bahwa 48 responden 80,0 dengan ukuran LILA
tidak baik 25 cm menurut asumsi penulis hal ini terjadi karena awal penelitian ditemukan responden memiliki ukuran LILA tidak baik 50,0 dan setelah 60 hari
pemantauan peningkatan terjadi 30,0 dikarenakan rata-rata responden dengan asupan energi, asupan protein dan asupan lemak serta asupan natrium yang tidak baik
sehingga terjadi penambahan berat badan dan penambahan ukuran LILA responden. Dari karakteristik juga ditemukan reponden dengan IMT lebih 50,0, jika
responden dengan berat badan yang lebih makan ukuran LILA dari responden tersebut adalah 25 cm.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
5.3. Keterbatasan Penelitian