BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asap cair diperoleh dari hasil kondensasi asap pada proses pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kelompok senyawa kimia yang dihasilkan
dalam pengasapan adalah fenol, kabonil, asam, furan, alkohol, ester, lakton, dan hidrokarbon polisiklik aromatik HPA. Dua senyawa dominan yang berperan sebagai
bakteriostatik adalah fenol dan asam-asam organik yang mampu mengontrol pertumbuhan bakteri. Fenol diperoleh dari hasil pirolisis lignin, sedangkan asam-asam
organik dari hasil pirolisis selulosa dan hemiselulosa Kartika, 2009.
Cangkang kelapa sawit memiliki komposisi yang hampir sama dengan tempurung kelapa. Perbedaan terdapat dalam hal persentase kadar komponen yang
dikandung, terutama lignin sebesar 21 pada cangkang kelapa sawit dan 36,51 pada tempurung kelapa. Dengan semakin tingginya kadar lignin, diharapkan akan semakin
besar kadar fenol yang diperoleh Siregar, 2001.
Penelitian mengenai komposisi asap dilakukan pertama kali oleh Pettet dan Lane tahun 1940 Girard, 1992, bahwa senyawa kimia yang terdapat dalam asap kayu
jumlahnya lebih dari 1000, 300 senyawa diantaranya dapat diisolasi dan yang sudah dideteksi antara lain; fenol 85 macam telah diidentifikasi dalam kondensat dan 20
macam dalam asap, karbonil, keton, dan aldehid 45 macam dalam kondensat, asam 35 macam, furan 11 macam. Akohol dan ester 15 macam, lakton 13 macam, hidrokarbon
alifatik 1 macam dalam kondensat dan 20 macam dalam produk asap, serta
Universitas Sumatera Utara
hidrokarbon polisiklik aromatik HPA, 47 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat, 20 macam dalam produk asap.
Beberapa peneliti terkini mengenai asap cair telah berkembang bukan lagi menganalisa senyawa yang terkandung pada asap cair akan tetapi telah maju lebih
jauh yaitu pemanfatan asap cair dalam berbagai keperluan. Salah satu pemanfatan dari asap cair yang menarik untuk dikaji adalah dalam pengawetan ikan, atau yang sering
disebut pengasapan ikan. Penemuan A.S. Pimenta, dkk 29 Januari 1998 mengenai senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik HPA dari bahan Eucalyptus Grandis
yang menyimpulkan bahwa senyawa ini sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Selain itu F. Chinnici dan Natali pada tanggal 9 November
2006 dari Departement Science University Degli Bologna, Italy, telah meneliti senyawa yang sama dari asap cair menggunakan bahan baku kayu. Arturo A. Rincon,
dan Veronica pada tahun 2011, pada jurnalnya, menganalisa kandungan fenolik pada empat bahan yang berbeda menggunakan HPLC High Performance Liquid
Chromatography. Ia menyimpulkan bahwa kandungan utama asap yaitu vanillin, fenol, dan metoksifenol.
Komponen kimia asap dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kayu dan suhu pirolisis yang digunakan. Pengasapan secara tradisional sulit dikerjakan terutama
oleh masyarakat perkotaan karena sulitnya mendapatkan kayu, dan timbulnya polusi udara yang mengganggu Girard, 1992. Disisi lain, Gorbatov et al. 1971
mengatakan bahwa kelemahan pengasapan tradisional yaitu kesulitan dalam mengatur flavor dan konsentrasi konstituen asap yang diinginkan, waktu dan suhu yang optimal
tidak dapat dipertahankan sama sehingga produk yang dihasilkan tidak seragam, kemungkinan terbentuk senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik HPA yang bersifat
karsinogenik. Pengawetan dengan asap cair ini dapat mengurangi kendala dari pengasapan tradisional.
Dari uraian diatas, maka peneliti ingin meneliti mengenai kadar senyawa fenolik yang terkandung pada asap cair dari bahan baku limbah cangkang sawit yang
diperoleh dengan cara pirolisis pada suhu diatas 600
o
C dan akan dianalisa menggunakan FTIR dan GC-MS sebagai penelitian awal untuk dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai bahan dasar penelitian pembuatan asap cair suhu diatas 600
o
C selanjutnya. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi wawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
1.2. Permasalahan