fenol dengan titik didih tinggi dalam asap juga merupakan zat antibakteri yang tinggi. Senyawa fenol menghambat pertumbuhan populasi bakteri dengan memperpanjang
fase lag secara proporsional di dalam bodi atau di dalam produk sedangkan kecepatan pertumbuhan dalam fase eksponensial tetap tidak berubah kecuali konsentrasi fenol
sangat tinggi.
Penggunaan senyawa fenol sebagai antimikrobia pada makanan dibatasi karena efek toksiknya. Konsentrasi penambahan fenol yang disarankan berkisar
0,020 sampai 1 tergantung dari produknya. Dalam bentuk larutan sampai konsentrasi 1, fenol berfungsi sebagai bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi
yang lebih tinggi berperan sebagai bakterisidal. Fenol pada konsentrasi 0,51 bisa digunakan sebagai anastesi lokal dan dapat diinjeksikan sampai 10 ml pada jaringan
sebagai analgesik Ratna, 2008.
Kadar fenol bervariasi tergantung pada macam dan bentuk kayu dengan rata- ratanya 2,85, sedangkan untuk tempurung kelapa sebesar 5,13 Tranggono dkk,
1997. Temperatur pirolisis kayu juga mempengaruhi kandungan senyawa fenol. Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10 – 200 mgkg. Senyawa-
senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa-
senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester Maga, 1987.
2.3. Manfaat Asap Cair
Asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri, antara lain seperti :
1. Industri Pangan
Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan
antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran,
yang semuanya tersebut dapat dihindari. 2.
Industri Perkebunan Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional
asap cair seperti antijamur, antibakteri, dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.
3. Industri Kayu
Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap dari pada kayu yang tanpa diolesi asap cair Darmadji, 1996.
2.4. Jenis Asap Cair
Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis perlu dilakukan proses pemurnian dimana proses ini menentukan jenis asap cair yang dihasilkan. Adapun jenis asap cair
yaitu : 1.
Asap Cair Grade 3 Dimana asap cair grade 3 ini merupakan pemurnian asap cair dari tar dengan
menggunakan destilasi. Destilasi merupakan cara untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dengan kata lain, destilasi
adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat
dari pada komponen lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatile
sehingga proses pemisahan komponen dari capuran dapat terjadi Astuti, 2000. Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah campuran
dimasukkan kedalam sebuah bejana, dipanaskan bertahap dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk
dikondensasikan dan ditampung dalam labu. Produk destilat yang pertama kali tertampung memiliki kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat
yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Pada asap cair grade 3 ini, asap cair yang diperkirakan masih mengandung tar yang tinggi dimasukkan kedalam tungku destilasi yang
dilengkapi dengan suhu dan tekanan. Cara kerjanya sama dengan pirolisis. Bedanya hanya pada proses pirolisis sampel berupa bahan baku contohnya
cangkang sawit atau tempurung kelapa, akan tetapi pada proses destilasi ini sampel adalah asap cair yang masih mengandung tar dan suhu pada destilasi
sekitar 150
o
C. Asap cair ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna coklat pekat dan bau yang tajam. Asap cair ini diorientasikan untuk pengawetan karet.
2. Asap Cair Grade 2
Merupakan asap cair yang telah melewati tahapan destilasi kemudian dilakukan penyaringan zeolit. Asap cair ini memiliki warna kuning kecoklatan
dan diorientasikan untuk pengawetan bahan makanan mentah seperti daging, ayam, atau ikan pengganti formalin.
3. Asap Cair Grade 1
Memiliki warna kuning pucat. Asap cair ini merupakan hasil dari proses destilasi dan penyaringan dengan zeolit yang kemudian dilanjutkan dengan
destilasi fraksinasi yang dilanjutkan lagi dengan penyaringan dengan arang aktif. Asap cair ini tepat digunakan untuk bahan makanan siap saji seperti mie
basah, bakso, maupun tahu Ratna, 2008.
2.5. Reaktor Pirolisa