Latar Belakang Fasilitas Olahraga Penyandang Tunanetra Bandung

FASILITAS OLAHRAGA PENYANDANG TUNANETRA BANDUNG ] STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semua manusia dilahirkan sama dan memiliki hak sama pula menjalankan dan menikmati hidup. Dalam kehidupan nyata yang dinamis, pemenuhan hak tersebut menyebabkan setiap orang tanpa terkecuali membutuhkan informasi dari dan tentang lingkungannya untuk melakukan aktivitasnya dengan baik. Informasi lingkungan diartikan Passini 1984 sebagai semua informasi penting meliputi komponen deskriptif, lokasional, dan waktu, yang memungkinkan seseorang menyelesaikan tugas pencarian jalan. Namun, informasi lingkungan ini akan bermanfaat jika ia bisa dimengerti, diorganisasi, dan diingat. Untuk mencapai ketiga syarat tersebut, media penyampai informasi menjadi alat sangat penting. Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi manusia. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatannya, sedangkan selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat dipahami jika seseorang mengalami gangguan atau cacat pada indera penglihatannya , maka kemampuan aktifitasnya akan menjadi sangat terbatas, karena informasi yang mereka peroleh akan jauh berkurang dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Tak jarang akibat keterbatasan itu dapat mengakibatkan timbulnya berbagai kendala secara psikologis, misalnya perasaan yang lebih sensitif, perasaan inferior rendah diri, depresi, atau perasaan hilangnya makna hidup Tercatat 1,5 penduduk Indonesia mengalami kebutaan, sehingga diperlukan suatu komunitas khusus untuk penyandang MIGIE NASEPUL QURBANI | 10403022 1 FASILITAS OLAHRAGA PENYANDANG TUNANETRA BANDUNG ] STUDIO TUGAS AKHIR tunanetra, karena di dalam komunitas tersebut, dapat terjalin ikatan yang kuat, dengan saling mendukung dan dapat juga berkompetisi dengan komunitas mereka tanpa merasa lebih rendah atau suatu perasaan tidak seimbang. Mental mereka akan semakin kuat dengan tidak lagi dianggap remeh oleh orang disekelilingnya, dan dianggap memiliki kelebihan dan kemampuan untuk dapat membuktikan diri mereka. Terkait dengan pandangan negatif terhadap para penyandang tunanetra, bahwa mereka selalu membutuhkan bantuan dan tidak dapat mandiri, memerlukan perlakuan khusus, dan perhatian yang lebih. Maka sangat penting untuk mengubah imej tersebut. Di Indonesia, kita cenderung masih memperlakukan orang buta sebagai orang yang tidak mampu, sedangkan di Negara lain, seperti Malaysia, yang memiliki suatu kawasan khusus bagi penyandang tunanetra, membuktikan bahwa para penyandang tunanetra pun dapat hidup mandiri dan melakukan apa yang mereka inginkan tanpa bantuan orang lain.

1.2. Maksud dan Tujuan