42
BAB IV PENGATURAN
PASSING OFF DALAM PERUNDANG- UNDANGAN INDONESIA DAN AKIBAT HUKUMNYA
A. Contoh Putusan Terkait Tindakan Passing Off di Indonesia
Berikut contoh kasus passing off di Indonesia yang telah diadili: 1.
Putusan MA No. 122 KPdt.Sus2010 dalam Perkara NATASHA vs NATASHA SKIN CARE
a. Duduk Perkara
Kasus pemboncengan reputasi passing off ini terjadi ketika dr. Fredi Setyawan PenggugatTermohon kasasi sebagai pemegang
merek “NATASHA” yang terdaftar dengan no. 540373 yang didaftarkan pada tanggal 10 juni 2002 untuk kelas 44 jenis jasa salon
kecantikan, perawatan kulit dan perawatan kecantikan, salon perawatan kecantikan kulit, perawatan kulit secara medis, penyediaan
spa, sauna, solarium, penyediaan jasa informasi dan nasehat mengenai pemakaian produk-produk perawatan kulit, kecantikan dan kosmetik,
salon kecantikan mengetahui di masyarakat telah beredar produk kosmetik atau produk yang berhubungan dengan kecantikan dengan
menggunakan merek dan logo “NATASHA SKIN CARE” milik Then Gek Tjoe TergugatPemohon kasasi yang mereknya terdaftar dengan
nomor IDM000185727 tertanggal 25 Nopember 2008 untuk kelas 3
yang mempunyai persamaan pada pokoknya melihat di situs berbagai iklan di media massa seperti pada halaman muka Harian Umum
Tangerang Tribun tertanggal 27 November 2008. b.
Putusan Hukum Hakim menolak permohonan kasasi dan menguatkan putusan
pengadilan negeri yang mengabulkan gugatan penggugattermohon yaitu menyatakan Penggugat sebagai pemegang merek berupa nama dan logo
NATASHA yang sah, Membatalkan atau setidak –tidaknya menyatakan
batal Sertipikat Merek dengan Nomor : IDM000185727 untuk Merek berupa nama dan logo NATASHA SKIN CARE dalam kelas 3 tiga
tertanggal 25 Nopember 2008 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek pada Dirjen HKI, Memerintahkan Dirjen HKI mencoret Sertifikat
Merek No. IDM000185727 untuk merek berupa nama dan logo NATASHA SKIN CARE untuk kelas 3 tiga tertanggal 25 Nopember
2008 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek pada Dirjen HKI dengan segala akibat hukumnya dan mengumumkannya dalam Berita
Resmi Merek. c.
Analisa Hukum Menurut penulis putusan hakim sudah tepat karena dalam
perkara ini terdapat persamaan pada pokoknya maupun persamaan pada keseluruhan pada merek PenggugatTermohon. Ketentuan gugatan
pembatalan pendaftaran merek telah diatur pada Pasal 69 Undang-Undang
Merek Tahun 2001 yaitu gugatan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun dari pendaftaran merek. Sertifikat Merek
NATASHA SKIN CARE No. IDM000185727 milik TERGUGAT tertanggal 25 Nopember 2008, sedangkan gugatan aquo adalah tertanggal
14 Juli 2009. Sehingga gugatan dari penggugat masih berada dalam jangka
waktu yang telah ditentukan. TergugatPemohon tidak mempunyai itikad baik dalam mendaftarkan produknya sehingga mengabaikan Pasal 4, 5,
dan 6 Undang-Undang Merek Tahun 2001. Penggugat telah menggunakan merek NATASHA untuk menjalankan usahanya yaitu salon kecantikan
dan perawatan kulit sejak tahun 1999 dan merek tersebut didaftarkan pada tanggal 10 Juni 2002. Indonesia menganut sistem konstitutif pada
pendaftaran merek. Dalam sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui pendaftaran, artinya hak eksklusif atas sesuatu merek diberikan
karena adanya pendaftaran required by registration. Sehingga pendaftar pertama first to file diberikan perlindungan secara hukum dan berhak
melakukan gugatan apabila terdapat pihak yang tidak beritikad baik. Perbuatan tergugat sangat dilarang oleh Allah SWT karena melakukan
bisnis dengan jalan yang batil, sebagaimana yang tercantum pada Surah Al-Baqarah ayat 188 :
Artinya : Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa
urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat
dosa, padahal kamu mengetahui. QS. 2:188
Dari Ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dilarang memakan atau mendapatkan harta dari orang lain dengan cara yang tidak
halal termasuk dengan cara passing off dikarenakan perbuatan tersebut dapat merugikan pemilik merek yang diboncengi reputasinya dan
konsumen yang menggunakan produknya. Tergugat juga terindikasi melakukan pemboncengan reputasi
passing off karena sudah sesuai dengan unsur-unsur passing off, di antaranya ialah:
1 Reputasi, Penggugat telah menjalankan usahanya sejak 1999 dan
mempunyai 43 empat puluh tiga cabang yang tersebar di 26 dua puluh enam kota di seluruh Indonesia sehingga penggugat telah
mempunyai reputasi di kalangan masyarakat. 2
Mengelabui konsumen, merek Tergugat telah mengelabui konsumen dikarenakan reputasi Penggugat sudah terkenal di masyarakat.
Konsumen akan menganggap bahwa barang kosmetik yang bermerek NATASHA SKIN CARE dari merek tergugat merupakan produk dari
NATASHA milik penggugat dikarenakan merek dari tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya.
3 Kerugian, dengan adanya itikad tidak baik yang dilakukan oleh
tergugat maka, penggugat telah dirugikan baik secara materil maupun immaterial.
Sehingga putusan hakim telah tepat dalam penegakkan hukum pada tindakan passing off terhadap merek jasa pada kasus ini yaitu dengan
memberikan hukuman kepada TergugatPemohon dengan menghapus merek TergugatPemohon berdasarkan Pasal 4, 5 dan 6 dan menetapkan
merek PenggugatTermohon sebagai pemilik merek pertama yang mendaftarkan merek NATASHA sesuai dengan sistem pendaftaran merek
di indonesia.
2. Putusan MA No. 502 KPdt.Sus-HKI2013 dalam Perkara INK vs INX
a. Duduk Perkara
Kasus pemboncengan reputasi passing off ini terjadi ketika penggugattermohon kasasi yang bernama Eddy Tedjakusuma sebagai
Pemilik Hak Ekslusif dan pendaftar pertama first to file serta penerus hak atas Merek-Merek Dagang INK yang diperoleh melalui Pengalihan
Hak dari Tjong Lyanti Tedjakusuma alias Tjong Bui Lian pada tanggal 8 Juli 2004 dihadapan Notaris Lieke L. Tukgali, SH, serta telah dicatatkan
Pengalihan Haknya pada Direktorat Merek pada tanggal 26 Juni 2006, yang telah mendaftarkan Merek Dagang INK untuk beberapa barang yang
tergolong kelas 09 di antaranya: segala macam topi pengaman helm
dengan nomor awal pendaftaran 483685 pada tanggal 18 Agustus 2000 diperpanjang pada tanggal 18 Agustus 2010 dengan nomor pendaftaran
No.IDM000264191; Segala macam topi pengaman dan helmet helm, kacamata dengan nomor awal pendaftaran No.554641 pada tanggal 8
November 2002 dan diperpanjang pada tanggal tanggal 8 November 2012 dengan nomor No.lDM000349299; dan barang yang berupa Helm yang
diberi merek INK HELMETS yang didaftarkan pada tanggal 23 Desember 2010 dengan nomor perndaftaran No.IDM000351661 dan ternyata
diketahui, pada Direktorat Merek telah terdaftar pula Merek Dagang INX Kelas 09 Daftar No.lDM000220449 atas nama Andi sebagai
TergugatPemohon Kasasi yang secara yuridis memiliki persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan Merek-Merek Dagang INX
terdaftar yang merupakan main brand milik Penggugat, dimana persamaan tersebut terdiri dari persamaan susunan hurufkata, bunyi pengucapan
maupun persamaan perlindungan jenis barangnya. b.
Putusan Hukum Hakim menolak permohonan kasasi dan menguatkan putusan
pengadilan negeri yang mengabulkan gugatan penggugattermohon yaitu menyatakan bahwa Penggugat adalah Pemilik Hak Eksklusif dan
pendaftar pertama first to file serta penerus hak atas Merek-Merek Dagang INK yang diperoleh melalui Pengalihan Hak dari Tjong Lyanti
Tedjakusuma alias Tjong Bui Lian dan Membatalkan pendaftaran Merek
Dagang INX Kelas 09 Daftar No.IDM000220449 tanggal 22 Januari 2008 atas nama Tergugat I dalam Daftar Umum Direktorat Merek dengan
segala akibat hukumnya. c.
Analisa Hukum Menurut penulis, putusan tersebut sudah tepat. Karena terdapat
persamaan pada merek INK dan INX dalam hal pengucapan sehingga akan mengelabuimembingungkan konsumen dalam memilih barang
sehingga pemilik merek INK akan rugi terhadap tindakan persaingan curang tersebut dan pemilik merek INK telah dahulu mendaftarkan
mereknya sehingga yang wajib mendapatkan perlindungan hukum ialah pemilik merek INK sebagaimana sesuai dengan sistem merek di Indonesia
yang menggunakan sistem konstitutif dalam pendaftaran merek first to file.
B. Potensi Persaingan Curang Terkait Tindakan Passing Off di Indonesia