Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan)
ANALISIS PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN,
KECAKAPAN PROFESIONAL, PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN, DAN INDEPENDENSI
PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS
HASIL PEMERIKSAAN
(STUDY EMPIRIS PADA BAWASKO MEDAN)
TESIS
Oleh
RIZAL ISKANDAR BATUBARA
067017024/AKT
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
ANALISIS PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN,
KECAKAPAN PROFESIONAL, PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN, DAN INDEPENDENSI
PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS
HASIL PEMERIKSAAN
(STUDY EMPIRIS PADA BAWASKO MEDAN)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIZAL ISKANDAR BATUBARA
067017024/AKT
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(3)
Judul Tesis
:
ANALISIS PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KECAKAPAN PROFESIONAL, PENDIDIKAN BERKELANJUTAN, DANINDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN
(STUDY EMPIRIS PADA BAWASKO MEDAN) Nama Mahasiswa : Rizal Iskandar Batubara
Nomor Pokok : 067017024 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,M.Sc)
(4)
Telah Diuji Pada
Tanggal : 27 Februari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : 1. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 2. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak 4. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “ Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Study Empiris Pada Bawasko Medan)”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 27 Februari 2008
Yang membuat pernyataan
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Pemerintah Kota Medan. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten/kota, propinsi sampai dengan tingkat departemen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa. Untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hasil pemeriksaan. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh staf Bawasko Medan.
Hasil penelitian ini menunjukkan latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan. Secara parsial hanya latar belakang pendidikan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.
Kata Kunci: Latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan
(7)
ABSTRACT
The purpose of this study was to describe the influence of education background, professional efficiency, continuing education, and independency of examiner to the quality of the result of inspection at the Bawasko governmental of Medan. Observation of the management of the local government was done by ladder from the regency level, province and up to departmental level.
Independent variables in this study were education background, professional efficiency, continuing education, and independency of examiner. Dependent variable of this study was the quality of the result of inspection. The data in this study was the primary data that has obtained from the spreading kuesioner directly to all of staff of the Bawasko Medan.
The result of this study has shown that the education background, professional efficiency, continuing education, and independency of examiner were simultaneus affected significantly to the quality of the result of inspection at Bawasko Medan. In this study only education background that not affected significantly to the quality of the result of inspection at Bawasko Medan.
Keyword: Education background, professional efficiency, continuing education, independency of examiner, and quality of the result of inspection
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin
Pertama-tama penulis panjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis telah dapat merampungkan studi. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan selama ini. Tesis ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian dari syarat-syarat untuk menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, segala upaya maksimal telah penulis berikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik agar kelak dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, usaha, bimbingan, serta dorongan moral serta spritual, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
1. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak selaku ketua program studi Ilmu Akuntansi dan juga sebagai pembimbing pertama.
2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak. selaku sekretaris program studi ilmu akuntansi
3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak. selaku pembimbing kedua yang telah banyak sekali memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan tesis ini.
4. Seluruh dosen yang telah menyumbangkan ilmunya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu selama penulis mengikuti perkuliahan.
5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Drs. H. Chalik Batubara, dan Ibunda Hj. Zuraida Amir, yang telah memberikan dukungan, doa, cinta, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.
(9)
6. (Alm) H. Chairulsyah Lubis dan Ibu Siti Zainab yang merupakan mertua dari penulis.
7. Istriku tercinta dr. Siska Mayasari Lubis, yang juga telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang tanpa kenal lelah kepada penulis.
8. Drs. H. M. Ramli Purba, MM. Selaku Kepala Bawasko Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan tugas belajar di Sekolah Pascsarjana USU.
9. Syahminan, SE, selaku Kepala Bidang di Bawasko Medan yang banyak membantu penulis dalam memperoleh bahan penelitian
10.Teman – teman di Bawasko Medan yang telah bersedia memberikan waktunya untuk pengisian kuesioner dalam penelitian ini.
11.Saudara-saudaraku, Roy, Rini, dan Faisal terima kasih untuk dukungan dan motivasi yang tak penah henti.
12.Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan IX, X, XI Ilmu Akuntasi USU Semoga sukses dalam meraih cita-cita.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini. Hal tersebut disebabkan antara lain adanya keterbatasan pengetahuan penulis. Mudah-mudahan karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi penulis terutama dalam penyempurnaannya ke depan. Pada semua pihak yang telah banyak membantu untuk kesempurnaan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih.
Akhirnya, semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan bagi kita semua. Amin
Medan, 27 Februari 2008
Penulis
Rizal Iskandar Batubara
(10)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Rizal Iskandar Batubara 2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 9 Agustus 1979
3. Alamat : Jl. Sidodame No. 242 Medan 4. Telepon/HP : (061) 77004805/081361280250
5. Agama : Islam
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Status : Menikah
8. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Medan
9. Pendidikan :
a. Lulus SD Swasta Pertiwi Medan tahun 1991 bersertifikat b. Lulus SMP Swasta Al-Ulum Tahun 1994 bersertifikat c. Lulus SMU Negeri I Medan Tahun 1997 bersertifikat
d. Lulus Sarjana (S1) Akuntansi Universitas Islam Bandung, Bandung Tahun 2002 bersertifikat
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
Bab I. PENDAHULUAN……….... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian……….. 1
1.2 Perumusan Masalah……… 10
1.3 Tujuan Penelitian……….... 10
1.4 Manfaat Penelitian………... 10
1.5 Batasan Scope Penelitian... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……… 12
2.1 Latar Belakang Pendidikan ……… 12
(12)
2.3 Pendidikan Berkelanjutan ………. 18
2.4 Independensi Pemeriksa ……… 20
2.5 Kualitas Hasil Pemeriksaan ………... 23
2.6 Penelitian Terdahulu ……….. 26
2.7 Kerangka Konsep ……….. 30
2.8 Hipotesis ………... 31
BAB III. METODE PENELITIAN………... 32
3.1 Rancangan Penelitian………... 32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………... 32
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33
3.4 Jenis dan Sumber Data... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data……….... 33
3.6 Instrumen Penelitian………... 34
3.7 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 34
3.7.1 Variabel Independen... 34
3.7.2 Variabel Dependen... 37
3.8 Model dan Teknik Analisis Data... 39
3.8.1 Uji Kualitas Data……….... 39
3.9 Uji Asumsi Klasik……….. 40
3.9.1 Statistik Deskriptif……….. 42
(13)
BAB IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 45
4.1 Hasil Penelitian……….. 45
4.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian……… 45
4.1.2 Pengujian Alat Ukur………... 46
4.1.2.1 Uji Validitas………... 47
4.1.2.2 Uji Reabilitas………... 49
4.2 Uji Asumsi Klasik………... 50
4.2.1 Deskripsi Statistik………... 55
4.2.2 Pengujian Hipotesis……… 57
4.2.3 Pembahasan………. 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 69
5.1 Kesimpulan………. 69
5.2 Keterbatasan……… 69
5.3 Saran……… 70
(14)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu……… 28
3.1 Definisi Operasional Variabel………. 38
4.1 Masa dan Pengalaman Kerja Responden ………... 46
4.2 Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner…………. 47
4.3 Hasil Pengujian Validitas ………... 48
4.4 Tingkat Realibilitas Berdasarkan Nilai Alpha …... 49
4.5 Hasil Pengujian Reabilitas ………. 50
4.6 Pengujian Normalitas ………. 50
4.7 Pengujian Multikolinearitas ……… 54
4.8 Rangkuman Statistik Deskriptif ………. … 55
4.9 Pengujian Model ………... 59
4.10 Model Summary……….. 61
(15)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman 2.1 Gambar Pengaruh latar belakang pendidikan,
kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi terhadap kualitas
hasil pemeriksaan………... 31 4.1 Normal Q-Q Plot………... 51 4.2 Pengujian Heteroskedastisitas………... 53
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner………. 76
2 Data Hasil Kuesioner……… 81
3 Data Hasil Olahan Untuk Regresi……… 82
4 Statistik Deskriptif……… 83
5 Uji Validitas dan Realibilitas……… 86
6 Uji Normalitas……….. 88
7 Uji Multikolinearitas……… 90
8 Uji Heteroskedastisitas………. 91
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era otonomi daerah dari perubahan UU No. 5 tahun 1974 sampai dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah mengalami perubahan yang sangat signifikant, terutama di era UU tahun No. 22 Tahun 1999 telah menimbulkan kondisi yang stagnan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan secara berjenjang dengan adanya pemahaman otonomi pada Kabupaten/Kota yang beragam sehingga berdampak pada lahirnya pemahaman bahwa pengawasan juga berotonomi. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya informasi hasil pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah khususnya dilingkungan internal pemerintah, sehingga kebijakan nasional yang ditetapkan kurang mendapat masukan dari aspek pengawasan.
Pemahaman otonomi daerah di bidang pengawasan berdampak pula pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Bawasda Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom, karena perubahan yang drastis terjadi tidak segera atau tidak dipersiapkan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan Bawasda Kabupaten/Kota baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai.
(18)
Bawasda/Bawasko adalah lembaga pengontrol/pengawas terhadap lembaga teknis, pelaksana, dan perencana. Berdasarkan Surat Menpan No. B/2009/M.PAN/10/2004 perihal perubahan nonmenklatur Bawasda telah dirubah menjadi Inspektorat Propinsi, Inspektorat Kabupaten, dan Inspektorat Kota dengan sebutan Kepala Inspektorat adalah Inspektur Propinsi, Inspektur Kabupaten, dan Inspektur Kota. Khusus Kota Medan perubahan ini masih menunggu Peraturan Daerah yang akan dikeluarkan oleh Walikota Medan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun (pasal 24) menyatakan Bawasda/Bawasko merupakan aparat pengawas intern pemerintah daerah. Dalam melakukan tugas, pokok, dan fungsinya bawasda/bawasko melakukan pemeriksaan rutin keseluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada setiap Propinsi, Kabupaten dan Kota. Hasil dari pemeriksaan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan (LHP).
Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah daerah (APIPDA) yang berada di bawah langsung kepala daerah dan diharapkan independen dari pengaruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara berjenjang mulai tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi, dan tingkat departemen. Bawasda/Bawasko melakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus pada SKPD yang ada pada setiap kabupaten, kota dan propinsi.
(19)
Badan Pengawas Kota Medan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Walikota Medan No 55 Tahun 2001 telah melakukan tugas sebagai aparat pengawas intern Pemerintah Kota Medan. Hasil dari pemeriksaan yang telah dilaksanakan, dijelaskan pada laporan hasil pemeriksaan. Kualitas hasil pemeriksaaan yang dilaksanakan Bawasko Medan telah disesuaikan dengan standar pemeriksaan yang ada. Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No 55 Tahun 2001 (pasal 52) dinyatakan laporan pemeriksaan tersebut kemudian disampaikan kepada Walikota Medan c/q Sekretaris daerah Kota.
Menurut Elim (2006) peran auditor internal adalah :
1. Terlibat dalam pengelolaan risiko membantu manajemen
2. Berperan sebagai pihak yang melaksanakan control self assessment atas pengendalian manajemen
3. Melakukan audit berbasis risiko
Tidak adanya definisi yang pasti mengenai kualitas audit disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas audit dan sering terjadi konflik peran antara pengguna laporan audit (Sutton, 1993). Sutton menjelaskan dengan mengumpulkan beberapa pendapat peneliti sebelumnya terdapat perbedaan persepsi mengenai kualitas audit. Walaupun demikian, para peneliti mempunyai kesamaan pendapat mengenai kualitas pengukuran kualitas audit.
Penelitian mengenai pengukuran kualitas audit pada tahap proses telah dilakukan oleh Sutton (1993). Sutton meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses audit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
(20)
kesepakatan diantara para responden mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas proses audit mulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap pekerjaan lapangan, dan pada tahap administrasi akhir.
Penelitian sebelumnya oleh Ariesanti (2001) menyatakan ternyata pengalaman auditor ternyata tidak banyak memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian auditor, yang berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas audit. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendro dan Aida (2006) yang menyatakan profesionalisme yang tinggi akan membuat kebebasan auditor semakin terjamin.
DeAngelo (1981) menyatakan kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (dalam Deis dan Giroux, 1992). Sedangkan probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor, dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor (Deis dan Giroux, 1992). Kualitas hasil pemeriksaan pada penelitian ini dipengaruhi variabel latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa.
Proses pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Bawasko Medan merupakan bagian dari Tugas, Pokok, Fungsi (TUPOKSI) yang tercantum pada Keputusan Walikota Medan No 55 Tahun 2001. Staf Bawasko Medan sesuai dengan Program Kerja Pemeriksaan (PKP) yang telah disusun untuk melakukan pemeriksaan secara rutin kepada setiap dinas, badan, kantor, dan sekolah-sekolah negeri yang berada dalam lingkup Pemerintah Kota Medan. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya
(21)
akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaaan. Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan, dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Dalam laporan hasil pemeriksaan akan diketahui apa yang menjadi permasalahan pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Bawasko Medan dalam laporannya juga akan memberikan saran kepada objek yang telah diaudit. Saran tersebut merupakan jawaban dari permasalahan yang ditemukan pada auditee.
Bawasko Medan adalah bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berada di dalam lingkup Pemerintah Kota Medan. Kedudukan Bawasko Medan berada dalam posisi yang sejajar dengan dinas atau badan di Pemko Medan. Bawasko dalam melakukan pemeriksaan, berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat eksternal.
Bawasko Medan merupakan auditor internal pada Pemerintah Kota Medan. Hasil pemeriksaan Bawasko Medan hanya terbatas pada pemberian saran kepada Kepala Daerah seperti saran pemberian sanksi, surat peringatan, mutasi, atau pemberhentian. Untuk implementasi dari saran-saran tersebut merupakan hak prerogratif Walikota Medan.
Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Pasal 1) definisi pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Aparat
(22)
Pengawas Internal Pemerintah adalah unit organisasi di lingkungan pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh aparat pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Pada Bawasko Medan latar belakang pendidikan yang dimiliki cukup beraneka ragam. Menurut data yang diperoleh dari Sub Bagian administrasi Bawasko Medan, staf yang mempunyai latar belakang pendidikan pascasarjana sejumlah 4 orang, sarjana sejumlah 20 orang, untuk sarjana muda dan SLTA masing-masing sejumlah tiga orang. Untuk sarjana yang mempunyai latar belakang akuntansi 4 orang. Kondisi seperti ini turut mempengaruhi kualitas kinerja Bawasko dalam melaksanakan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab sebagai pengawas ” auditor”. Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No 55 Tahun 2001 (pasal 3) yang menyatakan Bawasko Medan mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemko Medan di bidang pengawasan, untuk itu staf Bawasko harus mempunyai latar belakang pendidikan yang beraneka ragam . Hal ini disebabkan karena objek yang ada pada Pemko Medan atau yang akan diperiksa terdiri dari dari berbagai macam dinas atau kantor. Untuk itu tidak hanya yang berlatar belakang pendidikan sosial, tapi latar belakang pendidikan teknik juga diperlukan. Karena dalam melakukan pemeriksaan akan mencakup aspek pemerintahan, keuangan, teknik, dan lain-lain.
(23)
Sarundajang (2004) menyatakan Kondisi Sumber daya manusia (SDM) pengawasan saat ini masih memprihatinkan. Khususnya pada Bawasda Kabupaten dan Kota. Pada masa lalu Bawasda (Itwil Prop/Kab/Kota) merupakan tempat pembinaaan aparat-aparat yang bermasalah. Berdasarkan hasil survey ADB tahun 2003 bahwa tenaga Auditor yang berlatar belakang pendidikan Akuntansi di Bawasda sedikit sekali (kurang dari 1%). Sementara Bawasda juga melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan di daerah dan hasilnya belum memenuhi prinsip akuntansi. Untuk mengatasi hal ini tentu ada program peningkatan sumber daya manusia di bidang akuntansi dan diperlukan rekrutment tenaga baru untuk dijadikan auditor.
Kecakapan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) pada standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa.
Berdasar penelitian-penelitian terdahulu, faktor pengalaman yang merupakan indikator dari variabel kecakapan profesional berpengaruh terhadap kinerja auditor (Ashton, 1991; Choo dan Trotman, 1991; dan Tubbs, 1992). Peneliti lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara
(24)
pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ”intervening” efek pengetahuan mengenai pekerjaan (job Knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990)
Pendidikan berkelanjutan yang dimiliki oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, pemeriksa harus mengikuti berbagai macam pelatihan atau kursus informal yang berhubungan dengan tugas seorang pemeriksa. Staf Bawasko Medan merupakan auditor internal yang berada di dalam lingkup Pemerintah Kota Medan. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah menetapkan beberapa kode etik bagi auditor internal, antara lain Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.
Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemeriksa harus mempunyai kemampuan yang lebih terhadap objek yang akan diperiksa. Pendidikan berkelanjutan yang diikuti oleh staf Bawasko Medan akan dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Banyak peraturan-peraturan, undang-undang, meode-metode yang baru dalam hal audit. Independensi pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil
Menurut Harahap (1991), auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup Bebas secara nyata (Independent infact), Bebas secara penampilan (independent in appearance)
(25)
Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Fogarty (1996), Pany dan Reckers (1980), Supriyono (1988). Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi dalam menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan terutama untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap independensi auditor.
Di Kota Medan pada kenyataannya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Kota sebagai satuan Pengawas Internal dalam membantu Walikota masih belum bisa diharapkan efektifitasnya. Hal ini disebabkan kualitas para pemeriksa yang kurang dapat diandalkan, keberadaan unit pengawas belum bisa diterima sebagai mitra kerja dalam memecahkan persoalan, aparat pengawas dinilai selalu mencari-cari kesalahan dalam melakukan tugas dan hasil pemeriksaan dirasakan tidak memberikan sumbangan pada kegiatan operasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
Bawasko Medan dengan jumlah staf 52 orang terus berusaha meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Objek audit yang menjadi tugas dari Bawasko sangat banyak, dimulai dari Dinas, Badan, Kantor sampai pada sekolah yang berada di lingkup Pemko Medan. Empat variabel yang telah dijelaskan diatas sangat penting dalam meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan oleh Bawasko Medan.
Didasari atas kerangka tersebut diatas penulis tertarik menyusun karya akhir ini dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan,
(26)
Kecakapan Pofesional, Pendidikan Berkelanjutan dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pada Badan Pengawas Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka research question (masalah penelitian) dirumuskan sebagai berikut :
Apakah latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan?.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan untuk :
Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Bawasko Medan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat :
1. Bagi Bawasko, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang kualitas auditor dan kualitas hasil pemeriksaan, cara
(27)
2. rekrutment staf, pelatihan, tuntutan kecakapan professional yang dibutuhkan yang dapat meningkatkan kinerja Bawasko Medan di masa yang akan datang.
3. Bagi Pemko Medan, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan yang baru bagi jajaran Pemko Medan, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Pemerintah Pusat (Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri) dalam memahami fungsi, peran, tanggung jawab dan tugas Bawasda/Bawasko
4. Bagi Peneliti diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman kemampuan intelektual tentang pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
5. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama
1.5 Batasan Scope Penelitian
Dalam hal melakukan penelitian, peneliti mempunyai keterbatasan, antara lain: 1. Batasan Aspek, penelitian ini dibatasi pada audit internal di lingkup
pemerintahan, khususnya pada tugas dan fungsi Badan Pengawas Kota Medan.
2. Batasan Lokasi penelitian, pada lokasi penelitian terbatas di Pemerintah Kota Medan.
(28)
3. Batasan Lain-lain, dimana untuk batasan lain-lain seperti batasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang Pendidikan
Profesi auditor internal sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi apapun, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD, perusahaan multinasional, perusahaan asing, pemerintahan, lembaga pendidikan dan Organisasi Nir Laba. Dalam melakukan rekrutmen terhadap tenaga auditor internal untuk suatu organisasi, selain dapat diambil dari karyawan / staf dari bagian / Divisi lain, juga diperoleh dari pihak luar organisasi, baik yang telah berpengalaman maupun yang baru lulus dari perguruan tinggi (fresh graduate). Persaingan untuk memperebutkan posisi auditor internal ternyata lebih ketat dibandingkan posisi tenaga staf akuntansi (accounting staff) atau auditor untuk Kantor Akuntan Publik (KAP), sebab auditor internal dapat diperebutkan oleh lulusan dari berbagai disiplin ilmu serta berbagai pengalaman kerja.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki staf Bawasko Medan terdiri dari beranekaragam jurusan. Bawasko Medan merupakan bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di Pemko Medan. Proses mutasi pada Bawasko Medan juga menjadi penyebab beraneka ragamnya latar belakang pendidikan yang ada. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh Bawasko Medan terdiri dari dari latar belakang pendidikan Ekonomi, Hukum, Sosial dan Politik. Latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. SKPD yang berada di Pemko Medan terdiri dari berbagai bidang. Untuk itu keaneka ragaman latar belakang pendidikan sangat berguna dalam proses pemeriksaan oleh staf Bawasko Medan.
(30)
Apabila dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pemeriksa intern bahwa semua syarat-syarat profesionalisme dituruti. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah menetapkan kode etik bagi para auditor internal, antara lain Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi standar profesi audit, auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.
Keahlian yang memungkinkan bertambah tingginya kualitas seorang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup. Untuk mengimbangi dan menghadapi tantangan dari luar, maka kualitas para pemeriksa harus lebih tinggi dibandingkan pelaksana itu sendiri dalam hal menilai seberapa jauh pelaksana tugas yang telah dilakukan dan diikuti penilaian atas sistem dan prosedur pekerjaan tersebut.
2.2 Kecakapan Profesional Pemeriksa
Pemeriksaan adalah merupakan teknik pengawasan yaitu kegiatan untuk menilai apakah hasil pelaksanaan yang sebenarnya telah sesuai dengan yang seharusnya dan untuk mengidentifikasi penyimpangan atau hambatan yang ditemukan.
Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. (Mulyadi, 2002). Kehati-hatian profesional adalah auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
(31)
menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
Hayes-Roth (1975), Hutchinson (1983), Murphy dan Wright (1984) memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang lebih berpengalaman pada bidang subtantif, maka orang tersebut mempunyai lebih item yang disimpan dalam memorinya. Sehingga akan lebih mudah baginya untuk membedakan item-item menjadi beberapa kategori. Weber dan Crocker (1983) dalam Tubbs (1992) menunjukkan semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaan semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.
Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhada kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ”intervening”
efek pengetahuan menganai pekerjaan (job Knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990)
Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum
(32)
(atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang pengalaman.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.
The Contemporary Dictionary (1989) mendefinisikan keahlian (expertise) sebagai keahlian khusus yang dimiliki seorang ahli. Auditor memberikan pendapatnya berdasarkan investigasi yang dilakukan dalam memberikan opininya tersebut auditor tidak terhindarkan untuk membuat pendapat yang subyektif. Agar pendapat auditor benar, maka proses investigasi yang dilakukan harus sesuai prosedur, dan inputnya (berupa data dan pengetahuan) juga harus memadai (Hogart, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan bergantung pada prosedur audit yang dilaksanakan dan keahlian auditor.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas :
(33)
1. Kompetensi pengetahuan,yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan
2. bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.
Dalam Standar Profesi Audit Internal (1200;9) menyatakan auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan komptensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
2.3 Pendidikan Berkelanjutan
Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan, Setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan, setiap 2 (dua) tahun
(34)
harus menyelesaikan paling tidak 80 (Delapan puluh) jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa unutk melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 (Dua puluh empat) jam dari 80 (Delapan Puluh) jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik dimana entitas yang diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20 (Dua Puluh) jam dari 80 (Delapan Puluh) jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 (Satu) tahun dari 2 (Dua) periode 2 (Dua) tahun.
Pusat Pengembangan Akuntansi & Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PPAK STAN) memberikan pengakuan berupa pemberian sertifikat Professional Internal Auditor (PIA) terhadap peserta Pendidikan dan Pelatihan (diklat) auditor internal yang telah menyelesaikan 5 tahapan Pendidikan dan Pelatihan auditor internal yaitu Diklat Dasar-dasar Audit, Diklat Audit Operasional, Diklat Psikologi dan Komunikasi Audit, Diklat Audit Kecurangan, Diklat Pengelolaan Tugas-tugas Audit. Selain kepada peserta diklat yang telah mengikuti kelima tahapan diklat tersebut, sertifikat Professional Internal Auditor juga diberikan bagi para Kepala Satuan Pengawas Intern dan Kepala Badan Pengawas Daerah yang telah mengikuti
Diklat Khusus yang diselenggarakan oleh PPAK STAN.
Dalam Standar Profesi Audit Internal (1230;11) menyatakan auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui pengembangan profesional yang berkelanjutan.
(35)
Pendidikan profesional berkelanjutan yaitu mencakup seperti : Perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip akuntansi, penilaian akuntansi, penilaian atas pengendalian intern, prinsip manajemen atau supervisi, pemeriksaan atas sistem informasi, sampling pemeriksaan, analisis laporan keuangan, manajemen keuangan, statistik disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan ini juga mencakup topik tentang pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti administrasi negara, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik industri, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan teknologi informasi.
Bawasko Medan dalam Rencana Anggaran Belanja Daerah Kota Medan Tahun 2008 juga telah mengalokasikan dana untuk pengembangan Sumber Daya Manusia. Hal ini dimaksudkan agar staf Bawasko Medan dapat mengikuti berbagai macam pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi staf Bawasko Medan.
2.4 Independensi Pemeriksa
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
Penelitian yang dilakukan Aldhizer dan Lampe (1997) menunjukkan bahwa lama penugasan auditor yang optimal adalah antara 2 sampai 10 tahun. Sedangkan Supriyono (1988) menunjukkan 34% responden penelitiannya menyatakan bahwa lama penugasan audit mempengaruhi rusaknya independensi auditor. Sedangkan
(36)
Shockley (1981) menunjukkan bahwa lama penugasan audit tidak berpengaruh terhadap rusaknya independensi auditor.
Supriyono (1988) telah melakukan penelitian mengenai independesi auditor di Indonesia. Penelitian ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar kantor akuntan publik; (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit; (5) besar kantor akuntan; (6) besarnya fee audit. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go publik, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non-bank, dan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Hasil penelitiannya menunjukkan 78% responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi.
Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap indepedensi, yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan atau gangguan organisasi. Apabila satu atau lebih gangguan indepedensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena suatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan.
Menurut Harahap (1991), auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup Bebas secara nyata (Independent infact),yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan
(37)
ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarya, Bebas secara penampilan (independent in appearance), yaitu kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut.
Auditor independen tidak hanya memberikan jasa untuk menguji laporan keuangan (audit), tetapi juga melakukan jasa lain selain audit. Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan agar auditor bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa syarat (Barkess dan Simnett, 1994; Knapp, 1985). Pemberian jasa selain audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian pelaporan keuangan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan auditor tersebut, maka auditor enggan untuk melaporkan kesalahan tersebut. Auditor tidak mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak baik bagi kliennya.
Definisi Independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B Wilcox adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Pada Standar Audit Pemerintahan (4;11) menyatakan ” dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan organisasi/lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan publik harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang diluar pribadinya
(38)
(ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya serta harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang independen.
Independensi pada Bawasko Medan sangat berbeda dengan Independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP, atau Akuntan Publik. Bawasko Medan merupakan bagian dari SKPD pada Pemko Medan. Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan Bawasko Medan hanya dapat memberikan saran kepada kepala daerah melalui laporan hasil pemeriksaan untuk memberikan sanksi dari temuan penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD di Pemko. Tindakan yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini berhak melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi Bawasko Medan.
2.5 Kualitas Hasil Pemeriksaan
Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan yaitu kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, kerahasiaan informasi, dan tindak lanjut dari rekomendasi.
(39)
Kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa. Variabel-variabel ini merupakan bagian dari kualitas hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Latar belakang pendidikan yang sesuai akan menghasilkan laporan pemeriksaan yang sesuai dengan standar pemeriksaan. Kecakapan profesional dalam melakukan pemeriksaan mutlak dilakukan, kualitas laporan pemeriksaan akan sangat baik karena pada saat pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku. Pendidikan berkelanjutan yang telah diikuti oleh auditor akan menghasilkan peraturan-peraturan, metode –metode yang baru dalam melakukan pemeriksaan. Independensi dalam pemeriksaaan yaitu tidak adanya gangguan dari auditee pada dan setelah pemeriksaan akan membuat pemeriksa melakukan pekerjaanya secara profesional.
Austin dan Langston (1981) ingin menggali dampak telaah dari rekan auditor terhadap pengendalian kualitas dan kinerja yang dilakukan oleh akuntan. Faktor pengendalian kualitas dan kinerja yang dipelajari adalah pengendalian kualitas, self-regualtion, dan efektitivitas kos. Sampel penelitian ini adalah 133 orang akuntan dan 63 orang non-akuntan. Hasil penelitian ini menunjukkan 75% dari responden akuntan setuju bahwa telaah dari rekan auditor merupakan media yang bermanfaat untuk meningkatkan pengendalian kualitas firma auditor.
(40)
1. Memahami dan memaksimalkan peran dan tanggung jawab unit pengawasan internal
2. Penaksiran resiko dan menggunakan skala prioritas 3. Kriteria penaksiran risiko atas audit universe
4. Adanya risiko melekat dan keterbatasan sistem dan metode penetapan prioritas audit sehingga mengharuskan unit pengawasan secara berkala mengkaji semua faktor risiko dan penilaiannya
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu :
Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan.
(41)
Pemeriksa harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.
Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis terhadap temuan, simpulan, dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa.
Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif. Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan.
Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.
(42)
2.6 Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia.
Di Indonesia penelitian masalah kualitas hasil audit dilakukan oleh Ariesanti (2001) di Yogyakarta, Kualitas hasil audit dalam penelitian tersebut dilihat dari persepsi auditor. Penelitian tentang profesionalisme auditor dilakukan oleh Hendro dan Aida (2006) di Kota Malang. Penelitian oleh Trisnawati & Suryaningsum (2003) di Jogjakarta tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Ariesanti (2001) meneliti persepsi auditor terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan auditor berpersepsi bahwa hanya pengetahuan saja yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman auditor ternyata tidak banyak memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian auditor, yang berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas audit. Penugasan audit bersifat rutin sehingga tugas yang dilakukan tidak bersifat kompleks.
Hendro dan Aida (2006) di Kota Malang, Jawa Timur, dengan judul pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, yang menjelaskan profesionalisme merupakan syarat utama bagi seorang auditor. Apakah itu auditor intern maupun ekstern. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi maka kebebasan auditor akan semakin terjamin. Gambaran tentang profesionalisme seorang auditor tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian pada profesi, hubungan dengan rekan seprofesi, kewajiban sosial,
(43)
kemandirian, dan kepercayaan terhadap peraturan profesi. Di dalam menjalankan auditing, diperlukan juga informasi yang bisa diverifikasi dan sejumlah standar yang dapat digunakan sebagai pegangan pengevaluasian informasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Suprihadi dan rekan. Pengambilan data menggunakan survei langsung dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Trisnawati & Suryaningsum (2003) di Jogjakarta tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi, pengaruh kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang positif tehadap pemahaman akuntansi adalah motivasi dan pengendalian diri, sedangkan pengaruh negatif ditunjukkan oleh ketrampilan sosial, pengendalian diri, dan empati
Sososutikno (2003) melakukan penelitian tentang hubungan tekanan anggaran waktu dengan perilaku disfungsional serta pengaruhnya terhadap kualitas audit. Penelitin yang dilakukan di Jojakarta ini menyatakan tekanan anggaran waktu menungkinkan munculnya perilaku disfungsional yang tercermin dari perilaku premature sign-off, under reporting of time, dan audit quality reduction behavior namun perilaku disfungsional ini tidak berepengaruh terhadap kualitas audit. Begitupun tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memilik hubungan negatif terhadap kualitas audit.
Penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan pengambilan sampel auditor ahli pada BPK perwakilan III Jogjakarta, BPKP Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
(44)
Mayangsari (2003) di Jakarta melakukan penelitian tentang pengaruh independensi, kualitas audit, serta mekanisme corporate governance terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode sampel yaitu perusahaan publik yang terdaftar selama periode 1998-2002. Hasil penelitian menyatakan spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Independensi berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.
Mekanisme corporate governance berpengaruh secara statistis signifikan terhadap integritas laporan keuangan
Untuk penelitian ini mencoba membahas faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas hasil pemeriksaan melalui latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa pada Badan Pengawas Kota Medan.
Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Alia Ariesanti 2001 Persepsi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Tidak ada variabel dependen dan independen Pengalaman auditor tidak banyak memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian auditor, tidak juga berpengaruh terhadap kualitas audit. Hendro & Aida
2006 Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Variabel Independen: Pengabdian pada profesi, Kewajiban sosial, Kemandirian, Keyakinan Pengabdian pada profesi mempunyai pegaruh yang signifikant terhadap tingkatMaterialitas. .
(45)
Profesi, Hubungan dengan Rekan Profesi. Variabel Dependen:Tingkat Materialitas Trisnawati & Suryaningsum 2003 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Variabel independen: Pengenalan Diri, Pengendalian Diri, Motivasi Diri, Kemampuan Sosial Variabel Dependen: Penguasaan Keterampilan Kecerdasan emosional secara statitis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Sososutikno 2003 Hubungan Tekanan Anggaran Waktu Dengan Perilaku Disfungsional Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit
Variabel Independen: Tekanan Anggaran Waktu Variabel Dependen: Kualitas Audit Tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memiliki hubungan negatif terhadap kualitas audit.
Mayangsari 2003 Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan Variabel Independen: Independensi, Kualitas audit, Mekanisme Corporate Governance, Variabel Dependen: Laporan Keuangan Spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan
2.7 Kerangka Konsep
Latar belakang pendidikan staf Bawasko Medan salah satu variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Latar belakang pendidikan merupakan jenjang pendidikan dimulai dari SLTA sampai dengan program pasca sarjana yang
(46)
dimiliki oleh staf Bawasko Medan. Selain itu program studi yang ditempuh dari universitas atau institut yang dimiliki oleh staf Bawasko Medan juga menjadi indikator dari latar belakang pendidikan yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Kecakapan profesional staf Bawasko Medan. Untuk variabel ini dapat dilihat pengalaman dalam mengikuti training akuntansi, training audit serta pengalaman dalam melakukan pemeriksaan.
Pendidikan berkelanjutan staf Bawasko Medan. Untuk variabel ini tolak ukurnya adalah berbagai macam pelatihan yang pernah diikuti baik itu dalam atau luar negeri. Pemeriksa harus mengikuti pelatihan tentang pemeriksaan, baik itu di dalam atau luar negeri. Materi pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa harus mengikuti perkembangan teknologi yang terbaru. Independensi staf Bawasko, seorang pemeriksa harus terbebas dari gangguan intern, ekstern, dan organisasi dalam melakukan pemeriksaan. Karena dengan terbebas dari ketiga gangguan tersebut maka laporan hasil pemeriksaan yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang ada. Kualitas hasil pemeriksaan. Kualitas hasil pemeriksaan merupakan hasil dari pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh staf Bawasko Medan. Kualitas hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa.
Dari uraian diatas, kerangka konseptual dalam bentuk bagan digambarkan berikut ini.
(47)
X1
Latar belakang pendidikan
Y
Kualitas hasil pemeriksaan X2
Kecakapan profesional
X3
Pendidikan berkelanjutan
X4
Independensi
Gambar 2.1 : Pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan
2.8 Hipotesis
Berdasarkan uraian teori dan kerangka konseptual bahwa latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal. Penelitian ini berusaha memberikan bukti empiris dan menganalisis latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf Bawasko Medan yang menurut Keputusan Walikota Medan Nomor 55 Tahun 2001 tentang tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengawas Kota Medan berjumlah 52 (Lima Puluh Dua) Orang, dengan struktur sebagai berikut:
1. Kepala Badan 1 orang
2. Sekretaris 1 orang
3. Kepala Sub Bagian (kasubag) 4 orang 4. Kepala Bidang (Kabid) 6 orang 5. Kepala Sub Bidang (Kasubid) 18 0rang
6. Staf Pemeriksa 20 orang
(49)
Jenis penelitian ini adalah sensus, seluruh populasi yaitu staf Bawasko Medan sejumlah 52 orang dijadikan sampel. Metode yang digunakan adalah survey, merupakan pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari sumber asli.
3.3 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian adalah Badan Pengawas Kota Medan (Bawasko) Pemerintah Kota Medan (Pemko) yang berlokasi di Jalan Kapten Maulana Lubis No 1, Medan.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada responden. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu seluruh staf Bawasko Medan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh staf Bawasko yang berjumlah lima puluh dua orang. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf Bawasko kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf Bawasko Medan untuk kemudian dilakukan pengolahan data dari kuesioner tersebut.
(50)
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti, kuesioner ini mengacu pada variabel dan indikator penelitian yang peneliti mengambil bahan untuk pembuatan kuesioner dari buku Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Peraturan Daerah Kota Medan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berhubungan dengan variabel penelitian dan indikatornya.
3.7 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan empat variabel independen dan satu variabel dependen yang diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut Ghozali dan Ikhsan (2006) skala likert merupakan metode untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
3.7.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:
1. Latar belakang pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan staf Bawasko Medan yang diukur dengan jenjang atau strata pendidikan dan jurusan (program studi) yang dimiliki oleh staf Bawasko Medan. Tingkat pendidikan dimulai dari SLTA sampai dengan Pascasarjana. Indikator lainnya yaitu jurusan yang dimiliki ada pada staf Bawasko Medan, dimana jurusan (program studi)
(51)
yang dimiliki staf Bawasko Medan seperti jurusan Ekonomi, FISIP, Hukum, dan Teknik. Pengukurannya menggunakan skala Likert. Untuk penilainnya adalah sebagai berikut
Pascasarjana plus Training = Skor 1 kategori sangat baik Pascasarjana = Skor 2 kategori baik Sarjana = Skor 3 kategori netral Sarjana Muda atau D3 = Skor 4 kategori tidak baik
SLTA = Skor 5 kategori sangat tidak baik
2. Kecakapan profesional dalam penelitian ini adalah staf Bawasko yang telah mengikuti training akuntansi, staf Bawasko yang telah mengikuti training audit, dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut :
Sangat sering = Skor 1
Sering = Skor 2
Pernah = Skor 3
Hampir tidak pernah = Skor 4 Tidak pernah sama sekali = Skor 5
3. Pendidikan berkelanjutan dalam penelitian ini adalah staf Bawasko Medan yang telah mengikuti program pendidikan singkat untuk dalam dan luar negeri, materi pelatihan yang diikuti tersebut harus mengikuti perkembangan teknologi yang terbaru, jenis pelatihan yang diikuti oleh staf pemeriksa harus berhubungan dengan obyek pemeriksaan yang ada, dan
(52)
frekuensi pelatihan seorang pemeriksa setiap dua tahun minimal 80 jam mengikuti pelatihan.
Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut : Sangat setuju = Skor 1
Setuju = Skor 2
Netral = Skor 3
Tidak setuju = Skor 4 Sangat tidak setuju = Skor 5
4. Independensi dalam penelitian ini adalah pemeriksa tidak memiliki hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa, pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan tidak mempunyai batasan waktu yang tidak wajar, organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi, dan tidak ada campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan dan promosi pemeriksa. Kategori penilaiannya adalah :
Sangat setuju = Skor 1
Setuju = Skor 2
Netral = Skor 3
Tidak setuju = Skor 4 Sangat tidak setuju = Skor 5
(53)
3.7.2 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kualitas pemeriksaan. Menurut Kuncoro (2001) variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistrbusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan yaitu kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, kerahasiaan informasi, pendistribusian laporan hasil pemeriksan, dan tindak lanjut dari rekomendasi. Pengukurannya menggunakan skala likert.
Kategori penilaiannya adalah :
Sangat setuju = Skor 1
Setuju = Skor 2
Netral = Skor 3
Tidak setuju = Skor 4 Sangat tidak setuju = Skor 5
(54)
Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Definisi Varibel Indikator Instrumen Skala
A. Dependen 1.Kualitas hasil
pemeriksaan
pelaporan tentang ke- lemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan infor- masi yang dilarang, pendistribusian lapo- ran hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan - kelemahan pengendalian intern
- tanggapan dari auditee
- kerahasiaan informasi - pendistribusian
LHP
- tindak lanjut dari
rekomendasi
Kuesioner Likert
B. Independen 1.Latar belakang pendidikan 2. Kecakapan profesional 3. Pendidikan berkelanjutan Jenjang pendidikan dan program studi yang dimiliki staf auditor
Training dalam bidang akuntansi, audit, dan pengalaman kerja dalam melakukan pemeriksaan
Pendidikan berkelan-jutan di bidang audit, perkembangan tekno-logi audit, relevansi dengan objek pemerik-saan dan masa
pendidikan
- Tingkat pendidikan - Program studi - Training akuntansi - Training audit - Pengalaman audit
- Pelatihan audit di dalam dan luar negeri - Perkembangan auditee - Materi perkem bangan teknolo gi informasi akuntansi dan audit yang Kuesioner Kuesioner Kuesioner Likert Likert Likert
(55)
4. Independensi Organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya terbaru - Frekuensi pelatihan - Pemeriksa tidak memiliki
kerjasama dengan yang diperiksa - Tidak ada
pembatasan waktu yang tidak wajar dalam pemeriksaan - Organisasi pemeriksa bebas dari hambatan independensi - Tidak ada campur tangan pihak ekstern dalam pemeriksaan
Kuesioner Likert
3.8 Model dan Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Kualitas Data
Menurut Hair et al (1998), kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data, yaitu:
1. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara score masing-masing pertanyaan dengan total score dari item-item
(56)
pertanyaan. Ghozali dan Ikhsan (2006) menyatakan validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan menggunakan korelasi person dan setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk semua pertanyaan.
2. Uji Realibilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah di dapat hasilnya dengan software SPSS, angka Cronbach Alpha(r) di bandingkan dengan angka koefisien product moment r, dengan α = 0.01 dan n = 30, maka akan diperoleh r
3. tabel. Jika r > r tabel, maka pernyataan dinyatakan signifikant yang berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel
3.9 Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskesdastisitas
1. Uji Normalitas, untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data yang terdistribusi
(57)
secara normal atau mendekati normal. Data yang digunakan adalah model regresi yang telah ada (Singgih Santoso, 2000).
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan pengujian Shapiro Wilk dengan gambar Q-Q Plot
2. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan terdapat poblem Multikolinieritas (multiko). Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Singgih Santoso, 2000). Data yang dipakai adalah model regresi yang telah ada. Pengujian dilakukan dengan Colinearity Diagnostoc serta partial correlation.
3. Uji Heteroskedastisitas, menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000). Jika ada pola tertentu, seperti
(58)
titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Data yang digunakan adalah model regresi yang ada.
3.9.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden.
3.9.2 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menemukan apakah ada pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa terhadap hasil pemeriksaaan di Bawasko Medan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan uji parsial dan simultan dengan analisis regresi sederhana dan berganda. Regresi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel dependen, sedangkan regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh latar belakang pendidikan,
(59)
kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi secara simultan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Adapun bentuk matematis analisis regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y = Kualitas hasil pemeriksaan X1 = Latar belakang pendidikan X2 = Kecakapan profesional X3 = Pendidikan berkelanjutan X4 = Indepedensi
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi e = Error
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dilakukan dengan cara menguji nilai F. Apabila nilai F positif berarti hipotesis diterima, jika nilai F negatif berarti hipotesis ditolak. Hal ini menunjukkan latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Untuk menguji masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan dilakukan dengan menguji nilai t dengan uji dua sisi pada tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% atau keyakinan 95%. Uji t digunakan untuk menguji
(60)
signifikansi konstanta dan setiap variabel independen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah menerima hipotesis jika nilai t hasil perhitungan adalah positif atau lebih besar dari 0,05, yang berati hipotesis diterima. Sebaliknya jika nilai t hasil perhitungan lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis ditolak.
(61)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan Juli tahun 2007 dengan tahapan penyusunan proposal. Tahapan berikutnya adalah tahapan pengumpulan dan pengolahan data di Badan Pengawasan Kota Medan. Tahapan ini dilakukan selama 3 (tiga bulan). Pada tahapan selanjutnya pengolahan data yang relatif. Tahapan ini dilanjutkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian, Tahapan ini dapat diselesaikan dengan berbagai tambahan pembahasan.
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan hasil-hasil pengujian yang dilakukan baik pengujian syarat yang harus dilakukan maupun pengujian model yang diajukan. Pengujian ini dilakukan dalam proses penerimaan ataupun penolakan terhadap hipotesis yang diajukan. Berbagai hasil pengujian akan dirangkumkan sementara detail output pengujian terdapat di dalam lampiran.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pengawas Pemerintah Kota Medan (Bawasko Medan) yang memiliki staf keseluruhan sebanyak 52 orang. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 52 orang staf Bawasko Medan yang merupakan jumlah keseluruhan dari staf Bawasko Medan. Staf Bawasko Medan mayoritas mempunyai pendidikan sarjana. Hampir 70% staf pada Bawasko Medan
(62)
telah mempunyai masa kerja di atas 15 tahun (tabel 4.1). Artinya staf Bawasko Medan mayoritas telah mempunyai pengalaman yang kerja yang lama. Pengalaman kerja tersebut tidak hanya pada Bawasko, tapi juga pada satuan kerja perangkat daerah lainnya.
Tabel 4.1 : Masa dan Pengalaman kerja responden Masa Kerja Pengalaman Kerja
Tahun Jumlah % Jumlah %
0-5 7 13.5 5 21.7
6-10 10 19.2 10 19.2
11-15 15 28.9 12 23.1 16-20 12 23.1 15 28.8 21-25 8 15.3 10 19.2
Jumlah 52 100 52 100
Sumber : Sub Bagian Administrasi Bawasko Medan
4.1.2 Pengujian Alat Ukur
Sebelum melakukan pengujian data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atas kualitas data untuk menjamin bahwa data yang diperoleh sudah dapat digunakan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian ini secara umum diarahkan untuk menguji alat ukur yang digunakan (kuesioner) serta data yang diperoleh dari responden. Kuesioner yang diajukan kepada responden berisikan 18
(63)
butir pernyataan yang digunakan untuk mengukur 5 buah variable penelitian. Tabel 4.2 menunjukkan butir pernyataan untuk setiap variabel penelitian.
Tabel 4. 2 : Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner
Variabel Butir Pernyataan
Latar Belakang Pendidikan (X1) Butir 1 dan 2
Kecakapan Profesional (X2) Butir 3, 4, dan 5
Pendidikan Berkelanjutan (X3) Butir 6, 7, 8, dan 9
Independensi (X4) Butir 10, 11, 12, dan 13
Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Butir 14, 15, 16, 17, dan 18 Sumber : Pengolahan Data SPSS
4.1.2.1 Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan suatu alat ukur mampu melakukan fungsinya. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner melalui metode pearson correlation. Asumsi yang digunakan dalam uji validitas adalah jika rhitung lebih besar dari rkritis (rhitung > r kritis), maka item pernyataan tersebut dinyatakan
(64)
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Butir
Pernyataan rhitung rkritis Keterangan Latar Belakang Pendidikan 1 2 0.316 0.373 0.241 0.241 Valid Valid Kecakapan Profesional 3 4 5 0.322 0.258 0.299 0.241 0.241 0.241 Valid Valid Valid Pendidikan Berkelanjutan 6 7 8 9 0.464 0.718 0.496 0.660 0.241 0.241 0.241 0.241 Valid Valid Valid Valid Independensi 10 11 12 13 0.408 0.329 0.251 0.528 0.241 0.241 0.241 0.241 Valid Valid Valid Valid Kualitas Hasil Pemeriksa 14 15 16 17 18 0.314 0.490 0.744 0.615 0.372 0.241 0.241 0.241 0.241 0.241 Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Pengolahan Data SPSS
Nilai rkritis pada penelitian ini untuk N sebanyak 30 (df = 28) dan p = 0.05 adalah
sebesar 0.241 (Santoso, 2005), sehingga nilai ini akan digunakan sebagai pembanding dengan nilai rhitung yang diperoleh dari pengolahan dengan menggunakan SPSS. Tabel
4.3 merangkumkan output pengujian validitas yang terdapat di dalam lampiran 5. Latar belakang pendidikan yang diukur dengan pernyataan nomor 1 dan 2 masing masing memiliki nilai rhitung masing-masing sebesar 0,316 dan 0,373, dimana kedua
nilai tersebut lebih besar dari 0.241. Variabel lain serta butir pernyataan pembentuknya dapat dilihat secara rinci pada tabel 4.2. Berdasarkan hasil pengujian diatas maka semua butir pernyataan yang diajukan pada kuesioner penelitian ini dapat dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian karena nilai rhitung
(65)
lebih besar dari rtabel. Semua pernyataan di dalam kuesioner yang merupakan
pembentuk variabel telah valid. Hasil pengujian validitas ini menyatakan bahwa semua pernyataan dalam kuesioner dapat digunakan sehingga pengujian realibilitas dapat dilakukan.
4.1.2.2 Uji Realibilitas
Pengujian lanjutan yang harus dilakukan terhadap data setelah pengujian validitas adalah pengujian realibilitas yang bertujuan untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan untuk suatu objek yang diteliti. Hasil uji realibilitas dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrument penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Metode yang sering digunakan untuk mengukur realibilitas adalah Cronbach’s Alpha. Menurut Santoso (2005), jika alpha hitung lebih besar dari alpha tabel dengan nilai positif maka instrument penelitian dapat disebut reliabel dengan penggolongan yang ditunjukkan oleh tabel 4.4
Tabel 4.4 : Tingkat Realibilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha Tingkat Realibilitas
0.0 s/d 0.20 0.20 s/d 0.40 0.40 s/d 0.60 0.60 s/d 0.80 0.80 s/d 1.00
Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel
Reliabel Sangat Reliabel Sumber : Pengolahan Data SPSS
(66)
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diuji tingkat realibilitasnya dengan output dalam lampiran 5 yang ditunjukkan di dalam tabel 4.5. Pengujian realibilitas yang dilakukan dengan Cronbach’s Alpha menunjukkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang konstan. Nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0.816 menyatakan bahwa kuesioner sangat reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Realibilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.816 18
Sumber : Pengolahan data SPSS
4.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dengan metode ini menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki probabilitas lebih besar dari 0.05 (Santoso, 2005), maka variabel penelitian tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal. Tabel 4.6 disusun berdasarkan lampiran 6.
Tabel 4.6 : Pengujian Normalitas
Variabel Nilai p
Latar Belakang Pendidikan (X1) 0.140
Kecakapan Profesional (X2) 0.488
Pendidikan Berkelanjutan (X3) 0.058
Independensi (X4) 0.523
Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) 0.066
(67)
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat di dalam lampiran, semua variabel yang digunakan telah berdistribusi normal. Hasil yang sama diperoleh dengan menggunakan pengujian Shapiro Wilk dengan menggambar Q-Q Plot seperti yang ditunjukkan di dalam gambar 4.1. Plot menunjukkan walau ada sedikit data outlier namun matoritas data berada di sekitar garis acuan normalitas. Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih mempertegas bahwa data yang digunakan sudah berdistribusi normal.
25 20
15 10
5
Observed Value
2
1
0
-1
-2
Expected Normal
Normal Q-Q Plot of Hsl_Pemeriksaan
Gambar 4.1 : Normal Q-Q Plot
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil yang diperoleh diatas menunjukkan masing-masing variabel penelitian memiliki nilai yang membentuk asumsi distribusi normal.
(1)
Lampiran 6 : Uji Normalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
30 30 30 30 30
6.0333 6.3000 8.2333 7.3667 14.0667 1.27261 1.48904 2.17641 1.58622 4.34649
.210 .152 .243 .148 .238
.210 .152 .243 .125 .149
-.139 -.148 -.157 -.148 -.238
1.153 .835 1.329 .813 1.306
.140 .488 .058 .523 .066
N
Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Latar_ Belakang_ Pendidikan
Kecakapan_ Profesional
Pendidikan_
Berkelanjutan Independensi
Hasil_ Pemeriksaan
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
Hsl_Pemeriksaan
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Hsl_Pemeriksaan
.162
30
.043
.875
30
.002
a Lilliefors Significance Correctio
(2)
25 20
15 10
5
Observed Value
21
0
-1
-2
Ex
pected Normal
(3)
Lampiran 7 : Uji Multikolinearitas
Regression
Variables Entered/Removed b
Independe nsi, Pendidika n_ Berkelanju tan, Kecakapa n_ Profesiona l, Latar_ Belakang_ Pendidika n a . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Hasil_Pemeriksaan b.
Coefficientsa
.068 -.320 -.225 .743 1.347
.583 .529 .415 .799 1.251
.541 .561 .452 .810 1.234
.311 .126 .084 .716 1.397
Latar_Belakang_ Pendidikan Kecakapan_Profesional Pendidikan_ Berkelanjutan Independensi Model 1
Zero-order Partial Part Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Hasil_Pemeriksaan a.
Collinearity Diagnosticsa
4.878 1.000 .00 .00 .00 .00 .00
.047 10.152 .00 .02 .23 .63 .07
.035 11.824 .02 .30 .45 .24 .07
.022 14.972 .17 .20 .10 .12 .85
.018 16.338 .81 .48 .21 .00 .00
Dimension 1 2 3 4 5 Model 1 Eigenvalue Condition Index (Constant) Latar_ Belakang_ Pendidikan Kecakapan_ Profesional Pendidikan_ Berkelanjutan Independensi Variance Proportions
Dependent Variable: Hasil_Pemeriksaan a.
(4)
Lampiran 8 : Uji Heteroskedastisitas
Regression
Variables Entered/Removed b
Independe nsi, Pendidika n_ Berkelanju tan, Kecakapa n_ Profesiona l, Latar_ Belakang_ Pendidika na
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Hasil_Pemeriksaan b.
4 2
0 -2
-4
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-3
Re
gre
ssio
n Stude
ntized
Res
idual
Dependent Variable: Hasil_Pemeriksaan Scatterplot
(5)
Lampiran 9 : Pengujian Model
Test Pengujian Klasik
ANOVA
b251.806
4
62.952
25.023
.000
a62.894
25
2.516
314.700
29
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Predictors: (Constant), Independensi, Pendidikan_Berkelanjutan, Latar_Belakang_Pendidikan
, Kecakakapan_Profesional
a.
Dependent Variable: Hsl_Pemeriksaan
b.
Model Summary
b.895
a.800
.768
1.58611
Model
1
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Independensi, Pendidikan_
Berkelanjutan, Latar_Belakang_Pendidikan, Kecakakapan_
Profesional
a.
Dependent Variable: Hsl_Pemeriksaan
b.
Variables Entered/Removed
bIndepende
nsi,
Pendidika
n_
Berkelanju
tan,
Latar_Belakang_Pendidi an
k
n_Formal,
Kecakakap
an_
Profesiona
l
a.
Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed
Method
All requested variables entered.
a.
Dependent Variable: Hsl_Pemeriksaan
b.
(6)