kelemahan anak dalam belajar kepada guru yang bersangkutan tanpa terlibat dalam aktifitas belajar anak dan kurangnya disiplin terhadap waktu. Rata-rata
anak Non-Tionghoa menghabiskan waktu luangnya untuk membaca dan bermain komputer. Ditambah lagi dengan beberapa sikap orang tua Non-Tionghoa yang
cenderung kurang dalam memberikan dorongan kepada anak sehingga anak kurang tertarik untuk melakukan aktifitas belajar Sugito, 2007.
b. Prestasi Akademik ditinjau dari Pola Asuh dan Etnis
Keluarga merupakan sumber pendidikan yang utama karena melalui keluarga anak memperoleh pengetahuan dan kecerdasan intelektual Gunarsa, 2003.
Setiap keluarga menerapkan caranya tersendiri dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar anak di
sekolah yang dapat mendukung prestasi akademik yang baik Syah, 1999. Cara mengasuh dan mendidik ini dipengaruhi oleh latar belakang budaya, budaya yang
berbeda akan menggunakan cara mendidik dan mengasuh yang berbeda yang akan menghasilkan prestasi akademik yang berbeda, yaitu pada Tionghoa dan
Non-Tionghoa Chao dalam Darling Stenberg, 1993. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shek Chan dalam Huang
Larry, 2004 menyatakan bahwa ada beberapa atribut yang penting oleh orang tua Tionghoa terhadap anak yaitu hubungan dengan keluarga, prestasi akademik,
perilaku yang baik dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Prestasi akademik merupakan hal yang penting pada orang tua Tionghoa sehingga anak
dituntut bekarja keras agar memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini didukung oleh hasil Guan Report Xie dalam Huang Larry, 2004 yang menyatakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahwa 70 orang tua Tionghoa lebih fokus terhadap prestasi akademik anak. Selaras dengan penelitian selanjutnya yang menyatakan bahwa untuk
meningkatkan prestasi akademik 83 orang tua Tionghoa menyediakan cara yang berbeda dalam mendidik anak yaitu dengan menyewa tutor atau mengawasi
anak ketika sedang belajar. Sebaliknya pada Non-Tionghoa, beberapa orang tua Non-Tionghoa berpikir
bahwa anak memulai belajar ketika anak memasuki sekolah oleh sebab itu orang tua menyerahkan pendidikan seutuhnya kepada para pendidik sekolah. Hal ini
menyebabkan orang tua kurang memahami perkembangan anak Derry, 2008. Ditambah lagi dengan rata-rata orang tua Non-Tionghoa yang jarang terlibat
dalam aktifitas belajar anak dan mengawasi anak ketika sedang belajar sehingga orang tua kurang memahami kelebihan dan kelemahan anak dalam belajar
Chairinniza, 2007. Orang tua juga banyak memberikan les atau bimbingan kepada anaknya, banyaknya les dan bimbingan yang diberikan oleh orang tua
dapat menurunkan keberhasilan anak di sekolah Anita, 2008. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah pola asuh
orang tua. Pola asuh atau cara mendidik anak dapat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik yang baik di sekolah Sobur, 2003. Orang tua yang terlibat
secara aktif dalam proses belajar dapat mendukung prestasi akademik anak di sekolah. Peran orang tua yang aktif ini dapat membuat anak memahami akan
pentingnya arti belajar. Sebaliknya jika orang tua kurang terlibat dalam aktifitas belajar anak maka anak kurang mendapatkan prestasi akademik yang memuaskan
di sekolah Chairinniza, 2007. Hal ini didukung penelitian yang hasilnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menunjukkan bahwa rata-rata yang melatarbelakangi anak berprestasi di sekolah adalah dukungan atau keterlibatan orang tua dalam aktifitas belajar anak
Marjohan dalam Fitriyah, 2008. Selain itu, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua juga mempengaruhi pola asuh. Orang tua yang menerapkan pola asuh
authoritative, authoritarian, permissive dan uninvolved akan memberikan dampak yang berbeda terhadap prestasi akademik Papalia, 2008.
Pada pola asuh authoritarian orang tua menuntut anak untuk menuruti aturan yang dibuat oleh orang tua dan orang tua menyediakan lingkungan dengan
aturan-aturan yang jelas. Hasilnya anak memiliki prestasi akademik yang rendah. Pada pola asuh authoritaritative orang tua memonitor dan menerapkan standar
perilaku yang jelas kepada anak, menggunakan disiplin sebagai bentuk dukungan kepada anak. Hasilnya anak memiliki prestasi akademik yang baik. Pola asuh
permissive orang tua bersikap toleransi terhadap anak akan tetapi orang tua tidak memperhatikan anak sesuai dengan masa perkembangannya. Hasilnya anak
memiliki prestasi akademik yang rendah. Pola asuh uninvolved merupakan tipe orang tua yang menolak dan mengabaikan anak. Hasilnya anak memiliki prestasi
akademik yang rendah Baumrind dalam Darling Steinberg, 2003.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baumrind tahun 1991 dalam Papalia, 2008 menunjukkan bahwa pola asuh authoritative lebih efektif dalam
menghasilkan prestasi akademik yang baik dibandingkan dengan pola asuh authoritarian dan Permissive. Pola asuh authoritarian dan Permissive
cenderung menghasilkan performansi akademik yang rendah dan rendahnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemampuan kognitif dan sosial. Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa gaya pengasuhan authoritarian diasosiasikan dengan hasil yang lebih positif
Santrock, 2003. Setiap orang tua memiliki gaya atau pola asuh tersendiri dalam melakukan
tugasnya sebagai orang tua. Dalam hal ini adalah Tionghoa dan Non-Tionghoa. Pada Tionghoa, umumnya orang tua menggunakan pola asuh authoritarian dan
sedikit menerapkan pola asuh authoritative, dalam hal ini orang tua menggunakan nilai-nilai tradisional dalam mendidik anak dan menerapkan
beberapa aturan atau kontrol kepada anak. Konsep pola asuh yang diterapkan oleh orang tua Tionghoa adalah pelatihan yaitu melatih anak untuk disiplin
terhadap dirinya sendiri, bekerja keras dan menyediakan dorongan dan perhatian kepada anak untuk mendukung keberhasilan anak di sekolah Chao dalam Huang
Larry, 2004. Sebaliknya pada Non-Tionghoa, umumnya orang tua menerapkan pola asuh
permissive, dalam hal ini rata-rata orang tua Non-Tionghoa memasukkan anak ke dalam les atau bimbingan belajar guna meningkatkan prestasi akademik anak
tetapi anak menghabiskan waktu yang banyak untuk mengikuti jadwal bimbingan dan les sehingga anak memiliki waktu yang kurang untuk bermain. Hal ini bisa
menjadi beban anak sehingga dapat menurunkan prestasi akademiknya di sekolah akan tetapi orang tua menyerahkan sepenuhnya kemajuan dan kelemahan anak
kepada guru privat atau guru sekolahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Drost dalam Anita, 2008 seorang pendidik dan pengamat pendidikan yang
menyatakan bahwa orang tua Non-Tionghoa umumnya memaksakan anak untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengikuti les atau bimbingan diluar rumah untuk mendukung keberhasilan di sekolah dan anak dipaksa untuk memahami suatu pelajaran. Hal ini dapat
merugikan diri anak sendiri. Ditambah lagi dengan kurangnya sikap orang tua dalam memberikan dukungan, semangat dan menciptakan suasana belajar yang
nyaman di rumah.
c. Hipotesa