Menurut Saragih 2003 : 122, “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah dasar dari pengelolaan keuangan daerah dalam tahun
anggaran tertentu, umumnya satu tahun.”
Keterbatasan sumberdaya sebagai pangkal masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu
ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal dalam public expenditure management Fozzard, 2001. Tuntutan untuk
mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah Halim, 2001.
2. Pengelolaan Pemerintah Daerah dalam Desentralisasi Fiskal
Penerapan otonomi daerahdesentralisasi fiskal oleh pemerintah pusat Indonesia memiliki tujuan untuk kemandirian pemerintah daerah dalam
pengelolaan rumah tangganya. Dalam penerapannya pemerintah pusat tidak lepas tangan secara penuh dan masih memberikan bantuan kepada pemerintah
daerah berupa dana perimbangan yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam pembangunan dan menjadi menjadi komponen pendapatan
daerah dalam APBD. Pemerintah daerah harus dapat menjalankan rumah tangganya secara mandiri dan dalam upaya peningkatan kemandirian ini,
pemerintah dituntut untuk meningkatkan pelayanan publiknya. Oleh karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih
banyak untuk belanja rutin Abimanyu, 2005.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk
menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak
digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih 2003 menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal
produktif, misal untuk melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine 1994 menyatakan bahwa penerimaan pemerintah
hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja untuk berbagai kepentingan
publik.
3. Belanja Modal
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan ”Belanja Modal adalah Pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, dan aset tak berwujud dan
pembangunan serta perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah.
Menurut Halim 2004 : 73, “belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah
asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi
umum.”
Universitas Sumatera Utara
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktifitas masyarakat
diharapkan menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang
oleh fasilitas yang memadai selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena fasilitas yang diberikan oleh daerah. Dengan bertambahnya
produktivitas masyarakat dan investor yang berada di daerah akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah yang
semakin tinggi akan merangsang pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada publik sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi
daerah akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita. Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut, baik untuk bagian
aparatur daerah maupun pelayanan publik berdasarkan Permendagri 13 2006 adalah terdiri dari :
1 Belanja modal tanah 2 Belanja modal jalan dan jembatan
3 Belanja modal bangunan air irigasi 4 Belanja modal instalasi
5 Belanja modal jaringan 6 Belanja modal bangunan gedung
7 Belanja modal monumen 8 Belanja modal alat-alat besar
9 Belanja modal alat-alat angkutan 10 Belanja modal alat-alat bengkel
11 Belanja modal alat-alat pertanian 12 Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga
13 Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14 Belanja modal alat-alat kedokteran
15 Belanja modal alat-alat laboratorium 16 Belanja modal buku perpustakaan
17 Belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan
Universitas Sumatera Utara
18 Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman 19 Belanja modal alat-alat persenjataan keamanan.
4. Pendapatan Asli Daerah