Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi di era perdagangan bebas kali ini, agaknya sudah menjalar kepada perkembangan teknologi komunikasi. Karena saat ini masyarakat dengan mudah memanfaatkkan teknologi komunikasi. Mudahnya komunikasi saat ini, sejalan dengan mudahnya pula mengakses informasi. Informasi tentang apapun bisa didapat melalui media yang saat ini dikenal dengan nama internet. Itu belum ditambah dengan informasi yang disuguhkan secara gratis ke rumah-rumah masyarakat melalui media televisi dan atau radio. Koran, Majalah, Tabloid, Buletin, dan buku menyusul kemudian dengan kategori media cetaknya. Kesemuanya menjadi tantangan terbesar bagi dunia dakwah dalam menebarkan kalimat-kalimat kebajikan kepada masyarakat, karena arus keunggulan teknologi komunikasi dan informasi yang dikonsumsi masyarakat cenderung memiliki unsur destruktif atau membuat ketimpangan perilaku dan moral. Seiring dengan tantangan tersebut, agaknya setiap insan yang menjadikan seni sebagai ranah perjuangan perbaikan moral, harus memodifikasi kemasannya agar masyarakat dapat menikmatinya dan unsur dakwah dapat dengan mudah masuk kedalam masyarakat. Khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam perfilman. Karenanya kini masyarakat perfilman mulai memahami fungsinya sebagai salah satu bagian dari kontrol sosial masyarakat. Maka tak heran jika kini telah terdapat beberapa juru dakwah yang mencoba memasukkan pesan dakwah melalui tayangan- tayangan film. Pesan dakwah tersebut bisa dilakukan secara efektif dan efisien apabila ditunjang dengan konsep dakwah yang baik, dan masyarakat pun mendapatkan obat penghilang dahaga dari keringnya film yang menyejukkan jiwa. Film yang ditayangkan dikemas secara menarik agar pesan dapat diterima dengan baik dan mendapat tempat dihati pemirsa. Disamping pemain film aktoraktris dan para crew film, peran sutradara sangat menentukan hasil dari sebuah film religi yang bisa menarik hati pemirsa tanpa harus memasukkan unsur mistik yang justru akan membuat bodoh masyarakat dan menghantarkan masyarakat pada perilaku musyrik. Imam Setyantoro Chaerul Umam merupakan nama yang sudah tidak asing lagi bagi dunia perfilman Indonesia. Beliau adalah seorang sutradara senior yang telah menghasilkan banyak film. Chaerul Umam dilahirkan di Tegal, 4 April 1943. Dia telah berhasil menggarap empat film religi dari dua puluh dua film yang telah dibuatnya. Satu film religi fenomenal yang digarapnya, yaitu film Al-Kautsar yang meraih penghargaan dalam Festival Film Asia FFA di Bangkok pada tahun 1977. Mamang demikian panggilan akrab Chaerul Umam, diidentikkan dengan sutradara yang senantiasa concern terhadap film dan sinetron yang menyuarakan komitmen terhadap perbaikan moral dan pesan-pesan keagamaan. Harun Yahya menyatakan bahwa apa yang dimaksud dengan nilai moral adalah konsep yang diperkenalkan oleh agama sehingga membuat hidup ini indah dan berguna. Kapan pun terjadi penyimpangan atas nilai ini, kita menghadapi gambaran masyarakat yang benar-benar buruk. 1 1 Harun Yahya, Kedangakalan Pemahaman Orang-Orang Kafir, Surabaya: Risalah Gusti, 2003, cet. Ke 1, h. 67. Ia menekankan betapa Islam saat ini harus memiliki Sumber Daya Manusia yang peduli dan concern terhadap penebaran nilai-nilai kebenaran yang tercakup dalam Islam melalui film. “Kita perlu mempersiapkan sumber daya seniman-seniman muslim yang peduli dengan kemuslimannya. Saat ini sumber daya itu masih sangat kurang. Kini penekanannya pada sumber daya dibidang audio-visual. Ada 10 broadcating, namun tidak bisa ngapa-ngapain, karena kita tidak punya sumber daya. Karenanya kedepan, perlu didirikan Akademi-akademi kesenian, workshop-workshop bagi anak-anak Islam yang punya bakat dan kepedulian” jelasnya. 2 Film religi yang ditangani Mamang sangat bersih dari unsur-unsur mistik dan syirik yang menyesatkan, seperti, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Alkautsar, Nada dan Dakwah, dan Fatahillah. Film garapan Mamang tersebut bahkan mampu menarik hati pemirsa televisi. Hal itu karena banyak cerita dari film dan sinetron yang dibuatnya berdasarkan kepada kehidupan nyata yang ada disekeliling kita, sekaligus mengandung hikmah yang bisa menambah keimanan dan kualitas keislaman seseorang. Maka berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik dan merasa perlu kiranya sosok da’i yang satu ini diangkat dalam objek kajian penelitian skripsi penulis. Sehingga penulis mengambil judul “Kiprah Chaerul Umam Dalam Pengembangan Film-Film Religi di Indonesia”. Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis telah melakukan tinjauan judul di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun di perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah UIN Jakarta. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan sampai dengan saat ini, menemukan beberapa judul yang menggunakan metode yang sama dengan penulis gunakan, 2 Majalah Islam Tarbawi edisi 31, Kolom Nasehat Muharram, Jakarta: PT Media Amal Tarbawi, 2002, h. 43 dengan mensoroti objek kajian penelitiannya tentang kiprah seseorang, antara lain; Kiprah Dakwah KH. Nasehuddin Tahun 1974-1990 di Tanjung Pura, Karawang oleh Mohammad Baharuddin pada tahun 2007, Kiprah KH. Ahmad Ismail Ibrahim Dalam Dakwah Bil Hal di Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur oleh Nur Sofian Chotib pada tahun 2007, Kiprah Prof. Dr. Nasaruddin Umar Dalam Sosialisasi Kesetaraan Gender oleh Henny Latifah Sari pada tahun 2002, Pemikiran dan Kiprah Dakwah Baharuddin Jusuf Habibie di ICMI oleh Hadi Saeful Rizal pada tahun 2006, Kiprah NU Dalam Perpolitikan Nasional Pasca Orde Baru oleh Bakar Kartadinata pada tahun 2004. Selain itu, berdasarkan hasil penelusuran penulis pada dua perpustakaan menunjukkan ada beberapa judul yang mengambil objek penelitiannya tantang film yakni, Film Sebagai Media Dakwah; Analisis Wacana Film Rindu Kami Padamu Karya Garin Nugroho oleh Amelia Istiana pada tahun 2006, dan Film Sebagai Media Dakwah; Analisis Pesan Dakwah Pada Film Kiamat Sudah Dekat oleh Ipat Patimah pada tahun 2004. Sementara itu tidak ditemui objek kajian yang sama dengan penulis, yang mengangkat sosok Chaerul Umam, baik dalam kapasitasnya sebagai sutradara atau meneliti karya-karyanya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah