Riwayat Hidup Chaerul Umam

BAB III PROFIL CHAERUL UMAM

A. Riwayat Hidup Chaerul Umam

Chaerul Umam dilahirkan di Tegal Jawa Tengah pada tanggal 4 April 1943. Pria yang bernama lengkap Imam Setyantono Chaerul Umam ini menghabiskan masa kecilnya di tempat kelahirannya, Tegal, Jawa Tengah. Chaerul Umam kecil memulai karir pendidikan tingkat dasarnya di SDN 18 Tegal, Jawa Tengah pada tahun 1955. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Tegal, Jawa Tangah pada tahun 1958. Baru pada tahun 1964, dia pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas SMA disana. Mamang demikian panggilan akrabnya, sempat kuliah di fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada UGM Yogyakarta, namun perkuliahannya terhenti ditengah jalan setelah merasakan duduk dibangku perkuliahan hingga tingkat tiga. 28 Anak ini di didik dalam ketaatan beragama oleh ibunya, yang seorang muballighah. Ustadzah Arifiyah demikian ibunya kerap dipanggil oleh masyarakat yang merupakan seorang da’iyah aktif dalam organisasi Aisyiyah. Dan mendapatkan pendidikan kedisiplinan dari ayahnya yang bernama M. Chaeri. Terkadang ia senantiasa ikut bersama ibunya ketika mengisi pengajian ke berbagai tempat. Maka tak heran jika karakter Islam telah tertanam dalam dirinya .29 . Walaupun bercita-cita menjadi polisi, Mamang kecil gemar berteater di desa kelahirannya. Lewat grup Ababalu yang dibentuknya, ia merekrut para tetangganya, tukang kerupuk, tukang 28 “Tema Islami Selamanya Akan Laku; Wawancara Eksklusif Bersama Chaerul Umam”, Kolom Tokoh Harian Seputar Indonesia, edisi Jum’at, 11 April 2008, h. 35. 29 Chaerul Umam, Wawancara ekslusif bersama penulis, Kamis, 22 Mei 2008. obat, pembatik, untuk main sandiwara. Pindah ke Yogyakarta, ia membentuk grup pentas Cuwiri, bersama Syu’bah Asa dan bergabung dengan Teater HMI. Kemudian tiga tahun mengikuti Bengkel Teater pimpinan WS Rendra. 30 Prosesi keilmuan formal yang dijalaninya sejalan beriringan dengan keilmuan religius yang ia terima. Sejak kecil, Mamang memang sudah lekat dengan tradisi- tradisi keislaman yang kental. Terkadang ia senantiasa ikut bersama ibunya ketika mengisi pengajian ke berbagai tempat. Maka tak heran jika karakter Islam telah tertanam dalam dirinya. Demikian halnya juga dengan dunia dakwah yang dijalaninya kini. Menurutnya, dakwah itu mengajak orang untuk maju dari tingkat yang paling rendah menuju tingkat yang paling baik, dan itu kewajiban setiap muslim. Dengan merendah dia mengatakan bahwa dia tidak bermaksud melakukan dakwah melalui film. Sebab dakwah dalam arti khusus adalah monopoli para muballigh. Adapun dalam arti luas, semua orang terlepas dari apapun profesinya, juga punya kewajiban menyampaikan yang benar. 31 Dedikasi Chaerul Umam dalam memajukan perfilman Indonesia tak perlu diragukan lagi, disaat sutradara-sutradara yang satu angkatan dengannya banyak yang menghilang, ia justru semakin menaikkan intensitas keterlibatannya. Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah demi kepeduliannya terhadap dunia perfilman Indonesia yang saat ini tayangannya semakin didominasi oleh tayangan berbau seks, sadisme, dan mistik. Selanjutnya ia juga tak merasa lelah untuk memunculkan sineas-sineias muda yang meyakini nilai-nilai moral demi terpeliharanya akhlak dan moral masyarakat Indonesia 32 . 30 http:www.tamanismailmarzuki.com, Profil Chaerul Umam, Senin, 26 Mei 2008. 31 “Tema Islami Selamanya”, Kolom Tokoh Harian Seputar Indonesia, Ibid. 32 “Susahnya Mencetak Sutradara Unggul; Wawancara Bersama Chaerul Umam”, Kolom Tatap Muka Majalah Tarbawi, edisi 173 tahun ke-9, Februari 2008, h. 21.

B. Chaerul Umam dan Karya-Karyanya