17
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisa univariat dari hasil penelitian Prevalensi Ketiadaan Otot P. Longus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 diperoleh gambaran sebagai berikut:
4.1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Anatomi FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan sampel lima kadaver. Telah teridentifikasi
tiga dari lima kadaver berjenis kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Hasil studi pendahuluan menunjukkan seluruh kadaver memiliki otot
P. Longus pada kedua lengannya. 4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Usia Responden Tabel 4.1.
Distribusi usia pada responden usia
Frekuensi Persentase
18 tahun 5
4.0 19 tahun
16 12.8
20 tahun 55
44.0 21 tahun
46 36.8
22 tahun 2
1.6 23 tahun
1 0.8
Total 125
100.0 Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa rata-rata dari usia
seluruh responden adalah 20,2 tahun. Usia tidak akan mempengaruhi data, karena terbentuknya otot P. Longus telah sempurna sejak lahir. Hanya
saja, diameter dan ketebalan pada tiap orang mungkin dapat berbeda, tergantung seberapa sering otot ini digunakan. Jika semakin sering
digunakan, maka ukuran otot ini akan bertambah.
18
4.2.2 Jenis Kelamin Responden
Gambar 4.1. Distribusi Jenis Kelamin pada responden
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
81 responden 62,8. Pada penelitian ini jumlah antara laki-laki dan perempuan tidak disamaratakan seperti halnya pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Peneliti tidak menyamaratakan jumlah laki-laki dan perempuan karena pada penelitian sebelumnya, jenis kelamin tidak terlalu
mempengaruhi hasil secara signifikan .
4.2.3 Sebaran Suku Responden
Gambar 4.2.
Distribusi Suku pada responden
19
Sebelumnya suku responden yang peneliti dapatkan adalah 18 suku yang berbeda. Suku Aceh, Batak, Betawi, Bugis, Jambi, Jawa, Lampung,
Madura, Medan, Melayu, Padang dan Sunda, yang kemudian peneliti gabungkan menjadi Indonesia Barat untuk mempermudah pengolahan dan
penulisan data. Suku Bali, Bugis, Makassar, Lombok, yang kemudian peneliti gabungkan menjadi Indonesia Tengah untuk mempermudah
pengolahan dan penulisan data. Suku Papua dan Gorontalo, yang kemudian peneliti menggabungkannya menjadi Indonesia Timur untuk
mempermudah pengolahan dan penulisan data. Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden
terbanyak adalah responden yang bersuku di Indonesia Bagian Barat yaitu 118 responden 94,4. Peneliti tidak menyamaratakan antara ketiga suku
karena jumlah responden dari suku Indonesia Timur dan Indonesia Tengah berjumlah sangat sedikit bila dibandingkan dengan Indonesia Barat
4.3. Frekuensi Ketiadaan Palmaris Longus