7
2.2.5. Uji Pushpakumar’s “two
- finger sign”
Subyek diminta untuk mengekstensikan jari tengah dan jari telunjuk. Setelah itu Subjek diminta untuk memfleksikan pergelangan.
Inspeksi apakah ada tendo P. Longus yang terlihat.
Gambar 2.7. Uji Pushpakumar
“two finger sign”
Sumber: Sebastin et al, 2006
2.3. Variasi Palmaris Longus di Dunia
Menurut literatur prevalensi ketiadaan otot P. Longus adalah sekitar 15. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang diteliti pada beberapa ras dan
etnis yang berbeda, ternyata menunjukkan angka yang bervariasi. Angka yang lebih tinggi dilaporkan pada ras kaukasia Amerika Utara, yaitu 24. Survey di
Pennsylvania, Amerika Serikat menunjukkan prevalensi 23. Ceyhan dan Mav, melaporkan angka yang jauh lebih tinggi pada populasi Gaziantep di Turki, yaitu
63,9. Studi yang dilakukan pada populasi Jepang menunjukkan bahwa prevalensi ketiadaan otot P. Longus adalah 3,4. Pada Populasi Uganda
disebutkan bahwa prevalensi ketiadaannya adalah 1,02 Mbaka, 2009. Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa Negara yang
belum disebutkan di atas, antara lain pada Negara India, Cina, Yoruba, Nigeria dan Malaysia:
Penelitian terhadap 385 orang berusia sekitar 20-24 tahun di India mendapatkan hasil sebagai berikut:
8
Tabel 2.1 . Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi India
Palmaris Longus
Unilateral Bilateral -
Bilateral + Total
Kiri - Kanan -
Perempuan 19 10
8 4,21 3 1,6
160 84,19 190
Laki-laki 24 12,30 14 7,17
10 5,12 147 75,41
195 Keseluruhan
Populasi 65 16,9
13 3,13 307 79,74
385
Sumber: Agarwal, 2005
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus di India pada laki-laki angka kejadiannya lebih banyak dibandingkan perempuan,
ketiadaan unilateral kiri lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan unilateral kanan, ataupun bilateral. Namun, setelah dilakukan perhitungan
statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan baik dilihat dari jenis kelamin, maupun sisi tubuh. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan
melakukan uji Standard Uji Schaeffer, Mishra I, Mishra II, dan Pushpakumar
“the two finger sign” Agarwal, 2005.
Penelitian terhadap 120 orang laki-laki, dan 209 orang perempuan berusia sekitar 7-85 tahun di Cina mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.2. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Cina
Palmaris Longus
Unilateral Bilateral -
Bilateral + Total
Kiri - Kanan -
Perempuan 10,5
2 1 2 1
204 97,5 209
Laki-laki 7 5,8
1 0,8 2 1,6
110 91,6 120
Keseluruhan Populasi
11 3,3 4 1,2
314 95,44 329
Sumber: Sebastin, et al 2006
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus di Cina pada laki-laki angka kejadiannya lebih banyak dibandingkan perempuan,
ketiadaan unilateral kiri lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan unilateral kanan, ataupun bilateral. Namun, setelah dilakukan perhitungan
statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan baik dilihat dari jenis kelamin, maupun sisi tubuh. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan
9
melakukan uji Standard Uji Schaeffer, Thompson, Mishra I, Mishra II, dan Pushpakumar
“the two finger sign” Sebastin et al, 2006.
Penelitian terhadap 335 orang laki-laki dan 265 orang perempuan berusia antara 8-65 tahun di Yoruba mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.3. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Yoruba
Palmaris longus
Unilateral Bilateral -
Bilateral + Total
Kiri - Kanan -
Perempuan 9 3,4
7 2,6 1 0,4 248 93,6
265 Laki-laki
10 3 8 2,4 5 1,5
312 93,13 335
Keseluruhan Populasi
34 5,7 6 1
560 93,3 600
Sumber: Mbaka et al, 2009
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus di Yoruba pada laki-laki angka kejadiannya lebih banyak dibandingkan perempuan,
ketiadaan unilateral kiri lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan unilateral kanan, ataupun bilateral. Namun, setelah dilakukan perhitungan
statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan baik dilihat dari jenis kelamin, maupun sisi tubuh. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan
melakukan uji Standard Uji Schaeffer, Thompson, Mishra I, dan Pushpakumar “the two finger sign”
Mbaka et al, 2009. Penelitian terhadap 300 orang laki-laki dan 300 orang perempuan berusia
antara 8-65 tahun di Nigeria mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.4 . Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Nigeria
Palmaris longus
Unilateral - Bilateral -
Bilateral + Total
Keseluruhan populasi
75 12,5 112 18,75
112 93,6 300
Sumber: Kadoye et al, 2008
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus di Nigeria, ketiadaan bilateral lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan
10
unilateral. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan melakukan uji Standard Uji Schaeffer, Thompson, Mishra I, Mishra II dan Pushpakumar
“the
two finger sign” Kadoye et al, 2008.
Penelitian lainnya terhadap 450 orang yang terdiri dari tiga jenis ras yang berbeda di Malaysia mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.5 . Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Malaysia
dengan sebaran kelompok etnik yang berbeda Palmaris
Longus Unilateral -
Bilateral - Bilateral +
Total Melayu
12 8,0 5 3,3
133 88,7 150
Cina 7 4,7
2 1,3 141 94.0
150 India
10 9,3 6 4,0
143 89,3 150
Sumber: Roohi et al, 2007
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, dari ketiga etnis, etnis India memiliki prevalensi ketiadaan otot P. Longus paling tinggi, diikuti dengan etnis
Melayu, dan prevalensi terkecil adalah etnis Cina. Pada ketiga etnis, ketiadaan otot P. Longus lebih banyak pada unilateral dibandingkan dengan ketiadaan
bilateral.
Tabel 2.6. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Malaysia
pada jenis kelamin yang berbeda Palmaris
Longus Unilateral -
Bilateral - Bilateral +
Total Laki-laki
13 5,8 3 1,3
209 92,9 225
Perempuan 16 7,1
10 4,4 199 88,5
225
Sumber: Roohi et al, 2007
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus pada populasi Malaysia pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki,
ketiadaan unilateral lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan bilateral. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan melakukan uji Standard
Uji Schaeffer saja Roohi et al, 2007.
11
2.4. Pencangkokan Tendo P almaris Longus