xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia _khususnya perbankan__ seolah telah menemukan momentumnya. Hal ini minimal dapat
dilihat dari dua sisi yakni sisi regulasi dan aset perbankan syariah. Dari sisi regulasi, dengan telah disahkanya UU Perbankan Syariah hal ini menandakan
telah diakui dan diadopsinya keberadaan perbankan syariah kedalam hukum positif di Indonesia
1
. Bila mereview sejarah perjalanan dalam upaya penerapan perbankan
syariah hal tersebut sungguh sangatlah berat, hal ini terjadi karena pada awal perjuangannya sekitar tahun 80 an – 90 an kondisi politik saat itu tidak
memungkinkan, sebab pemerintahan saat itu belum berpihak kepada umat islam, dan kurang menaruh perhatian dalam perkembangan ekonomi Syariah. Sehingga
perjuangan pendirian perbankan syariah mengalami hambatan yang sangat serius dari pemerintah saat itu. Kedua, masyarakat pada saat itu masih sangat asing
dengan istilah perbankan syariah atau lebih tepatnya perbankan dengan sistem bagi hasil, sebab sudah sekian lamanya masyarakat ‘nyaman’ dengan istilah
bunga. Belum lagi kebanyakan masyarakat memahami islam secara parsial, yakni
1
Republika, 13 Juni 2008
xv memahami islam hanya dalam aspek ibadah saja,sehingga aspek muamalah
benar-benar tertinggal, atau bagi sebagaian orang islam yang kebetulan pernah belajar tentang muamalah hanya mehami hanya sebatas pada teori saja tetapi tidak
menyentuh aspek praktis. Peraturan lain yang juga semakin memudahkan bagi proses akselerasi
perbankan sariah di tanah air adalah telah dihapuskanya double tax pada produk murabahah. Selama ini dengan diberlakuknya pajak ganda dianggap sebagai
penyebab tidak kompetitifnya produk yang ditawarkan bank syariah akibat harga yang tinggi. Oleh karenanya kehadiran surat edaran BI yang menyatakan bahwa
transaksi murabahah bukanlah transaksi perdagangan murni, tapi hanya merupakan transaksi produk perbankan. Dengan demikian transaksi ini tidak
masuk kategori perdagangan yang merupakan salah satu objek pajak. Peraturan lain yang juga semakin ‘memanjakan’ kalangan industri
perbankan syariah adalah dengan telah ditetapkanya UU Surat Berharga Syariah Negara SBSN yang diakui akan dapat mendongkrak laju pertumbuhan
perbankan syariah di tanah air. Sebab keberadaan peraturan ini akan menjadi gerbang bagi masuknya para investor Timur Tengah yang diakui memiliki sumber
dana investasi yang sangat besar. Dengan demikian kalangan industri perbankan syariah dalam hal ini dapat menggunakan instrument ini sebagai upaya
penggalangan dana-dana jangka panjang long terms investment untuk keperluan aktivitas pembiayaan dalam negeri. Selain itu dana-dana ini juga memiliki jangka
waktu yang cukup panjang sehingga bagi bank akan lebih aman dari sisi
xvi likuiditas, dan dapat menghindarkan bank syariah dari risiko mismatch sebagai
akibat dari gap antara pendanaan dan pembiayaan. Sementara dari sisi aset, kendati masih terlalu kecil bila dibanding dengan
total aset perbankan nasional yang berada pada kisaran 1,9 atau sekitar 40 Triliun
2
. Namun keberadaannya sudah cukup dikenal oleh masyarakat sehingga ini bisa menjadi modal bagi pertumbuhan perbankan nasional ke depan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BI hingga April tahun 2008, jumlah Bank Umum Syariah BUS berjumlah tiga bank, Unit Usaha Syariah UUS
mencapai 28 buah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang mencapai 118 buah.
3
Apalagi seiring berjalannya waktu, tentunya industri perbankan syariah bukan saja akan terus mengalami peningkatan aset, namun juga kualitas dan
pelayanannya terhadap masyarakat. Namun demikian bahwa banyaknya kemudahan yang saat ini dirasakan
oleh kalangan industri perbankan syariah bukan berarti membuat mereka melenakan berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi. Sebab perbankan
pada dasarnya merupakan lembaga keuangan yang didasarkan atas kepercayaan dari masyarakat. Bila perbankan gagal menjaga kepercayaan tersebut, kondisi
sebaliknya malah akan terjadi. Diantara kepercayaan masyarakat yang dibebankan kepada pihak kalangan perbankan adalah sejauh mana pihak bank dapat
mengelola dana yang diamanahkan kepadanya untuk dapat menghasilkan profit
2
www.bi.go.id , “Statistik Perbankan Syariah”
3
www.bi.go.id , “Statistik Perbankan Syariah”
xvii yang kompetitif bagi mereka. Dengan demikian permasalahan yang pelik
sesungguhnya adalah mampukah kalangan perbankan syariah mengelola dana yang diamanahkan nasabah dengan sebaik mungkin, yaitu dengan dapat
memberikan imbal bagi hasil yang kompetitif bagi nasabah sekaligus mampu memberikan pengaruh bagi akselerasi pertumbuhannya.
Dana Pihak Ketiga DPK yang merupakan dana yang berasal dari masyarakat yang disimpan pada bank dengan tujuan simpanan untuk berjaga-jaga
sekaligus dengan harapan dapat memperoleh imbalan bagi hasil yang baik. Bila bank gagal untuk mewujudkan keinginan nasabah ini sangat dimungkinkan bank,
akan kehilangan kepercayaan dari nasabah yang berakibat pada kehilangan nasabah. Oleh karenanya disinilah dibutuhkan profesionalitas pihak bank dalam
mengelola dana nasabah sebaik mungkin agar dapat memberikan rasa aman kepada nasabah.
Salah satu simpanan nasabah yang patut dikelola dan diperlakukan dengan baik oleh pihak bank adalah dana deposito. Deposito merupakan simpanan
nasabah yang penarikanya dapat dilakukan berdasarkan waktu yang disepakati oleh nasabah. Karakter khas yang dimiliki oleh jenis simpanan ini adalah pada
waktu pengendapannya, karena deposito mengandung unsur jangka waktu jatuh tempo lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari Kasmir:
2002. Dengan demikian bank lebih fleksibel dalam pengalokasiannya sekaligus dapat menghindarkan dari risiko likuiditas sebagai akibat dari mismatch. Bank
akan lebih fleksibel dalam pengelolaan dana ini karena memiliki jangka waktu
xviii pengendapan yang lebih lama, sehingga bank dapat menyalurkannya kedalam
pembiayaan jangka panjang maupun jangka pendek, sementara itu karena deposito memiliki jangka waktu pengendapan yang lebih lama dalam hal ini bank
dapat terhindar dari risiko likuiditas sebagai akibat dari mismatch. Risiko likuiditas disini terjadi karena penarikan yang dilakukan oleh nasabah kapan saja
terutama pada tabungan dan giro, akibatnya bank akan mengalami kesulitan dalam likuiditas. Sementara kondisi ini tidak terjadi pada simpanan deposito,
sebab penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan di awal.
Namun bukan berarti produk deposito tanpa risiko, produk ini juga memiliki risiko seperti halnya produk funding lainya seperti tabungan dan giro.
Pada deposito kendati penarikanya hanya dapat dilakukan jika telah jatuh tempo, namun tak jarang nasabah yang menarik dananya sebelum jatuh tempo, sehingga
dalam kondisi seperti ini bank harus tetap memenuhi penarikan nasabah. Risiko lainnya yaitu pada ekspektasi nasabah, risiko ini terjadi bila nasabah berharap
akan mendapat return dari deposito yang kompetitif, tetapi bank tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut, sehingga nasabah tidak tertarik untuk
memperpanjang atau menyimpan kembali dana depositonya. Risiko ini akan lebih terasa pada bank syariah sebab bank tidak dapat
memastikan return yang akan didapat nasabah, karena pada bank syariah tidak menggunakan instrument bunga, melainkan instrument bagi hasil. Pada bank
konvensional nasabah akan dapat kepastian return yang akan didapat setelah jatuh
xix tempo, sementara pada bank syariah karena menerapkan bagi hasil return tidak
dapat dipastikan diawal, bisa kecil, sedang atau lebih besar dari bunga yang diterapkan pada bank konvensional. Disinilah dituntunt profesionalitas bank
syariah dalam merencanakan dan mengelola dana nasabah terutama pada deposito agar dapat menghasilkan bagi hasil yang kompetitif dengan bunga pada bank
syariah. Sekaligus dapat mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi akibat dari produk deposito ini. Hal ini selaras dengan ajaran islam yang mengajarkan
hambanya untuk merencanakan apa yang akan dilakukannya untuk meminimalisir risiko ataupun masalah.
íóÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæúÇ ÅÊøóÞõæÇ Çááåó æóáúÊóäúÙõÑú äóÝúÓñ ãøóÇ ÞóÏøóãóÊú
áöÛóÏò æóÃÊøóÞõæÇ Çááåó Åöäøó Çááåó ÎóÈöíúÑñ ÈöãóÇ ÊóÚúãóáõæúäó
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”QS:Al hasyr:18
Di dalam surat lain Allah SWT berfirman:
ﺹ ﺹ
+
xx Artinya: “Demi Masawaktu, Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada di dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran” Q.S. Al-Ashr: 1-3
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa kelebihan dari deposito adalah jangka pengendapan yang lebih lama yang dengannya bank akan lebih fleksibel
dalam pengelolaanya. Oleh karena itu bank dalam hal ini juga sangat disarankan untuk menggalang dana deposito ini, sebab sangat membantu bank dalam
kebutuhan pembiayaan jangka panjang. Namun demikian apakah simpanan deposito dapat secara signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan bank, apakah
simpanan deposito dapat menghindarkan bank dari risiko likuiditas atau malah menjadi bumerang karena margin bagi hasil yang cukup besar? Pertanyaan inilah
yang menarik perhatian penulis untuk mengetahui dan menelitinya lebih jauh lagi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah