xxvi
G. Sistematika Penulisan
Dalam skiripsi ini penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian
pustaka, hipotesis, gambaran umum perusahaan, sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini penulis menjelaskan teori yang digunakan yaitu pengertian dan ruang lingkup BPRs, Tujuan pendirian dan kegiatan
usaha BPRs, Produk-produk dan Kegiatan Usaha BPRs,, Rasio-rasio Rentabilitas, Pengertian dan Fatwa DSN mengenai Deposito, serta
Manajemen Dana Bank dan Gambaran Umum Perusahaan.
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari ruang lingkup penelitian,
sumber data, metode analisa data dan operasional variabel.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis secara deskriptif menjelaskan tentang hasil perkembangan Dana Deposito dan Pembiayaan yang ada pada PT.
xxvii BPRs Al Salaam Amal Salman, perkembangan rasio rentabilitas pada
PT. BPRs Al Salaam Amal Salman, hasil uji normalitas data, hasil uji hipotesis, hasil uji koefisien determinasi, hasil uji koefisien regresi.
BAB V Penutup
Dalam bab ini penulis menyimpulkan kesimpulan dari semua pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-
saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skiripsi ini.
xxviii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-Undang Perbankan No. 7
tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan danatau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pengertian BPRS terangkum pada UU Perbankan No. 10 tahun
1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah.
6
Artinya di sini kegiatan BPRS jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan bank umum. Kegiatan BPRS hanya meliputi kegiatan penghimpunan
dan penyaluran saja, bahkan dalam menghimpun dana, BPRs dilarang untuk menerima simpanan dalam bentuk Giro. Begitu juga dalam hal jangkauan
wilayah operasi, BPRS hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah operasi tertentu saja. Lebih lanjut dalam hal pendiriannya. BPRS membutuhkan modal awal
yang relatif lebh kecil dibandingkan dengan modal awal pendirian Bank
6
UU No. 10 tahun 1998
xxix Umum Syariah.
7
Larangan lainnya bagi BPRS adalah tidak diperkenankannya ikut kliring serta transaksi valuta asing.
Berdirinya BPRS dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi Indonesia yang
tengah mengalami
restrukturisasi ekonomi.
Restrukturisasi perekonomian di Indonesia itu terwujud dalam berbagai kebijakan, baik di
bidang keuangan, moneter, termasuk dalam bidang perbankan.
8
Selain itu, berdirinya BPRS situ dilatarbelakangi pula oleh adanya peluang bagi
pengembangan Bank Islam dalam undang-undang perbankan, yang membolehkan menggunakan prinsip bagi hasil.
2. Tujuan Pendirian BPRS a. Meningkatkan kesejahteraan ekonom umat Islam terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah. b. Meningkatkan pendapatan perkapita.
c. Menambah lapangan kerja terutama di Kecamatan-kecamatan. d. Mengurangi urbanisasi.
e. Membina semangat Ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi.
9
7
PBI. No: 617PBI2004, Pasal 4 tentang Pendirian BPRs
8
Prof. H. A. Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, M.Ag. “Lembaga-lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan”
. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2002 hal. 108
9
Drs. H. Karnaen Perwataatmadja dan H. M. Syafi’I Antonio. “Apa dan bagaimana Bank Islam”. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992 hal.96
xxx 3. Produk-Produk dan Kegiatan Usaha BPRS
Pada dasarnya, sebagai lembaga keuangan syariah. BPRS dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-bank umum
syariah. Dalam usaha pengerahan dana masyarakat, BPRS dapat memberikan jasa-jasa keuangan dalam berbagai bentuk, antara lain:
10
a. Tabungan Wadiah Dalam tabungan ini bank menerima tabungan saving account
dari nasabah dalam bentuk tabungan bebas. Sedangkan akad yang diikat oleh bank dengan nasabah dalam bentuk wadiah. Titipan nasabah tersebut
tidak menaggung risiko kerugian, dan bank memberikan bonus kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi hasil dan kegiatan
pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya. Bonus tabungan wadiah itu dapat diperhitungkan secara harian dan dibayarkan kepada nasabah pada
setiap bulannya. b. Deposito Wadiah Mudharabah
Dalam produk ini bank menerima deposito berjangka time and investment account
dari nasabahnya. Akad yang dilakukan dapat berbentuk wadi’ah dan dapat pula berbentuk mudharabah. Lazimnya
jangka waktu deposito adalah 1, 2, 6, 12 bulan dan seterusnya sebagai bentuk penyertaan modal sementara. Maka nasabahdeposan mendapat
10
Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta; Ekonisia, 2003 hal. 85.
xxxi keuntungan dari bagi hasil yang diperoleh bank dari pembiayaankredit
yang dilakukannya kepada nasabah-nasabah lainnya.
11
Sementara dalam menyalurkan dana masyarakat BPRS dapat memberikan jasa-jasa keuangan seperti:
12
1. Pembiayaan Mudharabah Dalam pembiayaan mudharabah ini bank mengadakan akad
dengan nasabah pengusaha. Bank menyediakan pembiayaan modal usaha bagi proyek yang dikelola oleh pengusaha. Keuntungan yang
diperoleh akan dibagi perjanjian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan yang telah diikat oleh bank dan pengusaha tersebut.
2. Pembiayaan Musyarakah Dalam pembiayaan musyarakah ini bank dengan pengusaha
mengadakan perjanjian. Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama membiayai suatu proyek yang juga dikelola secara bersama-sama.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi sesuai dengan penyertaan masing-masing pihak.
3. Pembiayaan Bai’ Bithaman Ajil Dalam bentuk pembiayaan ini, bank mengikat perjanjian dengan
nasabah. Bank menyediakan dana untuk pembelian sesuatu barangasset
11
Ibid, hal 86
12
Ibid, hal.87
xxxii yang dibutuhkan oleh nasabah guna mendukung usaha atau proyek yang
sedang diusahakan.
13
Sedangkan menurut Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, kegiatan- kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh suatu BPRS menurut Pasal 27 SK
DIR BI 32361999 tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:
a. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah; b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;
c. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah. 2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip: 1
Murabahah; 2
Isthisna; 3
Ijarah; 4
Salam; 5
Jual beli lainnya. b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip;
1 Mudharabah; 2 Musyarakah;
3 Bagi hasil lainnya. c. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip:
13
Ibid, hal. 88
xxxiii 1 Rahn;
2 Qardh. 3. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui
oleh Dewan Syariah Nasional.
14
B. Landasan Hukum Mudharabah
1. Al-Qur’an
ی ی
ﻡ
------- ….
Artinya: “…. Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT ….”
al-Muzzammil: 20 2. Hadits
Úóäú ÕõåóíúÈò ÞóÇáó ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáìøó Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó: ËóáÇóËñ
Ýöíúåöäøó ÇáúÈóÑóßóÉõ. ÇáúÈóíúÚõ Åöáóì ÃóÌóáò æóÇáúãõÞóÇÑóÖóÉõ æóÃóÎúáÇóØõ ÇáúÈõÑöø
ÈöÇáÔøóÚöíúÑö áöáúÈóíúÊö áÇóáöáúÈóíúÚö ÑæÇå ÇÈä ãÇÌå
Dari Shuhaib berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat berkah, jual beli tangguh, mudharabah dan mencampur
gandum kualitas baik dengan kualitas buruk untuk konsumsi pribadi tidak untuk jual beli.”
HR Ibnu Majah
B. Rasio RentabilitasProfitabilitas
14
Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini. S.H., Perbankan Islam, dan kedudukannya dalam tata hukum perbankan Indonesia
. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007 hal. 168
xxxiv
Rasio Rentabilitas sering disebut profitabilabilas usaha. Usaha ini diguakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Dalam hal ini penulis membatasinya pada rasio Net Profit Margin,
Return On Equity ROE dan Return On Assets ROA
1. NPM Net Profit Margin, rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba
15
. Formulanya adalah: Rumus 2.1
Peringkat 1 : NPM 3
Peringkat 2 : 2 NPM 3
Peringkat 3 : 1,5 NPM 2
Peringkat 4 : 1 NPM 1,5
Peringkat 5 : NPM 1
2. ROA Return On Assets, rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen bank dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya
16
. Formulanya adalah:
15
Surat Edaran Bank Indonesia No.924DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.21
16
Ibid , h.22
100 x
Produktif Aktiva
rata -
Rata Utama
l Operasiona
Biaya -
Utama l
Operasiona Pendapatan
M P
N =
xxxv Rumus 2.2
100 x
Pajak Sebelum
Laba A
O R
TotalAsset =
Peringkat 1 : ROA 1,5
Peringkat 2 : 1,25 ROA 1,5
Peringkat 3 : 0,5 ROA 1,25
Peringkat 4 : 0 ROA 0,5
Peringkat 5 : ROA 0
3. ROE Return On Equity, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola modal disetor untuk menghasilkan laba. Semakin besar
rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola modal disetor untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin besar
17
. Formulanya adalah:
Rumus 2.3
17
Ibid, h.28
100 x
Disetor Modal
Pajak Setelah
Laba E
O R
=
xxxvi Semakin besar angka yang ditunjukkan oleh rasio berarti semakin besar
keuntungan yang didapat oleh para pemegang saham dan berimbas juga pada nasabah-nasabah yang menaruh dananya di bank tersebut.
C. Pengertian Deposito
Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dewan Syariah Nasional memutuskan bahwa, deposito ada dua jenis:
18
1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah.
Ketentuan Umum Deposito berdasarkan prinsip Mudharabah: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
18
Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia. “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi III” Cipayung, Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006 hal 14
xxxvii 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
D. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Undang- undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan Pasal 1 ayat 2 adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk menggembalikan uang atas tagihan tersebut, setelah waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
19
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan akad mudharabah
dan atau musyarakah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil; mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya; musyarakah adalah perjanjian di antara pemilik dana atau modal
19
Undang-Undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998. Jakarta: Sinar Grafindo, 2002, Cet. 1, h. 87.
xxxviii untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan di antara pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya.
20
Kegiatan penyaluran kredit pembiayaan mempunyai peranan penting bagi kegiatan perbankan, karena kredit atau pembiayaan merupakan bagian
terbesar sumber penghasilan bank. Apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya, sementara data yang terhimpun dari shahibul maal
dana pihak ketiga terus bertambah, maka akan terdapat banyak dana idle menganggur yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari margin atau bagi
hasil. Jadi bisa dikatakan bahwa pembiayaan merupakan komponen utama bagi kelangsungan aktivitas perbankan, karena dari pembiayaanlah bank akan
mendapatkan kontra prestasi dari dana yang disalurkannya. Landasan hukum Surat An-Nisa: 29
.0 1
20 34
34 5 67 +
4 89: ;
34
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” QS. An-
Nisa:29
E. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, antaranya:
20
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2005, Cet. 2, h. 5.
xxxix a. Pembiayaan menurut tujuan:
1 Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dapam rangka pengembangan usaha.
2 Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu 1 Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2 Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 tahun sampai degan 5 tahun. 3 Pembiayaaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu lebih dari 5 tahun.
F. Manajemen Dana Bank
Sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana, pengelolaan dana merupakan strategi yang penting bagi manajemen bank. Dana pada bank
hanya sebagian kecil saja yang berasal dari pemegang saham, lainnya atau sebagian besar berasal dari pihak lain yang dititipkan ke bank yang bersangkutan.
Dengan demikian, bank mempunyai kewajiban mengelola seluruh dana yang berada dalam bank tersebut. Tanpa pengelolaan dana yang tepat, aktivitas
perbankan tidak akan berfungsi dengan baik atau tidak akan mampu memberikan return yang optimal.
xl Situasi sulit yang dialami bank dalam pengelolaan dananya terjadi ketika
timbul conflict of interest pertentangan kepentingan antara profitabilitas dan likuiditas. Pertentangan yang terjadi adalah;
21
1. Sebagian bank amat menjaga posisi likuiditas dengan cara memperbesar cadangan kas. Hal ini mengakibatkan sebagian dana menjadi idle funds dana
menganggur, yang tidak menghasilkan fee atau bunga sehingga keuntungan yang didapat tidak maksimal.
2. Sebagian bank lainnya bertujuan mencapai keuntungan yang besar, sehingga sebagian cadangan digunakan untuk bisnis dan menyebabkan posisi likuiditas
akan menurun dan sewaktu-waktu menjadi di bawah batas minimum yang ditentukan.
Dalam mengelola assetnya, secara umum pihak perbankan menggunakan dua metode pendekatan, yaitu;
1. The Pooled of Funds Approach Pendekatan Pusat Pengumpulan Dana
Dalam metode ini, pihak bank tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh bank baik secara kelompok dalam artian sumber
rekening maupun secara individu dalam arti lembaga yang menyimpan uangnya di bank, dengan demikian langkah yang dilakukan untuk
mengalokasikan pada dasarnya sebagai berikut;
22
21
IR. Ade Arthesa., MM. Ir. Edia Handiman. “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank” Jakarta: PT Indeks, 2006 hal. 139
22
Drs. Selamet Riyadi, M.Si, Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004 edisi ke-2 hal. 26
xli a. Seluruh sumber dana digabungkan menjadi satu
b. Pengalokasiann dananya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan menghasilkan pendapatan sesuai yang direncanakan tanpa
melihat sumber dana yang digunakan tersebut. Dalam metode ini, semua sumber dana yang diperoleh bank, apakah
dana tersebut berasal dari Simpanan Giro Nasabah, Tabungan dan Simpanan Berjangka semua dijadikan dalam satu pool dana, kemudian dialokasikan
berurutan sesuai dengan kebutuhannya. Secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut;
23
Gambar 2.1
2. The Assets Allocation Approach Pendekatan Alokasi Aktiva
Berbeda dengan konsep Pool of Funds Approach yang tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh suatu bank, menurut
23
Ibid, hal. 26
Sumber Dana
Giro
Deposito
Modal Pinjaman
Tabungan Penggunaan Dana
Primary Reserva
Loan
Fixed Assets Secondary Reserve
Pool of Funds
xlii konsep ini menunjuk pada kenyataan bahwa sumber dana yang dihimpu
terdri dari Giro, Tabungan, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito Berjangka, Kewajiban segera lainnya, Pinjaman yang diterima dari bank
lain dan Modal yang disetor oleh pemilik, dimana masing-masing dana tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain
24
Dalam metode ini pendekatannya menggunakan sumber dana yang dieroleh bank,misalnya jika sumber dana berasal dari Giro nasabah maka
penggunaannya diprioritaskan untuk Primary Reserve dan Secondary Reserve
, sedangkan yang berasal dari tabungan bisa digunakan untuk Penanaman Antarbank atau Interbank Money Market, yang berasala dari
Simpanan Berjangka digunakan untuk membiayai kredit jangka pendek Debitur.
24
Ibid, hal. 26
xliii Secara diagram dapat digambarkan debagai berikut;
25
Gambar 2.2
Dalam Bank Syariah, alokasi penggunaan dana pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu;
26
a. Earning Assets aktiva yang menghasilkan, dan b. Non Earning Assets aktiva yang tidak menghasilkan
Earning Assets adalah berupa investasi dalam bentuk;
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil Mudharabah; b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan Musyarakah;
c. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli Bai’;
25
Ibid, hal 27
26
Drs. Zainul Arifin, MBA, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006 cet ke-4 hal. 53
Penggunaan Dana
Primary Reserva
Loan
Other Securities Secondary Reserve
Fixed Assets Sumber Dana
Giro
Deposito
Pinjaman Tabungan
Modal
xliv d. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa Ijarah dan Ijarah Wa
Iqtina’Ijarah Muntahia bi Tamlik e. Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.
Sedangkan Non Earning Assets terdiri dari: a. Aktiva dalam bentuk tunai Cash Assets
b. Pinjaman Qard c. Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris premises and
equipment Dalam pengelolaan assetnya, kalangan perbankan syariah juga
mempunyai metode yang agak berbeda dengan bank konvensional dari sisi akad maupun nama akun.
xlv Secara diagram dapat digambarkan seperti di bawah ini.
27
Gambar 2.3
Sedangkan diagram sumber dan penggunaan dana berdasarkan pendekatan Alokasi Aktiva digambarkan sebagai berikut;
28
27
Ibid, hal. 55
Mudharabah Muthlaqah
Special Project Wadiah
Mudharabah Mutlaqah
Musyaraqah Secondary Reserve
Musyarakah
Murabahah Primary Reserve
Qard
Mudharabah
Istishna’ Salam
Aktiva Tetap Dana
Pool
Ijarah
Sumber dan Penggunaan Dana Pool of Funds Approach
Sumber Dana Penggunaan Dana
xlvi Gambar 2.4
28
Ibid, hal. 56
Sumber dan Penggunaan Dana Assets Allocation Approach
M u s y a ra k a h W a d ia h
M u d h a ra b a h M u tla q a h
M u d h a ra b a h M u q a y y a d a h
S e c o n d a ry R e s e rv e
M u ra b a h a h
Is tis h n a ’ P rim a ry R e s e rv e
Q a rd
S a la m
M u ra b a h a h Ija ra h w a iq tin a
A k tiv a T e ta p M u s y a ra k a h
S u m b e r D a n a P e n g g u n a a n
D a n a
xlvii Dalam gambar di atas ada perbedaan dalam pengalokasian dana
berdasarkan pendekatan Alokasi Aktiva, pada sisi deposito pada perbankan konvensional dan mudharabah pada perbankan syariah. Dalam perbankan
konvensional, dana deposito yang dikumpulkan dari nasabah dapat dialokasikan ke dalam primary reserve sedangkan pada perbankan syariah
dana yang dikumpulkan pada akad mudharabah hanya dimasukkan ke dalam secondary reserve. Hal ini sesuai dengan prinsip yang dianut oleh
kalangan perbankan syariah yang menganggap bahwa sesunngguhnya dana yang diperoleh dari pihak ketiga adalah hanya sebagai titipan yang harus
segera diputar ke dalam ekonomi produktif bukan ke dalam sisi cadangan kas bank sehingga akan berimplikasi pada naiknya FDR Financing Deposit
Ratio yang pada akhirnya akan menegaskan peran bank syariah sebagai
lembaga intermediary dari pihak yang surplus dana kepada yang minus dana.
F. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah singkat bprs al-salaam amal salman
29
PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al Salaam, didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh para
alumni Institut Teknologi Bandung ITB yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu
di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan
29
http:bpralsalaam.comprofile
xlviii kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan
membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu
perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat BPR dengan nama BPR Al
Salaam
Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah,
dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman.
Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan Solidarity Corporate yang
tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai
dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”.
Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Pebruari 1992 berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan
akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan
No.C2-7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92
xlix serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13
tanggal 14 Pebruari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI No.70 tanggal 1 September 2000. Pada awalnya kegiatan operasional BPRs
al-Salaam masih menganut sistem konvensional baru kemudian pada tanggal 3 Juli 2006 kegiatan operasionalnya berubah menjadi sistem perrbankan
syariah.
Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991, sebesar Rp. 69,8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun
2003, modal yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah pemegang saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung
pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan
tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui SK Nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004.
2. Visi, misi, motto dan tujuan bprs al-salaam
30
a. Visi tahun 2008 BPRs al-Salaam adalah “Menjadi Bank Perkreditan
Rakyat Syariah Terbak di Indonesia”.
b. Misi yang diemban adalah “Menjadi lembaga keuangan yang
menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan
30
http:bpralsalaam.com
l
menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil
dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder”
c. BPRs al-Salaam mempunyai motto “Maju Dalam Kebersamaan”
d. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh BPRs al-Salaam antara lain;
1 Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan
yang optimal dalam hal kualitas, keamanan, dan keuntungan dalam hal berinvestasi.
2 Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan.
3 Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder. 3. Struktur organisasi bprs al-salaam
31
a. BPRs al-Salaam mempunyai struktur organisasi sebagaimana di bawah
ini;
31
http:bpralsalaam.comstruktur organisasi
li b. Pembagian Kerja Job Description
a. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam BPRs al-Salaam, sehingga seluruh anggota memiliki hak yang sama untuk meminta keterangan
dan pertanggung jawaban dari Direksi dan Satuan Pengawas Intern mengenai pengelolaan BPRs al-Salaam. Pelaksanaan RUPS ini dilaksanakan sekurang-
kurangnya 1 satu kali dalam setahun. Adapun pembahasan dan penetapan yang terjadi di dalam RUPS antara lain;
1 Anggaran Dasar. 2 Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha BPRs al-
Salaam. 3 Rencana Kerja dan anggaran BPRs al-Salaam.
lii 4 Pengesahan laporan.
5 Pengesahan, pertanggung jawaban direksi dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Dewan Pengawas Syariah DPS
Dewan ini harus ada untuk lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Anggota DPS ini terdiri dari para
ahli di bidang syariah muamalah yang didukung oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang operasional lembaga keuangan
syariah. Tugas dan wewenang DPS antara lain;
1 Mengawasi kegiatan usaha BPRs al-Salaam agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip-prinsip syariah.
2 Memberikan nasehat dan saran kepada komisaris, direksi, dan bagian operasional yang berkaitan dengan aspek syariah.
3 Menelaah aspek syariah terhadap pengembangan produk dan jasa keuangan yang ditawarkan oleh BPRs al-Salaam.
c. Satuan Pengawas Intern
Badan ini diadakam sebagai bagian prinsip kehati-hatian pruedential bagi BPRs al-Salaam dalam melakukan kegiatan
operasional. Anggota satuan pengawas intern dipilih oleh RUPS. Secar umum tugas dan tanggung jawab satuan pengawas intern adalah;
1 Membuat kebijakan umum dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan operasional sehingga sesuai dengan tujuan operasional.
liii 2 Melakukan pemeriksaan internal terhadap BPRs al-Salaam.
3 Melakukan pengawasan kegiatan operasional. 4 Membuat laporan hasil pengawasan.
d. Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah orang yang dipilih oleh RUPS. Persyaratan pemilihan pengurus dicantumkan dalam ADART secar umum. Pada
BPRs al-Salaam ketentuan Dewan Komisaris sebagai berikut; 1 Dewan Komisaris BPRs al-Salaam dipilih dari RUPS.
2 Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris Utama dan Komisaris. 3 Dewan Komisaris bertanggung jawab atas perkembangan BPRs al-
Salaam dalam; memeriksa BPRs al-Salaam, memberikan pengarahan, mengontrol operasional BPRs al-Salaam dan membantu
Dewan Direksi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
e. Dewan Direksi
1 Direksi dipilih oleh dewan komisaris. 2 Direksi bertanggung jawab atas perkembangan BPRs al-Salaam,
membantu para karyawan dan memberikan laporan kepada komisaris.
3 Bertindak mewakili BPRs al-Salaam dalam hal yang terkait usaha BPRs al-Salaam.
4 Menyetujui arus kas sesuai dengan batas kewenangan yang diberikan kepadanya.
liv 5 Membuat rencana kerja anggaran tahunan dan memonitor realisasi
anggaran tahun berjalan.
f. Remedial
Head Kepala Bagian Penanganan Pembiayaan
Bermasalah
Tugas dan tanggung jawabanya, antara lain; 1 Melakukan penanganan terhadap nasabah yang tidak melaksanakan
kewajibannya. 2 Melakukan penagihan langsung terhadap nasabah macet.
3 Melakukan sita jaminan bila nasabah tidak membayar kewajibannya. 4 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Direksi.
g. Accounting Head
Kepala Bagian Akuntasi
Tugas dan kewajibannya, antara lain; 1 Upload data ke kantor kas.
2 Memeriksa hasil auto debet. 3 Mendaftarkan premi asuransi.
4 Mengembalikan selisih lebih premi asuaransi. 5 Mencetak kas utama.
6 Mencetak mutasi harian deposito dan tabungan.
h. Legal Hand
Kepala Bagian Hukum
Tugas pokok; 1 Mengarahkan dan membina personil yang berada di bawah
supervise bidang hukum.
lv 2 Meneliti dan menilai serta memberikan saran mengenai kewenangan
calon nasabah dalam pengajuan pembiayaan. 3 Melakukan analisa yuridis atas permohonan pembiayaan.
4 Menyiapkan berkas-berkas pengikatan. 5 Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan Direksi sepanjang masih
dalam ruang lingkup tugas dan urusan BPRs al-Salaam. i.
Management Information System Head MIS Kepala Bagian Sistem
Teknologi Informasi
Tugas pokok; 1 Bertanggung jawab atas penyediaan sistem komputerisasi baik
software perangkat lunak komputer, seperti: program, sistem, dll
maupun hardware perangkat keras komputer, seperti: monitor, keyboard, dll yang digunakan dalam kegiatan operasional bank.
2 Melakukan perawatan berkala terhadap software maupun hardware komputer.
3 Melakukan pengembangan sistem sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan operasional bank.
4 Melaksanakan tugas lainnya yang diperintahkan oleh Direksi.
j. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Insani Human Resource
Development HRD Head
lvi Fungsi: membantu direksi dalam tugasnya sehari-hari dalam
menyelenggarakan dan mengkoordinir tugas-tugas yang menyangkut urusan personalia.
Tugas pokok; 1 Mengkoordinir, mengarahkan, membina serta mengawasi semua
kegiatan personalia pada bagian personalia dan SDI. 2 Melaksanakan semua peraturan dan ketentuan serta prosedur yang
telah digariskan oleh manajemen atau peraturan dari Bank Indonesia. 3 Mengkoordinir bagian personalia dan SDI mengenai;
a. Mengurus dan menyelenggarakan sesuatu terkait kepegawaian. b. Mengurus dan menyelenggarakan pendidikan secara teratur
dan berkesinambungan. c. Mengurus dan menyelenggarakan sistem penggajian yang baik.
4 Bertanggung jawab atas ketersediaan SDI sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan user pihak yang membutuhkan.
5 Melaksanakan tugasa lainnya yang diberikan direksi sepanjang masih dalam ruang lingkup tugas dan urusan BPRs.
k. Kepala Cabang
Tugas pokoknya antara lain; 1 Menandatangani surat-surat berharga atas nama bank serta memo
yang telah diparaf oleh pejabat ang berwenang dalam kegiatan bank.
lvii 2 Menetapkaan dan menyetujui serta memerintahkan kepada pejabt
yang berwenang untuk melakukan penarikan, penyetoran dan pemindah bukuan.
3 Menetapkan, memutuskan dan menyetujui serta memerintahkan pembayaran dalam rangka realisasi pembiayaan yang diberikan
kepada calon nasabah bank dalam batas wewenang yang telah ditetapkan oleh direksi sesuai tata cara dan prosedur yang telah
ditetapkan. 4 Menetapkan cara-cara penagihan kembali atas pembiayaan yang
telah diberikan kepada nasabah yang cedera janji wanprestasi. 5 Mengatur dan menetapkan staf yang berkompeten dalam
pelakasanaan di lingkungan bank. 6 Menilai prestasi kerja karyawan dan mengambil langkah-langkah
perbaikan dalam upaya peningkatan produktifitas dan penertiban personalia.
7 Melaksanakan tugasa lainnya yang diberikan direksi sepanjang masih dalam ruang lingkup tugas dan urusan BPRs.
4. Produk dan jasa bprs al-salaam
32
a. Penghimpunan Dana 1 Tabungan Wadiah Umum al-Salaam
32
http:bpralsalaam.com
lviii Produk tabungan yang ada di BPRs al-Salaam adalah tabungan
wadiah yadh adh-dhamanah , yaitu berupa titipan nasabah pada bank.
Bank diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah tersebut, bila bank mendapatkan keuntungan maka nasabah akan mendapatkan
bonus dari keuntungan yang langsung dibukukan pada rekening tabungan penabung setiap bulan. Adapun besar bonus dibagi
berdasarkan keuntungan yang didapat dan kebijakan bank. 2 Tabungan Wadiah Bulanan al-Salaam
Adalah tabungan yang diwajibkan untuk yang mempunyai pinjaman di BPRs al-Salaam.
3 Tabungan Wadiah Arisan Adalah tabungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
dengan jangka waktu 3 bulan dan akan mendapatkan bonus wadiah apabila nasabah beruntung.
5. Laporan kinerja keuangan bprs al-salaam
33
Kinerja keuangan dan rasio kesehatan BPRs al-Salaam hingga akhir tahun 2007 mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dalam beberapa
parameter kinerja diantaranya meningkatnya aset, portofolio pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga. Berikut gambaran ringkasnya;
33
Dikutip dari Laporan kinerja Keuangan akhir tahun 2007
lix
a. Total Aset BPRs al-Salaam pada akhir tahun 2007 melampaui Rp. 100
milyar, yaitu sebesar Rp. 111,94 milyar atau mengalami pertumbuhan 33,89 dibanding tahun 2006 sebesar Rp. 83,60 milyar.
b. Pembiayaan diberikan FDR hingga akhir tahun 2007 mencapai Rp.
88,78 milyar yang terdiri dari pembiayaan Murabahah sebesar Rp. 88,23 milyar, pembiayaan bagi hasil musyarakahmudharabah sebesar Rp.
375,42 juta dan pembiayaan multi jasa ijarah pendidikan sebesar Rp. 166,05 juta. Pembiayaan ini mengalami pertumbuhan 41,20 bila
dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 62,87 milyar.
c. Rasio Pembiayaan Bermasalah NPF mengalami penurunan dari 5,89
di tahun 2006 menjadi 4,38di tahun 2007. Namun secara absolut pembiayaan bermasalah di tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar
Rp. 185,47 juta dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya Rp. 3,70 milyar.
d. Cadangan Penyisihan Aktiva Produktif PPAP di tahun 2007 sebesar
Rp. 2,09 milyar, atau mengalami peningkatan 39,27 dbandingkan tahun 2006 Rp. 1,51 milyar, dengan cadangan PPAP ini, maka NPF netto
BPRs al-Salaam tauhn 2006 sebesar 3,49 turun menjadi 2,02 di tahun 2007.
e. Tabungan yang berhasil dihimpun sebesar Rp. 4,79 milyar atau
meningkat 61,43 dibandingkan tahun 2006 Rp. 2,97 milyar.
lx Sedangkan deposito mengalami peningkatan sebesar 30,74 dari Rp.
47,92 milyar di tahun 2006 menjadi Rp. 62,65 milyar di tahun 2007.
f. Pendapatan yang berhasil diperoleh BPRs al-Salaam selama tahun 2007
mencapai angka Rp. 22,44 milyar atau terjadi peningkatan sebesar 18,16 dibandingkan tahun 2006 Rp. 18,99 milyar. Sebagian besar pendapatan
tersebut berasal dari penyaluran dana sebesar Rp. 19,37 milyar atau meningkat 20,56 dibandingkan tahun 2006. Untuk pendapatan lainnya
selama tahun 2007 berhasil diperoleh sebesar Rp. 2,44 milyar sebesar meningkat dari sebelumnya Rp. 1,59 milyar di tahun 2006. Peningkatan
biaya umum erjadi karena adanya realisasi biaya Manajemen dan promosi sebesar Rp. 496,48 juta dan biaya sewa gedung sebesar Rp 547,87 juta.
Sedangkan untuk biaya lainnya meningkat sebesar 42,66, diantaranya karena realisasi biaya collection sebesar Rp. 683, 42 juta, biaya jasa pihak
luar sebesar Rp. 742, 14 juta, dan biaya untuk pembayaran pajak badan sebesar Rp. 853,53 juta.
g. Laba Usaha Setelah Pajak EAT yang berhasil dibukukan BPRs al-
Salaam adalah sebesar Rp. 1,89 milyar atau meningkat sebesar 97,90 dibandingkan tahun 2006 Rp. 953 juta.
lxi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisa kuantitatif, dimana penulis menjelaskan secara sistematik, aktual dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang dilakukan di BPRs al-Salaam, khususnya mengenai pengaruh dana deposito
terhadap pertumbuhan bank. 1. Jenis dan Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini bersifat kuantitatif, yakni berupa data-data statistik yang menunjukkan jumlah dana
deposito dan pertumbuhan yang dialami oleh BPRs As-Salaam pada sisi profitabilitas.
Sedangkan metode penelitian, penulis menggunakan metode analisa kuantitatif, dimana penulis menjelaskan secara sistemik, aktual dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang dilakukan di BPRs As-Salaam.
2. Jenis Data Secara garis besar jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari;
lxii a. Data Primer, yaitu data yang diambil langsung dari perusahaan yang
menjadi objek penelitian yaitu laporan keuangan atau hasil publikasi yang diterbitkan oleh BPRs As-Salaam.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya, yang masih berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti, terdiri dari;
a Buku-buku tektual yang terkait dengan judul penelitian b Hasil riset penelitian terdahulu, dan
c Media komunikasi, seperti internet, majalah, koran, dll. 3. Metode Analisa Data
Analisis kuantitatif merupakan analisis data yang dilakukan untuk menjelaskan variabel yang diteliti berupa angka, di mana dalam penelitian ini
angka-angka tersebut adalah tingkat dana deposito dan pembiayaan serta rasio rentabilitas.
a. Uji Asumsi Klasik 1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data titik
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
lxiii maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data
titik menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan berbeda dengan pengamatan yang lain tetap, maka disebut ”homokedastisitas” dan jika berbeda disebut ”heteroskedastisitas”.
Model regresi yang baik adalah homokedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat di lihat
dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik seatterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. 3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangguan pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya.
lxiv Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Deteksi adanya autokorelasi dilakukan dengan
melakukan Durbin-Watson DW: • Jika nilai DW di bawah –2 maka ada autokorelasi positif
• Jika nilai DW di antara –2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi • Jika nilai DW di atas +2 maka ada autokorelasi negatif
b. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Software SPSS for Windows versi 12.0, dimana metode yang dipilih adalah metode analisis ”Regresi Linear Sederhana”.
Regresi linear sederhana adalah metode statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent bebas terhadap variabel
dependent terikat. Rumus regresi linear sederhana:
y = a + b x
Dimana: y
= Profitabilitas, terdiri dari ROA, ROE, NPM, a = konstanta
b = koefisien korelasi x
= Deposito c. Uji r
2
koefisien determinasi
lxv Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi dependent sangat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependent. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang crossection
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu time series biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi. Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
konstribusi atau pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent yaitu dengan mengkuadratkan koefisien korelasi.
d. Uji t-statistik Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan variabel
independent terhadap variabel dependent. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent
digunakan tingkat signifikan 0,05. jika nialai probability t lebih besar dari 0,05 maka ada pengaruh dari variabel independent terhadap variabel
dependent koefisien regresi tidak signifikan, sedangkan jika nilai
lxvi probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel
independent terhadap variabel dependent koefisien regresi signifikan. Setelah diperoleh t hitung, maka untuk menginterpretasikan
hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut: 1 Jika t hitung lebih besar dari t tabel, maka H
ditolak dan H
1
diterima, ini berarti variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadapa variabel dependent. 2 Jika t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima dan H1
ditolak,ini berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independent terhadap variabel dependent.
Hipotesis: Ho : = = 0,tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independent terhadap variabel dependent. Ha : = 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial anatara
variabel independent terhadap variabel dependent. 4. Variabel Penelitian
a. Variabel Independent Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi yang
secara simultan dapat mempengaruhi variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah dana Deposito dan Pembiayaan
.
lxvii b. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent atau variabel yang mempengaruhi.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA Return on Assets ROE Return on
Equity dan NPM Net Profit Margin.
lxviii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN