Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SHARPE DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
OSIN P. PANJAITAN 070502123
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRACT
This research entitled "Factors Analysis Influencing Performance of Share Mutual Fund By Using Sharpe Method in Indonesia Stock Exchange." The purpose of this research is to investigate and analyze the influence of Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow to Performance of Share Mutual Fund in Indonesia Stock Exchange.
The research methodology used is descriptive analysis method and statistical analysis method. This research uses secondary data, there were 24 companies. Hypothesis testing is done by using F test and t test, with significance
level (α) 5%. Analysing the data using statistical data processing software SPSS
16.00 for windows.
F test results indicate that at Share Mutual Fund variables Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow to estimate the variable Performance of Share Mutual Fund in the model analysis. T test results (individual) indicates that at Share Mutual Fund each variables Expense Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow had effect on Performance of Share Mutual Fund, but the Turnover Ratio has no an influence on Performance of Share Mutual Fund. These results can be viewed on multiple regression analysis and the coefficient of determination, the R value of 0.579 means the relation between the current ratio, working capital turnover and debt to equity ratio to profitability by 57.9%, meaning that the relationship between variables is most closely. Adjusted R Square value of 0.690 which means 69% achievement of profitability can be explained by the Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow. The remaining 31% can be explained by other factors not examined in this research.
Keywords: Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, Cash Flow,
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow terhadap Kinerja Reksa Dana Saham pada reksa dana saham di Bursa Efek Indonesia.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 24 Perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.
Hasil uji F menunjukkan bahwa pada Reksa dana Saham variabel Expense
Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana dan Cash Flow dapat mengestimasi
variabel Kinerja Reksa Dana Saham (KRDS) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada Reksa dana Saham masing-masing variabel Expense Ratio, Ukuran Reksa Dana dan Cash Flow memiliki pengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana, tetapi Turnover Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda dan pada koefisien determinasi, nilai R sebesar 0,579 berarti hubungan antara Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow sebesar 57,9 %, artinya hubungan antar variabel cukup erat. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,690 yang berarti 69 % kinerja reksa dana dapat dijelaskan oleh Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow. Sedangkan
sisanya 31 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, Cash Flow, dan Kinerja Reksa Dana Saham.
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa karena atas kasih dan kelimpahan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tujuan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda P. Panjaitan dan Ibunda tercinta R. Siagian atas dukungan, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus dan tidak pernah putus untuk penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara materil maupun moril, yaitu:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenty Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara .
4. Ibu Dra. Marhayanie, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan
(5)
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Drs. Nakman Harahap, Msi. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Syahyunan, Msi. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di FE USU yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik, dan juga kepada pegawai FE USU.
9. Saudara (Kakak dan Abang terkasih), terima kasih atas doa dan dukungannya.
10. Seluruh keluarga besar GmnI Komisariat FE USU, terima kasih atas doa, semangat dan dukungannya.
11. Kelompok kecil “SHMILY” (K’Corry, Diana, Benget, Andre, Alex, dan Franky), terima kasih atas doa dan dukungannya.
12. Rekan-rekan seperjuangan Manajemen 2007
13. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil.
Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kasih dan berkatNya kepada berbagai pihak yang membantu.
Medan, September 2011 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN………...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 9
2.1.1 Pengertian Reksa dana ... 9
2.1.2 Pengelolaan Reksa dana ... 11
2.1.3 Jenis dan Karakteristik Reksa dana ... 12
2.1.4 Biaya-biaya Dalam Reksa dana ... 16
2.1.5 Kinerja Reksa dana ... 19
2.1.6 Expense Ratio ... 25
2.1.7 Turnover Ratio ... 26
2.1.8 Ukuran Reksa Dana ... 28
2.1.9 Cash Flow... 30
2.2 Penelitian Terdahulu ... 32
2.3 Kerangka Konseptual ... 33
2.4 Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
3.3 Batasan Operasional ... 36
3.4 Defenisi Operasional ... 37
3.5 Populasi dan Sampel ... 40
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 42
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43
(7)
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan………. 48
4.2. Deskriptif Data……… 65
4.3. Hasil Pengujian……… 71
4.4. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis……… 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 84
5.2. Saran………... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(8)
DAFAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Industri Reksadana Periode 1996-2009 ... 2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Jenis Reksadana Periode 2009-2010 ... 4
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Pearikan Sampel ... 43
Tabel 3.2 Sampel Reksa Dana Saham Yang Akan Diteliti ... 43
Tabel 4.1 Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, Cash Flow dan Kinerja Reksa Dana Saham Tahun 2007-2010 ... 66
Tabel 4.2 Normalitas Statistik ... 71
Tabel 4.3 Heteroskedastisitas ... 74
Tabel 4.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi... 75
Tabel 4.5 Autokorelasi.... ... 75
Tabel 4.6 Multikolinearitas ... 76
Tabel 4.7 Ringkasan Hasil dan Pengolahan Data ... 77
Tabel 4.8 Anova (Uji F).... ... 79
(9)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Reksadana ... 10
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 36
Gambar 4.1 Grafik Histogram ROE ... 71
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ... 72
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Hasil Pengolahan dengan SPSS……….. 88
(11)
ABSTRACT
This research entitled "Factors Analysis Influencing Performance of Share Mutual Fund By Using Sharpe Method in Indonesia Stock Exchange." The purpose of this research is to investigate and analyze the influence of Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow to Performance of Share Mutual Fund in Indonesia Stock Exchange.
The research methodology used is descriptive analysis method and statistical analysis method. This research uses secondary data, there were 24 companies. Hypothesis testing is done by using F test and t test, with significance
level (α) 5%. Analysing the data using statistical data processing software SPSS
16.00 for windows.
F test results indicate that at Share Mutual Fund variables Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow to estimate the variable Performance of Share Mutual Fund in the model analysis. T test results (individual) indicates that at Share Mutual Fund each variables Expense Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow had effect on Performance of Share Mutual Fund, but the Turnover Ratio has no an influence on Performance of Share Mutual Fund. These results can be viewed on multiple regression analysis and the coefficient of determination, the R value of 0.579 means the relation between the current ratio, working capital turnover and debt to equity ratio to profitability by 57.9%, meaning that the relationship between variables is most closely. Adjusted R Square value of 0.690 which means 69% achievement of profitability can be explained by the Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, and Cash Flow. The remaining 31% can be explained by other factors not examined in this research.
Keywords: Expense Ratio, Turnover Ratio, Size of Mutual Fund, Cash Flow,
(12)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow terhadap Kinerja Reksa Dana Saham pada reksa dana saham di Bursa Efek Indonesia.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 24 Perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.
Hasil uji F menunjukkan bahwa pada Reksa dana Saham variabel Expense
Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana dan Cash Flow dapat mengestimasi
variabel Kinerja Reksa Dana Saham (KRDS) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada Reksa dana Saham masing-masing variabel Expense Ratio, Ukuran Reksa Dana dan Cash Flow memiliki pengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana, tetapi Turnover Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda dan pada koefisien determinasi, nilai R sebesar 0,579 berarti hubungan antara Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow sebesar 57,9 %, artinya hubungan antar variabel cukup erat. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,690 yang berarti 69 % kinerja reksa dana dapat dijelaskan oleh Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow. Sedangkan
sisanya 31 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, Cash Flow, dan Kinerja Reksa Dana Saham.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain investasi pada aktiva nyata (riil assets). Investasi pada aktiva keuangan adalah investasi pada surat-surat berharga baik di pasar uang maupun di pasar modal, sedangkan investasi pada aktiva nyata dapat berupa investasi pada rumah, tanah, dan emas.
Investasi pada aktiva keuangan baik di pasar uang maupun pasar modal tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Beberapa alasan yang mengakibatkan tidak semua orang dapat melakukannya adalah karena keterbatasan dana, keterbatasan waktu dan juga keterbatasan pengetahuan mengenai instrumen investasi. Wadah investasi yang diciptakan untuk menarik para pemodal yang memiliki keterbatasan dana, waktu atau pengetahuan tersebut adalah reksa dana.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) mendefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pada pengertian tersebut terdapat tiga unsur penting, pertama adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga dana tersebut dikelola
(14)
oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksa dana itu adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan pihak yang dipercayakan untuk mengelola dana (Mulyana, 2004:2).
Sejak diperkenalkannya reksa dana di Indonesia pada tahun 1996 hingga sekarang, reksa dana telah mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan, meskipun sempat mengalami penurunan ketika terjadi krisis ekonomi. Reksa dana mulai diperkenalkan di Indonesia tepatnya pada tanggal 7 September 1995 ketika BAPEPAM memberikan pernyataan efektif atas sebuah reksa dana perseroan bersifat tertutup, yakni PT. BDNI Reksa Dana. Berdasarkan data BAPEPAM (2010), pada akhir bulan Desember 2010 sudah tercatat sebanyak 619 reksa dana. Padahal pada tahun 1996 baru berdiri sebanyak 25 reksa dana.
Tabel 1.1
Perkembangan Industri Reksa dana Periode 1996-2010 Periode
Jumlah Reksa
dana
Pemegang Reksa dana / Unit Penyertaan
Nilai Aktiva Bersih (NAB /
Rp Milyar)
Jumlah Saham / Unit yang Beredar
1996 25 2.441 2.782,32 1.942.232.210,52
1997 77 20.234 4.916,60 6.007.373.758,55
1998 81 15.482 2.992,17 3.680.892.097,26
1999 81 24.127 4.974,10 4.349.952.950,82
2000 94 39.487 5.515,95 5.006.049.769,66
2001 108 51.723 8.003,77 7.303.771.880,36
2002 131 125.820 46.613,83 41.665.523.049,21 2003 186 171.712 69.447,72 60.020.745.572,82 2004 246 299.063 104.037,82 84.700.701.702,71 2005 328 254.660 29.405,73 21.262.143.379,98 2006 403 202.991 51.620,08 36.140.102.795,60 2007 473 325.224 92.190,63 53.589.967.474,74 2008 603 352.429 74.065,81 60.976.090.770,24 2009 671 357.192 114.370,00 69.978.061.139,63 2010 619 353.704 149.099,00 66.154.785.442,89 Sumber: Bapepam.go.id pada tanggal 14 April 2011
(15)
Memilih reksa dana yang akan memberikan pengembalian seperti yang diharapkan, membutuhkan cara pandang dan analisis yang tepat. Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan investor ketika berinvestasi pada reksa dana. Pertimbangan utama investor pada umumnya adalah kinerja historis. Pertimbangan lainnya adalah risiko, besarnya biaya, tinggi rendahnya harga atau NAB/Unit, besarnya aset yang dikelola reksa dana (ukuran reksa dana), laporan investasi dan komunikasi dengan manajer investasi (Pratomo dan Nugraha, 2009:43).
Sebelum berinvestasi di reksa dana, perlu diketahui jenis reksa dana apa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan investasi. Jenis-jenis reksa dana yang tersedia di Indonesia ada empat berdasarkan kategori instrumen dimana reksa dana melakukan investasi, karakteristik potensi keuntungan dan risikonya, yaitu: reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham dan reksa dana campuran.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Jenis Reksa Dana Priode 2009-2010
Reksa Dana
Jumlah Unit Penyertaan (Juta) Jumlah Dana Kelolaan (Milyar) Desember 2009 Oktober 2010 % Growth Desember 2009 Oktober 2010 % Growth Pendapatan Tetap 10,904 14,901 36.65% 14,664 22,894 56.12% Pasar Uang 5,220 7,495 43.59% 5,220 7,495 43.58% Campuran 7,139 6,798 - 4.78% 12,964 15,069 16.24% Saham 11,796 10,175 -13.74% 39,698 43,668 10.00% Sumber: Bapepam.go.id pada tanggal 15 Mei 2011
Dari data memperlihatkan pertumbuhan jenis reksa dana di mana Reksa Dana Pendapatan Tetap menduduki peringkat tertinggi dengan pertumbuhan jumlah unit penyertaan sebesar 36.65% dan jumlah dana kelolaan sebesar 56.13%,
(16)
dan sedangkan Reksa dana Saham mengalami penurunan pada Jumlah unit penyertaan sebesar -13.70% dan pertumbuhan pada jumlah dana kelolaan sebesar 10.01%.
Reksa dana Saham merupakan salah satu jenis reksa dana selain Reksa dana Pendapatan Tetap, Reksa dana Pasar Uang dan Reksa dana Campuran. Reksa dana Saham adalah reksa dana dimana investasi dilakukan dengan alokasi aset minimum 80 % untuk saham. Investasi pada saham memiliki risiko lebih tinggi namun menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi (Pratomo dan Nugraha, 2009: 73).
Investor dalam menentukan pilihan investasinya dalam reksa dana tentu melakukan penilaian terhadap kinerjanya. Pengukuran kinerja reksa dana dapat dilakukan dengan menggunakan suatu model atau parameter yang bisa diterima secara universal dimana seringkali dikaitkan dengan return dan risiko
(risk-adjusted performance), baik risiko total (Sharpe Ratio) maupun risiko sistematis
(Treynor Index dan Jensen Alpha). Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja reksa dana tanpa memperhitungkan unsur risiko justru akan menghasilkan informasi yang menyesatkan bagi para investor.
Pengukuran Kinerja reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sharpe Ratio dimana premi risiko portofolio dibagi dengan standar deviasinya. Standar deviasi dalam indeks Sharpe, risiko merupakan risiko yang dianggap relevan yaitu risiko total (penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis). Sebagian dari risko total tersebut dapat dihilangkan melalui
(17)
diversifikasi. Risiko yang dapat dihilangkan tersebut disebut sebagai risiko tidak sistematis (risiko pasar), sedangkan risiko yang tidak dapat dihilangkan disebut sebagai risiko sistematis. Namun untuk menghilangkan risiko tidak sistematis diperlukan Manajer Investasi handal yang dapat membentuk portofolio secara tepat.
Di Indonesia keberadaan Manajer Investasi yang handal masih jarang ditemukan. Portofolio yang dibentuk oleh Manajer Investasi tersebut tidak dapat menghilangkan risiko tidak sistematis seluruhnya, berbeda dengan keadaan di luar negeri (negara maju) dimana manajer-manajer investasi yang cerdas ditambah dengan pemanfaatan alat-alat yang canggih dapat membentuk portofolio yang lebih baik. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana di Indonesia lebih tepat menggunakan Sharpe Ratio yang digunakan dalam penelitian ini. (Pratomo dan Nugraha, 2009:203)
Pengukuran kinerja investasi dilakukan untuk mengukur tingkat pengembalian (return) dan risiko. Pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dinilai secara individu tetapi juga dilakukan dengan membandingkan portofolio lainnya sebagai benchmark. Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana memilih Reksa Dana Saham sebagai saluran investasi khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja reksa dana. Perlu diingatkan kembali bahwa kinerja reksa dana yang diketahui melalui naik-turunnya NAB/Unit sudah termasuk biaya-biaya pengelolaan, namun diluar biaya pembelian (selling fee) atau biaya penjualan kembali (redemption fee). Dalam
(18)
mengelola reksa dana tentunya ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh investor kepada pengelola reksa dana, salah satunya adalah Expense Ratio.
Expense Ratio merupakan pembanding antara biaya operasional reksa dana
terhadap dana yang dikelola.
Turnover ratio merupakan perubahan portofolio dari reksa dana. Reksa
dana dengan Turnover Ratio yang tinggi menunjukkan bahwa manajer Investasi melakukan aktivitas pembelian maupun penjualan portofolio dengan frekuensi yang tinggi dalam usaha mengantisipasi perubahan pasar.
Semakin besarnya jumlah aset atau ukuran sebuah reksa dana, seharusnya akan memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi pada reksa dana tersebut dalam memberikan pelayanan terbaik kepada nasabahnya. Semakin besar aset akan semakin memudahkan terciptanya economies of scale yang dapat berdampak pada penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan biaya lain-lainnya. Hal ini berdampak positif kepada kinerja atau hasil investasi yang dapat diberikan kepada investor.
Aktivitas operasional reksa dana mengacu pada pembelian dan penjualan produk-produk yang ditawarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyudi (dalam Pratiwi, 2010:26) yang menyatakan bahwa Cash Flow memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana. Aliran kas masuk yang tinggi akan meningkatkan pendapatan investasi sehingga akan memperbaiki kinerja reksa dana itu sendiri.
(19)
Peneliti mengambil judul penelitian berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yaitu : “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan pada sub bab sebelumnya, rumusan pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah faktor Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana, dan Cash
Flow berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang faktor Expense Ratio, Turnover Ratio, ukuran reksa dana, Cash Flow berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham dengan Menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Manajer Investasi
Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai kinerja yang mereka lakukan dalam mengelola reksa dana selama ini. Penelitian ini juga memberikan
(20)
informasi kepada Manajer Investasi bagaimana pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini terhadap kinerja reksa dana yang mereka kelola, sehingga Manajer Investasi dapat mengetahui langkah selanjutnya untuk meningkatkan Kinerja Reksa Dana Saham.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagaimana
Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana dan Cash Flow berpengaruh
terhadap kinerja Reksa Dana Saham. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Reksa dana
Secara umum Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan Reksa dana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek atau sekuriti lainnya.
Reksa dana berasal dari kata “Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “Dana” berarti uang. Sehingga Reksa dana pada umumnya diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara. Reksa dana yang dalam bahasa asalnya disebut mutual fund adalah salah satu investasi dimana investor secara bersama-sama melakukan investasi dalam suatu himpunan dana untuk diinvestasikan dalam berbagai bentuk investasi seperti saham, obligasi, ataupun melalui tabungan atau sertifikat deposito di bank-bank. Dengan demikian reksa dana adalah diversifikasi dalam portofolio yang dikelola oleh manajer investasi di perusahaan reksa dana (Sitompul, 2002:2).
(22)
2
10 8 1, 10
2,3 4 5 6,8 11 12 9 Sumber:www.bapepam.go.id Gambar 2.1
Mekanisme Kerja Reksa dana Keterangan gambar 2.1
1. Transaksi pembelian, penjualan kembali, pengalihan unit penyertaan. 2. Informasi adanya dana investasi/kebutuhan pencarian dana.
3. Penyetoran dana pembelian atau pembayaran atas atau penjualan kembali. 4. Perinta transaksi investasi kepada bank atau pialang.
5. Eksekusi transaksi oleh bank atau pialang ke pasar uang/ pasar modal. 6. Konfirmasi transaksi kepada manajer investasi dan bank kustodian. 7. Perintah penyelesaian (settlement) transaksi kepada bank kustodian. 8. Eksekusi penyelesaian transaksi dan penyimpanan surat berharga. 9. Laporan evaluasi harian kepada manajer investasi
10. Perhitungan dan informasi NAB/unit dan kepemilikan unit. 11. Laporan bulanan kepada Bapepam..
12. Bapepam melakukan pengawasan terhadap kegiatan reksa dana. BAPEPAM
PIALANG / BANK INVESTOR REKSA DANA AGEN PENJUAL HARGA PER UNIT
MANAJER INVESTASI
BANK KUSTODIAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PASAR UANG PASAR MODAL
(23)
2.1.2. Pengelolaan Reksa dana
Terdapat dua pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan reksa dana (Pratomo dan Nugraha, 2009:51). Pertama adalah Manajer Investasi. Manajer Investasi merupakan pihak yang berperan penting dalam kegiatan investasi reksa dana. Manajer Investasi yang dimaksud adalah sebuah perusahaan yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek milik investor.
Manajer Investasi harus memiiliki ijin dari Bapepam dengan memenuhi syarat-syarat yang diajukan. Salah satunya adalah paling tidak ada seorang direksi dan seorang staf perusahaan yang telah mendapat ijin perorangan sebagai Wakil Manajer Investasi yang baru diperoleh setelah calon Wakil Manajer Investai tersebut mengikuti ujian yang diadakan oleh Asosiasi Standar Profesi Pasar Modal.
Pengelola reksa dana berikutnya adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian merupakan salah satu fungsi yang dimiliki oleh Bank Umum sebagai tempat penyimpanan kekayaan serta administrator reksa dana, yang meliputi penyelesaian transaksi dengan broker atau bank, registrasi dan pendaftaran efek, dan sebagainya, yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam (Pratomo dan Nugraha, 2009:53) dan tidak diperbolehkan terafiliasi dengan manajer investasi, artinya tidak boleh ada hubungan istimewa antara Bank Kustodian dengan Manajer Investasi seperti yang dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995.
(24)
2.1.3. Jenis dan Karakteristik Reksa dana
Pada umumnya semua reksa dana mempunyai kesamaan didalam struktur, tetapi berbeda dalam tujuan. Membedakan reksa dana dapat dilakukan dengan melihat beberapa sudut pandang (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:148).
2.1.3.1. Reksa dana Dilihat dari Segi Bentuknya
Sebagaimana diatur pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada pasal 18 ayat (1), reksa dana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu, Reksa Dana Perseroan dan Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif. Kedua bentuk Reksa dana ini sama-sama menghimpun dana dan menginvestasikan dananya pada berbagai instrumen investasi baik yang diperdagangkan di pasar modal maupun di pasar uang.
1. Reksa dana Berbentuk Perseroan (corporate type)
Dalam bentuk reksa dana ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasarkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksa dana Perseroan yang tertutup dan reksa dana Perseroan terbuka (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:149)
2. Reksa Dana berbentuk Kontak Investasi Kolektif (contractual type).
Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat Pemegang Unit Penyertaan, di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah
(25)
yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk Perseroan (Darmadji dan Fakhruddin,2001:149), sebagaimana diatur dalam Penjelasan pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, seluruh reksa dana yang ada di Indonesia saat ini berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
2.1.3.2. Reksa dana Dilihat dari Sifatnya
Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: 1. Reksa dana bersifat Tertutup(close-end fund)
Merupakan reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal tersebut harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:150).
2. Reksa dana bersifat Terbuka (open-end fund)
Merupakan reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham- saham menjualnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat. Manajer Investasi Reksa dana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat itu (Darmadji dan Fakhruddin, 20001:150).
(26)
2.1.3.3. Reksa dana Dilihat dari Tujuan Investasi
Reksa dana dilihat dari tujuan investasinya dapat dibedakan atas (Darmadji dan Fakhruddin,2001:151).
1. Growth Fund
Reksa dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Reksa dana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham.
2. Income Fund
Reksa dana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksa dana jenis ini mengalokasikan dananya pada surat hutang dan obligasi.
3. Safety Fund
Reksa dana yang mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Reksa dana jenis ini umumnya mengalokasikan danannya di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surat hutang jangka pendek.
2.1.3.4. Reksa dana Dilihat dari Portofolio Investasinya
Pembagian reksa dana ini didasarkan pada komposisi asset yang membentuk reksa dana tersebut, tingkat pengembalian yang dihasilkan, dan tingkat risiko yang dimiliki oleh masing-masing reksa dana (Pratomo dan Nugraha, 2009:55).
Jenis-jenis reksa dana berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa dana Terbuka diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan portofolio investasinya:
1) Reksa Dana Pendapatan Tetap
Merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:151).
(27)
Bersifat lebih stabil, yaitu reksa dana yang berinvestasi pada instrumen fixed income yang berkualitas baik seperti sertifikat deposito, Commercial Paper (CP), dan sertifikat obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta, BUMN, pemerintah, dll. Instrumen-instrumen tersebut memberikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan bank namun tetap bersifat konservatif. Reksa dana berpendapatan tetap cocok untuk orang yang ingin berinvestasi jangka pendek atau yang tidak ingin mengambil resiko akan kehilangan sebagian nilai investasinya. Namun anda tidak dapat berharap akan mendapatkan keuntungan yang besar apabila anda mempertimbangkan tingkat inflasi pertahun.
2) Reksa Dana Saham
Merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:152). Bersifat lebih jangka panjang Reksa dana saham biasanya menginvestasikan dananya pada saham-saham yang dicatatkan dibursa, yang mewakili kepemilikan didalam perusahaan. Reksa dana saham paling cocok untuk orang yang ingin berinvestasi jangka panjang, untuk beberapa tahun bahkan mungkin beberapa dekade. Ide dibelakang reksa dana saham adalah harga-harga saham mengalami kecenderungan naik dan turun di dalam jangka pendek, namun sejarah menunjukkan bahwa reksa dana saham menghasilkan keuntungan yang lebih besar dalam jangka panjang dibandingkan dengan investasi pada Fixed income. Jadi, sementara investasi pada reksa dana saham mengalami penurunan ataupun kenaikan nilai setiap harinya, dalam jangka panjang hasilnya akan lebih besar dari pada menginvestasikannya dalam reksa dana pasar uang atau reksa
(28)
dana campuran, khususnya jika diperbandingkan dengan tingkat inflasi tiap-tiap tahun.
3) Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:150)
4) Reksa Dana Campuran
Merupakan reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk dalam definisi reksa dana di atas. Reksa dana campuran berinvestasi baik pada instrumen fixed income jangka pendek maupun pada saham-saham perusahaan yang dicatatkan di bursa. Reksa dana jenis ini mengoptimalkan keuntungannya melalui saham-saham dipasar modal disisi lain sebagai penyangganya adalah melalui instrumen fixed income.
2.1.4. Biaya-biaya Dalam Reksa dana
Dalam melakukan investasi, investor juga memperhatikan biaya yang dikenankan pada reksa dana. Biaya-biaya dalam reksa dana memiliki tiga komponen utama (Pratomo dan Nugraha, 2009:60), yaitu biaya yang menjadi beban Manajer Investasi, biaya yang menjadi beban reksa dana dan biaya yang dibebankan pada investor.
(29)
Beberapa jenis biaya yang timbul dalam mengelola reksa dana dibagi dalam beberapa kelompok:
1) Biaya yang menjadi beban reksa dana
Biaya yang dibebankan pada reksa dana itu sendiri terdiri dari:
a) Imbalan jasa manajer investasi, misalnya sebesar 2% per tahun dihitung dari jumlah NAB reksa dana
b) Imbalan jasa Bank Kustodian, misalnya sebesar 0,20% per tahun dihitung dari jumlah NAB reksa dana
c) Imbalan jasa untuk profesi akuntan publik, notaris, dan konsultan hukum setelah pernyataan pendaftaran reksa dana tersebut dianggap efektif oleh Bapepam.
d) Biaya operasional yaitu biaya transaksi efek (saham atau obligasi) dan juga registrasi efek dan biaya administrasi pembuatan dan pengiriman prospektus serta biaya pajak yang disebabkan oleh biaya-biaya yang disebutkan di atas. 2) Biaya yang menjadi beban manajer investasi
Tujuan pengelompokan biaya ini adalah supaya lebih jelas karena beban biaya manajer investasi juga cukup besar yang terdiri dari:
a) Biaya administrasi pendirian reksa dana (biaya konsultasi jasa profesi dan pembuatan dokumen dan kontrak hukum).
b) Biaya pemasaran dan biaya percetakan berbagai formulir administrasi. 3) Biaya yang menjadi beban pemilik unit penyertaan
a) Biaya pembelian (subscription fee) untuk membeli unit penyertaan reksa dana tersebut ada yang berkisar sebesar 0,5%.
(30)
b) Biaya penjualan kembali (redemption fee) unit penyertaan reksa dana tersebut, misalnya apabila kurang dari 1 tahun, ada yang berkisar sebesar 1,5% atau maksimum Rp 25 Juta; antara 1 sampai 2 tahun berkisar sebesar 1% atau maksimum Rp 15 Juta; apabila lebih dari 2 tahun, tidak dikenakan biaya redemption fee.
c) Biaya pertukaran. Biaya ini timbul apabila pemegang unit penyertaan reksa dana X milik manajer investasi Y, ingin menukarkan unit penyertaan reksa dana X tersebut sebelum dilakukan penjualan ke jenis reksa dana lain yang masih satu produk reksa dana milik manajer investasi Y. Dalam hal ini bisa dikenakan biaya pertukaran, misalnya sebesar 0,2%.
4) Jenis pajak yang terdapat pada reksa dana
a) Deviden, akan dikenai pajak berdasarkan PPh Tarif Umum [Pasal 4 (1) UU PPh].
b) Bunga obligasi, masih dianggap sebagai bukan objek pajak (selama 5 tahun pertama sejak reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif/KIK menjadi efektif), dasar hukumnya adalah Pasal 4 (3) huruf j-UU PPh jo. PP 139 tahun 2000.
c) Bunga deposito, akan dikenakan pajak sebesar 20% (PPh Final), dasar hukumnya PP 131 tahun 2000.
d) Capital gain saham di Bursa, akan dikenakan pajak 0,1% atas dasar PPh Final (PP41 tahun 1994 jo. PP 14 tahun 1997).
(31)
f) Bagian laba, termasuk pelunasan kembali (redemption), dianggap bukan objek pajak PPh [Pasal 4 (3) huruf h UU PPh].
Penentuan besaran pajak di atas berlaku standar pada setiap produk reksa dana yang ada di pasar modal Indonesia.
2.1.5. Kinerja Reksa Dana Saham
Pengukuran kinerja dilakukan untuk melakukan evaluasi portofolio secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengukuran akan menunjukkan keberhasilan manajer dalam mencapai tujuan investasi yang telah ditetapkan dan dapat pula dipakai untuk melakukan komparasi dengan suatu benchmark maupun portofolio lainnya.
Penilaian kinerja reksa dana tidak semata-mata didasarkan pada tingkat pengembalian (return) yang diperoleh, karena posisi atau peringkat kinerja suatu reksa dana lebih tergantung pada target tingkat risiko yang terkandung dalam portofolio reksa dana tersebut, perbandingannya dengan kinerja pasar saat ini, dan tingkat keahlian Manajer Investasi.
Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio terdapat dua cara, yaitu:
pertama, melakukan perbandingan langsung (direct comparison/ raw performance). Cara ini dilakukan dengan membandingkan kinerja suatu portofolio
yang biasanya diwakili oleh reksa dana (mutual fund) terhadap portofolio lain yang mempunyai risiko yang kurang lebih sama. Biasanya menggunakan tolok ukur (brenchmark) tertentu. Misalnya: reksa dana saham menggunakan tolok ukur IHSG. Kedua, menggunakan parameter tertentu, misalnya: Sharpe measure, Treynor measure dan Jensen measure.
(32)
2.1.5.1. Sharpe’s Measure
Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan reward-to-variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga (benchmark), yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Premi risiko adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh portofolio dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset).
Standar deviasi merupakan risiko fluktuasi portofolio yang dihasilkan karena berubah-ubahnya return yang dihasilkan dari subperiode ke subperiode lainnya selama seluruh periode. Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko pasar (systematic/market risk) dan unsystematic risk).
Indeks Sharpe dapat digunakan untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Investasi pada SBI tidak mengandung risiko dengan kinerja investasi tertentu. Investasi pada portofolio mengandung risiko sehingga diharapkan memberikan hasil investasi lebih besar daripada kinerja investasi bebas risiko. Indeks Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko yang diambil. Peringkat kinerja portofolio dapat dilakukan dengan menggunakan indeks Sharpe ini.
(33)
RAVR =
Metode Sharpe dikenal pula dengan istilah RVAR (reward to variability
ratio), yang digunakan untuk mengukur kinerja portofolio dengan menghitung
rasio excess portfolio return dengan deviasi standar.
Tujuan dari analisis koefisien Sharpe adalah mengukur sejauh mana diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan keuntungan dengan risiko tertentu.
Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Pengertiannya adalah investasi pada SBI tidak mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf dan investasi pada portofolio reksa dana pendapatan tetap mengandung risiko, sehingga diharapkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari Rf . Sharpe mengukur berapa perbedaan (Rp - Rf ) atau risk premium yang dihasilkan untuk tiap unit risiko yang diambil. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja reksa dana. Untuk mendapatkan nilai Sharpe dipergunakan rumus sebagai berikut (Pratomo dan Nugraha, 2009: 204)
(TRp – Rf) SDp
RVAR = Excess return / Risk dimana,
TRp = rata-rata total return portofolio selama periode t; Rf = rata-rata risk free rate of return selama periode t;
SDp = deviasi standar return untuk portofolio p selama periode t; TRp – Rf = excess return (premium risk) portofolio p.
(34)
2.1.5.2. Treynor’s Measure
Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor. Indeks ini sering juga disebut reward to volatility ratio. Sama halnya dengan indeks Sharpe, kinerja portofolio pada indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya dengan indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga, bukan garis pasar modal seperti pada indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta).
Cara mengukur indeks Treynor pada dasarnya sama dengan cara menghitung indeks Sharpe, hanya risiko yang diukur dengan standar deviasi pada indeks Sharpe diganti dengan beta portofolio. Beta portofolio diperoleh dengan metode regresi linier. Semakin tinggi indeks Treynor yang dimiliki sebuah portofolio, berarti kinerja portofolio tersebut akan menjadi relative lebih baik dibandingkan dengan portofolio yang mempunyai indeks Treynor yang lebih rendah.
Pengukuran kinerja dengan menggunakan indeks Sharpe dan indeks Treynor bersifat komplementer karena memberikan informasi yang berbeda. Pilihan indeks mana yang akan digunakan tergantung pada persepsi investor terhadap tingkat diversifikasi dari portofolio tersebut. Dalam indeks Sharpe, risiko yang dianggap relevan adalah risiko total (penjumlahan risiko sistematis dan
(35)
ROVL =
risiko tidak sistematis), sedangkan pada indeks Treynor hanya menggunakan risiko sistematis (beta).
Tujuan dari analisis kooefisien Treynor adalah mengukur sejauh mana diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan keuntungan dengan risiko sistematik relatif terhadap risiko pembanding. Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium (Rp - Rf ), seperti halnya Sharpe. Namun, dalam Treynor digunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko sistematik atau juga disebut risiko pasar.
Pengukuran Treynor menghubungkan rata-rata excess portfolio return selama beberapa periode dengan risiko sistematik yang diukur dengan beta portofolio. Hasil perhitungan akan menunjukan excess return per unit dari risiko sistematis, bila diperoleh RVOL yang tinggi menunjukkan adanya kinerja portofolio yang baik. Sebaliknya RVOL yang rendah menunjukkan kinerja portofolio yang kurang baik. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui atau memberi peringkat portofolio atas dasar RVOL, sehingga dapat diketahui portofolio yang baik. Formula untuk menghitung RVOL (reward to volatility
ratio) adalah sebagai berikut (Pratomo dan Nugraha, 1996: 205)
dimana,
(TRp – Rf) Bp
ROVL = rata-rata excess return portofolio p;
TRp = nilai rata-rata bulanan total return portofolio p; Rf = nilai rata-rata bulanan return dari risk-free rate;
(36)
2.1.5.3. Jensen’s Measure
Pengukuran Jensen α bertujuan untuk menghitung tingkat pengembalian di atas CAPM dengan melihat dari beta dan tingkat pengembalian di atas pasar (the
measure of differential return), atau dengan kata lain mengukur nilai alpha (α). Pengukuran tersebut untuk menilai kinerja manajer investasi yang didasarkan atas seberapa besar manajer investasi mampu memberikan tingkat pengembalian di atas tingkat pengembalian pasar. Makin tinggi nilai α positif, makin baik kinerjanya.
Untuk penilaian kinerja portofolio dengan metode Jensen ini digunakan formula sebagai berikut (Pratomo dan Nugraha, 2009: 206) :
KinerjaRD – KinerjaRF = Alfa + β x (Kinerjap-KinerjaRF) dimana:
Alfa = Nilai Perpotongan Jensen KinerjaRD = Kinerja Reksa Dana
KinerjaRF = Kinerja Investasi Bebas Risiko Kinerjap = Kinerja Pasar
β = Slope Persamaan Garis Hasil Regresi Linear
Persamaan di atas mengidentifikasi risk premium untuk portofolio p yang seharusnya proporsional dengan risk premium pada portofolio pasar. Metode pengukuran kinerja Jensen ini dapat diestimasi dengan meregresikan portfolio
excess return dengan market excess return, sehingga akan menghasilkan characteristic line.
(37)
Dalam Sharpe’s Measure standar deviasi merupakan risiko fluktuasi porofolio yang disebabkan oleh perubahan return dari subperiode ke subperiode yang lain. Return reksa dana diperoleh dari aktivitas reksa dana dengan atribut-atribut di dalamnya. Sehingga dalam penelitian ini varibel-variabel seperti
Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana dan Cash Flow yang
merupakan komponen penghasil return relevan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap Kinerja Reksa dana.
2.1.6. Expense Ratio
Dalam reksa dana terdapat tiga kategori besar biaya reksa dana yang dibayarkan dari aset reksa dana. Pertama dan yang paling besar adalah fee manajemen yang dibayarkan kepada advisor investasi. Biaya ini meliputi jasa riset dan analisis sekuritas dan investment advisory. Kedua adalah biaya selain biaya administratif yang berasal dari ketentuan record keeping dan jasa transaksi kepada pemegang saham. Jasa ini meliputi penyediaan laporan pembayaran deviden, penyediaan jasa kustodian dan pembayaran pajak lokal, auditing konsultan hukum dan fee direktur. Ketiga adalah biaya yang dikenal dengan sebutan 12-b fee yang merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Sekurities Exchange Commision (SEC) yang mengatur biaya yang dialokasikan pada iklan, pemasaran dan jasa distribusi. Di Indonesia reksa dana juga mempunyai struktur biaya yang tidak jauh berbeda.
Terdapat juga tiga kelompok biaya reksa dana. Pertama, biaya yang menjadi beban Manajer Investasi. Kedua, biaya yang menjadi beban reksa dana. Ketiga, biaya yang menjadi beban investor.
(38)
2.1.6.1. Pengaruh Expense Ratio Terhadap Kinerja Reksa dana
Dalam perhitungan Expense Ratio hanya digunakan biaya operasional (termasuk biaya manajemen dan administratif) reksa dana. Expense Ratio merupakan perbandingan biaya operasional reksa dana dengan total dana yang dikelola. Pengukuran kinerja sebuah reksa dana tidak lepas dari besarnya tingkat imbal hasil investasi pada reksa dana yang diukur dengan kenaikan atau penurunan nilai aktiva bersih. Expense Ratio secara periodik mengurangi portofolio, yang akhirnya mengurangi nilai aktiva bersih. Rasio beban mengungkapkan persentase aset dikurangi setiap tahun fiskal untuk biaya dana, termasuk 12b-1, biaya manajemen, biaya administrasi, biaya operasi, dan semua aset berbasis biaya lainnya yang terjadi dengan dana tersebut. Sehingga tingkat imbal hasil reksa dana sama dengan imbal hasil kotor portofolio dikurangi total
Expense Ratio. Jadi dengan semakin tinggi total biaya yang diperlukan dalam
pengelolaan portofolio reksa dana maka akan menurunkan hasil investasi dari investor yang tercermin dari penurunan return reksa dana.
2.1.7. Turnover Ratio
Ratio perputaran (Turnover Ratio) merupakan perbandingan antara penjualan atau pembelian mana yang lebih kecil dengan total aset yang dimiliki reksa dana. Rasio ini digunakan untuk mengukur trading activity dari suatu portofolio reksa dana. Melalui rasio tersebut dapat digambarkan perubahan isi portofolio reksa dana. Angka perbandingan tersebut menggambarkan style manajer investasi dalam mengelola reksa dana, apakah aktif dan berorientasi jangka pendek atau pasif dan berorientasi jangka panjang. Reksa dana dengan
(39)
rasio perputaran yang tinggi menunjukkan perubahan portofolio dari reksa dana tersebut tinggi, artinya manajer investasi melakukan aktifitas pembelian maupun penjualan isi portofolio dengan frekuensi yang tinggi dalam usaha mengantisipasi perubahan pasar. Sedangkan angka Turnover Ratio yang kecil menggambarkan strategi pasif yang dilakukan oleh Manajer Investasi, tidak banyak melakukan perubahan pada isi portofolionya. Manajer yang mengadopsi strategi pasif bertujuan untuk menyusun portofolio sesuai dengan prefensi risiko atau pola arus kas yang mereka inginkan.
Portofolio turnover memiliki dampak yang besar terhadap keberhasilan reksa dana. Jumlah omset dalam portofolio mengacu pada seberapa sering efek dalam portofolio dibeli dan dijual. Sebuah rasio turnover yang tinggi berarti bahwa dana tersebut sangat aktif dan sering membeli dan menjual. Sebuah rasio turnover yang rendah berarti bahwa pembelian portofolio efek dan kemudian memegang mereka untuk jangka panjang.
2.1.7.1. Pengaruh Turnover terhadap Kinerja Reksa dana
Reksa dana yang mempunyai rasio perputaran yang sangat tinggi, menunjukkan bahwa manajer investasi melakukan aktivitas pembelian maupun penjualan portofolio dengan frekuensi tinggi. Kinerja reksa dana yang baik terjadi pada reksa dana dengan tradding activity yang tinggi. Semakin tinggi tingkat perputaran portofolio maka semakin besar return yang mungkin didapatkan. Menurut Grinblatt dan Titman (dalam Pratiwi, 2010:58), pengaruh koefisien
turnover menunjukkan adanya kinerja yang superior, secara tidak langsung
(40)
banyak unrtuk mengambil keuntungan dari superior informasi yang mereka punya.
Dengan tingginya Turnover Ratio berarti manajer investasi benar-benar mengantisipasi perubahan pasar seperti berbagai isu yang ada, serta kondisi ekonomi yang kemudian akan mempengaruhi harga aset dalam portofolionya.
Trading activity yang tinggi menggambarkan usaha manajer investasi dalam
mewujudkan return yang maksimal dengan melakukan perdagangan pada saat yang tepat.
2.1.8. Ukuran Reksa dana
Ukuran reksa dana merupakan salah satu alat ukur besar kecilnya reksa dana berdasarkan dana yang dikelola. Total Net Asset yang menggambarkan ukuran reksa dana mempresentasikan jumlah kapitalisasi reksa dana. Menurut Philpot (dalam Pratiwi: 1998, 59) yang melakukan penelitian terhadap reksa dana obligasi mengungkapkan bahwa pengaruh dari size terhadap return dapat dievaluasi secara langsung dengan mengukur hubungan antara net asset reksa dana dengan return reksa dana.
Dana yang dikelola oleh Manajar Investasi merupakan financial. Pertambahan jumlah dana akan meningkatkan net return. Penyebabnya adalah dengan dana yang besar perusahaan dapat melakukan transaksi dengan volume yang lebih besar, komisi untuk broker akan menjadi lebih kecil dan overhead tidak meningkat secara proporsional dengan peningkatan jumlah dana.
Namun, investor perlu juga mencermati, bahwa reksa dana dengan jumlah dana yang kecil belum tentu tidak menarik, karena mungkin saja reksa dana
(41)
tersebut memberikan kinerja yang tak kalah menariknya dari pada reksa dana dengan aset yang besar.
Satu hal yang menyebabkan suatu reksa dana dibanjiri dana masuk adalah perilaku investor yang berbondong-bondong mengejar produk berkinerja bagus ini biasanya terjadi pada reksa dana saham. Jika suatu reksa dana saham memiliki kinerja historis yang fantastis, biasanya reksa dana ini pun langsung laris manis diburu para investor.
2.1.8.1 Pengaruh Ukuran Reksa dana terhadap Kinerja Reksa dana
Ibarat mesin produksi yang bisa menghasilkan barang lebih murah bila jumlah yang diproduksi bertambah banyak. Pratomo dan Nugraha (2009) mengatakan bahwa semakin besar jumlah aset yang dikumpulkan sebuah reksa dana, seharusnya akan memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi pada reksa dana tersebut dalam memberikan pelayanan terbaik kepada nasabahnya. Semakin besar aset akan semakin memudahkan terciptanya economic of scale yang dapat berdampak pada penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan biaya lainnya. Juga biaya tetap seperti biaya auditor, dengan semakin besarnya dana yang dikelola secara persentase akan juga menurun. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan kepada investor.
Besar kecilnya ukuran suatu reksa dana akan mempresentasikan jumlah kapitalisasi pasar reksa dana. Dalam banyak penelitian yang dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh ukuran terhadap excess return mengindikasikan bahwa ukuran yang lebih besar akan menyebabkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan
(42)
akan lebih kecil dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang lebih kecil.
2.1.9. Cash Flow
Secara ringkas, arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan seperti yang dinyatakan dalam SAK adalah sebagai berikut ;
1. Arus Kas dari aktivitas operasi:
a. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa.
b. Penerimaan Kas dari royalty, fee, komisi dan pendapatan lain. c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
d. Pembayaran Gaji Karyawan
e. Penerimaan dan pengeluaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan
f. premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya.
g. Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan
h. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak untuk tujuan transaksi dan perdagangan.
2. Arus Kas dari aktivitas Investasi
a. Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang.
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan c. Perolehan saham atau instrument keuangan lain
d. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya.
(43)
e. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts dan swap contracts.
3. Arus Kas dari aktivitas pendanaan
a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrument lainnya.
b. Pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik dan menebus saham perusahaan.
c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya.
d. Pelunasan pinjaman
e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha.
2.1.9.1 Pengaruh Cash Flow terhadap Kinerja Reksa Dana
Cash Flow menunjukkan total penghasilan dan dari mana saja sumbernya
serta total pengeluaran dan kemana saja uang tersebut dibelanjakan. Pola normal arus kas masuk positif atau arus kas keluar negative yang dilaporkan pada laporan arus kas berbeda-beda dari tiap aktivitas. Dari aktivitas operasi kebanyakan perusahaan menghasilkan arus kas positif, apabila arus kas negative dari aktivitas operasi pada suatu periode adalah indikator adanya masalah yang serius atau sebagai akibat besarnya kas keluar untuk peluncuran suatu produk.
Cash Flow mengekspresikan laba bersih ditambah depresiasi, yang secara
aktual didistribusikan kepada investor, yakni setelah perusahaan menanamkan invesatasi di fixed asset dan modal kerjanya yang penting untuk kelanjutan operasi. Jadi nilai perusahaan berhubungan dengan kemampuannya menghasilkan
(44)
arus kas. Sehingga jika arus kasnya meningkat nilai perusahaan akan naik, yang selanjutnya juga akan menaikkan harga saham.
Syarat utama dalam melakukan investasi adalah Cash Flow harus positif karena jika Cash Flow negatif maka tidak ada dana yang akan diinvestasikan. Aliran kas masuk yang tinggi akan meningkatkan pendapatan investasi sehingga akan memperbaiki kinerja reksa dana itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan O’neal, dan Page (dalam Pratiwi, 2010: 64) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara Cash Flow dengan reksa dana yang memiliki kinerja sedang dan tinggi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Pratiwi, dengan judul penelitian “Pengaruh Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana, dan
Cash flow Terhadap Kinerja Reksa dana (Periode Tahun 2005-2007)”, Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Expense Ratio, Turnover
Ratio, Ukuran Reksa dana dan Cash Flow terhadap kinerja reksa dana dengan
menggunakan Sharpe’s Index. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan NAB, expense Ratio, Turnover Ratio dan Cash Flow dari 27 reksa dana pada periode 2005-2007. Dua puluh tujuh reksa dana dengan periode pengamatan selama 3 tahun meliputi 8 reksa dana saham, 9 reksa dana pendapatan tetap, dan 12 reksa dana campuran.
Hasil pengujian menunjukkan secara simultan karakteristik Expense Ratio,
(45)
Reksa dana sebesar 22%. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan Expense
Ratio, Turnover Ratio dan Ukuran Reksa dana berpengaruh positif terhadap
kinerja dan Cash Flow berpengaruh secara negatif terhadap kinerja Reksa dana. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Hutagalung, dengan judul penelitian “Analisis Perbedaan Kinerja Reksa dana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Menggunakan Metode Sharpe dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia”, menyatakan bahwa:
1. Tidak terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap kinerja IHSG secara signifikan dengan menggunakan metode Sharpe. Artinya secara keseluruhan risk premium yang diperoleh reksadana saham yang menjadi sampel penelitian sepanjang tahun 2006 sampai tahun 2008 sama dengan
risk premium yang diperoleh pasar (IHSG) per unit resiko totalnya.
2. Tidak terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap kinerja IHSG secara signifikan dengan menggunakan metode Treynor. Artinya secara keseluruhan risk premium yang diperoleh reksadana saham yang menjadi sampel penelitian sepanjang tahun 2006 sampai tahun 2008 sama dengan
risk premium yang diperoleh pasar (IHSG) per unit resiko totalnya.
2.3 Kerangka Konseptual
Sharpe’s Measure yang digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana dalam penelitian ini membagi premi portofolio dengan standar deviasi. Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko pasar (systematic/market risk) dan unsystematic risk.
(46)
Standar deviasi juga merupakan risiko fluktuasi portofolio yang dihasilkan karena berubah-ubahnya return yang dihasilkan dari subperiode ke periode lainnya selama seluruh periode. Return yang berubah-ubah tersebut tentunya disebabkan oleh adanya aktifitas Manajer Investasi di dalam mengelola reksa dana. Banyaknya dana yang dikelola, bagaimana pola Manajemen Investasi dalam mengelola dana tersebut dan atribut seperti biaya pengelolaan menjadi penting diamati karena berpengaruh pada perolehan return. Oleh karena hal tersebut penelitian ini menggunakan variabel Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksadana dan Cash Flow.
Kerangka pemikiran yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber: Pratomo dan Nugraha, 2009: diolah
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Expense Ratio (X1)
Kinerja Reksadana Saham (Y) Turnover Ratio (X2)
Ukuran Reksa Dana (X3)
(47)
2.4 Hipotesis
Atas dasar tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran teoritis, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana, dan Cash
Flow terhadap kinerja Reksa dana Saham dengan menggunakan metode Sharpe di
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanasi yang berbentuk asosiatif, yakni penelitian yang menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2007:13).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap data Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit reksa dana saham yang terdaftar di Bapepamlk (Badan Pengawas Modal dan Lembaga Keuangan) Departemen Keuangan. Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2011 sampai dengan Agustus 2011.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Reksa dana yang diteliti dan diukur adalah reksa dana saham
b. Metode yang digunakan dalam mengukur kinerja reksa dana saham adalah Metode Sharpe.
(49)
3.4 Definisi Operasional
Berdasarkan konsep-konsep dasar teori, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana dan Cash Flow.
3.4.1 Kinerja Reksa dana
Kinerja reksa dana diukur dengan menggunakan Sharpe’s Performnce Index (SPI). Berdasarkan definisi Sharpe’s Performance Index sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa (Pratomo dan Nugraha, 2009: 20)
RAVR = (TRp – Rf) SDp dimana,
RVAR = Excess return / Risk
TRp = rata-rata total return portofolio selama periode t; Rf = rata-rata risk free rate of return selama periode t;
SDp = deviasi standar return untuk portofolio p selama periode t; TRp – Rf = excess return (premium risk) portofolio p.
Maka untuk menggunakan rumus SPI harus terlebih dahulu mengumpulkan data tentang:
1. Tingkat pengembalian rata-rata aktiva (reksa dana)
2. Tingkat pengembalian investasi bebas risiko (Rf), biasanya bunga deposito bank pemerintah.
(50)
Standar deviasi merupakan risiko fluktuasi reksa dana yang dihasilkan karena berubah ubahnya laba yang dihasilkan dari sub periode yang lain selama seluruh periode. Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko pasar (systematic/market risk) dan unsystematic risk. Dengan membagi risk premium yang dihasilkan per unit dengan standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Jika investasi pada SBI tidak mengandung risiko, maka dapat diharapkan akan menghasikan investasi lebih besar dari pada kinerja investasi bebas risiko.
Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh untuk tiap unit risiko yang diambil. Makin tinggi nilai rasio Sharpe makin baik kinerja reksa dana.
3.4.2 Expense Ratio
Expense Ratio merupakan perbandingan antara biaya operasional reksa
dana terhadap total dana yang dikelola. Rasio ini menjadi pembanding biaya yang harus dibayar investor setiap tahunnya (Iman, 2008:117).
) N
dimana,
TBt = total biaya reksa dana Abt = Aktiva bersih reksa dana N = Jumlah periode waktu
(51)
Di dalam Laporan Keuangan reksa dana expense ratio telah dicantumkan sebagai ihktiar keuangan.
3.4.3 Turnover Ratio
Turnover Ratio merupakan dihitung dengan membagi total penjualan atau
pembelian yang lebih kecil dibagi dengan total aktiva Reksadana (Dahlquist dalam Pratiwi, 2010:70)
Rata-rata aset
3.4.4 Ukuran Reksa dana
Ukuran reksa dana merupakan salah satu alat ukur besar kecilnya reksa dana berdasarkan dana yang dikelola. Adapun dalam penelitian ini ukuran reksa dana dihitung berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan. Aktiva bersih dihitung dengan mengurangkan kewajiban dari total aktiva reksa dana. Setelah nilai aktiva bersih diperoleh kemudian diubah ke dalam bentuk log, agar nilainya tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan variable yang lain (Wahyudi dalam Pratiwi, 2010:71). Nilai aktiva bersih (NAB) sudah tersedia pada data yang dari Bapepam-LK.
Aktiva bersih = Total aktiva – Kewajiban Ukuran (size) = Log Aktiva Bersih
(52)
3.4.5 Cash Flow
Menurut Barber, Odan, dan Lu Zheng (dalam Pratiwi, 2010:60) aliran
Cash Flow dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
dimana,
TNAst = Total Aktiva reksa dana saham pada tahun t
TNAs,t-1 = Total Aktiva reksa dana sahampada tahun sebelumnya Rst = Return reksa dana saham pada tahun t
N = Jumlah periode waktu observasi
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan semua nilai baik dari hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Usman, 2000:43). Tujuan diadakannya populasi adalah agar dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari populasinya dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Populasi yang diambil sebagai objek penelitian ini adalah seluruh Reksa dana Saham yang menjalankan aktivitasnya dan terdaftar di Bapepam-LK yaitu sebanyak 75 (tujuh puluh lima) reksa dana saham.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang krakteristiknya diduga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Teknik sampling yang digunakan adalah purpose sampling dimana pengambilan
(53)
elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan sengaja, berdasarkan pertimbangan karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu (Umar, 2007:107).
Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Reksa dana saham yang diteliti adalah reksa dana saham konvensional dengan bentuk hukum reksadana Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK) yang masih aktif di Bapepamlk.
2. Memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan
Tabel 3.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Reksa dana saham yang terdaftar di Bapepamlk 75 Reksa dana saham syariah yang terdaftar di
bapepamlk
(9) Reksa dana saham yang tidak memiliki data yang
lengkap
(42)
Jumlah Sampel 24
Sumber: Tabel 3.2
Sampel Reksa Dana Saham Yang Akan Diteliti
NO REKSA DANA MANAJER INVESTASI
1 AAA Blue Chip Value Fund PT. Andalan Artha Advisindo Sekuritas 2 CIMB Principal Equity Aggressive PT. CIMB Principal Asset Management 3 FS Indo Equity Dividend Yield Fund PT. First State Investment Indonesia 4 FS Indo Equity Value Select Fund PT. First State Investment Indonesia 5 First State Indo Equity Peka Fund PT. First State Investment Indonesia 6 Manulife Saham Andalan PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia 7 Manulife Dana Saham PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia 8 Phinisi Dana Saham PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia 9 Reksa dana Millenium Equity PT. Millenium Danatama Indonesia 10 NISP Indeks Saham Progresif PT. NISP Sekuritas
11. BNI Reksa dana Berkembang PT. BNI Management Asset
12. Reksa dana Jisawi Saham PT. Jisawi Finas Fund Management Co. 13. BNP Paribas Ekuitas PT. BNP Paribas Investment Partners 14. FS Indoequity Sectoral Fund PT. First State Investment Indonesia 15. Reksa Dana AXA Citradinamis PT. AXA Asset Management Indonesia 16. Reksa Dana BNP Paribas Solaris PT. BNP Paribas Investment Partners
(54)
17. Reksa Dana Schroder Dana Prestasi PT. Schroder Investment Management Indo 18. Bahana Dana Prima PT. Bahana TWC Investment Management 19. RD Schroder 90 Plus Equity Fund PT. Schroder Investment Management Indo 20. Batavia Dana Saham Agro PT. Batavia Prosperindo Asset Management 21. BNP Paribas Infrastruktur Plus PT. BNP Paribas Investment Partners 22. BNP Paribas Star PT. BNP Paribas Investment Partners 23. Reksa Dana GMT Dana Ekuitas PT. GMT Aset Manajemen
24. Danareksa Mawar PT Danareksa Investment Management Sumber:
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data tersebut diperoleh dari website resmi Bapepam-LK dan BI. Berikut adalah data beserta sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Daftar Reksa Dana Saham yang aktif dalam periode penelitian (2007-2010) yang diperoleh dari Bapepam-LK.
2. NAB/unit sampel penelitian selama periode 2007-2010 yang diperoleh dari Bapepam-LK
3. Total net asset masing-masing sampel yang diperoleh dari Bapepam-LK. 4. Laporan keuangan tahunan untuk memperoleh data Turnover Ratio, Expense
(55)
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan mendokumentasikan data yang diambil dari beberapa sumber antara lain Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan situs Bank Indonesia dengan situs www.bi.go.id dan Bursa Efek Indonesia dengan situs jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.8.1. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis di mana data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara obyektif.
3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganlisis pengaruh dari variabel independen yaitu Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow terhadap Kinerja Reksa Dana.
Dari penjelasan sebelumnya maka persamaan regresi diformulasikan sebagai berikut (Ghozali 2006):
(56)
Y= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana :
Y = Kinerja Reksa Dana Saham (Index Sharpe) X1 = Expense Ratio
X2 = Turnover Ratio X3 = Ukuran Reksa Dana X4 = Cash Flow
b1,2,3,4= Koefisien regresi
α = konstanta e = standar eror
3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik
Adapun syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi linear berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah data terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis kolmogrov-Smirnov. Apabila diperoleh nilai signifikan uji Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka uji normalitas terpenuhi (Situmorang et al, 2010:97)
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan penyimpangan asumsi klasik yang pertama, artinya ada hubungan linear yang sempurna (pasti) diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Multikolinearitas digunakan untuk
(1)
Tabel Pengolahan Cash Flow (CF)
Th
n
No
Nama Reksa Dana
TNAst - TNAs, t - 1
(1+Rst)
TNAs, t - 1 / N
(CF)
2
0
0
7
1.
AAA Blue Chip value Fund 14,914,590,963.5706 43,316,475,693.36/4 0.08602.
CIMB Principal Equity Agg. 49,288,319,814.21 43,912,114,761.00/4 0.28063.
FSIE Dividend Yield Fund 16,524,687,868.32 41,281,028,508.00/4 0.10004.
FSIE Value Select Fund 7,145,855,706.9522 281,712,412,854.86/4 0.00635.
FSIE Peka Fund 117,359,455,134.918 192,107,860,474.40/4 0.15286.
Manulife Saham Andalan 444,848,830,864.5 1,176,743,830,732.00/4 0.09457.
Manulife Dana Saham 2,253,267,602,885.85 1,169,535,004,222.00/4 0.48168.
Phinisi Dana Saham 51,516,058,065.51 70,063,933,742.00/4 0.18389.
RD Millenium Equity 3,965,297,671.9404 10,655,759,662.12/4 0.093110.
NISP Indeks Saham Progresif 11,931,000,000.00 952,949,966.87 3.130011.
BNI Reksa dana Berkembang -41,213,471,335.4703 105,812,899,524.58/4 -0.097312.
Reksa dana Jisawi Saham 11,106,269,425.9245 9,794,048,781.96/4 0.283413.
BNP Paribas Ekuitas 6,594,234,808,272.93 526,621,537,986.00/4 3.130414.
FS Indoequity Sectoral Fund 1,098,623,324,733.15 453,774,441,543.00/4 0.605215.
AXA Citradinamis 19,895,092,209.45 42,133,694,224.00/4 0.11816.
BNP Paribas Solaris 429,612,446.76 4,006,450,801.00/4 0.026817.
RD Schroder Dana Prestasi 163,893,269,851.3794 26,886,800,349.10/4 1.523918.
Bahana Dana Prima 183,545,167,600.08 100,216,679,657.00/4 0.457819.
Panin Dana Prima 115,856,437,326.87 63,062,228,163.00/4 0.459220.
Batavia Dana Saham Agro 46,494,000,000.00 20,974,805,140.00/4 0.520721.
BNP Paribas Infrastruktur 6,653,676,662,631.763 90,176,902,605.88/4 18.448122.
BNP Paribas Star 6,594,234,808,272.93 526,621,537,986.00/4 3.130423.
GMT Dana Ekuitas 543,839,631,871.56 165,615,904,458.00/4 0.820924.
Danareksa Mawar 75,549,808,430.8305 4,999,094,309.05/4 3.77812
0
0
8
1.
AAA Blue Chip value Fund -25,315,617,045.234 55,442,159,403.58/4 -0.1152.
CIMB Principal Equity Agg. -63,552,652,505,25 83,983,919,488.00/4 -0.18913.
FSIE Dividend Yield Fund -29,265,417,051.39 54,715,734,092.00/4 -0.13374.
FSIE Value Select Fund -169,529,208,002,0739 287,522,051,641.00/4 -0.14745.
FSIE Peka Fund 55,442,159,403.58 61,510,248,849.98/4 -0.06386.
Manulife Saham Andalan 1,294,100,752,062.7851 1,538,409,546,882.00/4 -0.09697.
Manulife Dana Saham -123,866,725,972.9591 3,001,459,884,617.00/4 -0.17698.
Phinisi Dana Saham -67,659,192,208.6674 111,946,907,779.00/4 -0.18039.
RD Millenium Equity -11,431,717,301.6469 13,879,578,907.60/4 -0.205910.
NISP Indeks Saham Progresif 93,797,649,945.3876 10,652,949,966.87 /4 2.201211.
BNI Reksa dana Berkembang -56,609,180,735.9388 72,306,012,259.97 /4 -0.195712.
Reksa dana Jisawi Saham -12,233,879,430.6957 18,823,536,120.11/4 -0.030313.
BNP Paribas Ekuitas -2,982,406,315,943.4432 5,887,788,048,777.00/4 -0.1266(2)
14.
FS Indoequity Sectoral Fund -297,401,772,116.868 1,346,964,136,448.00/4 -0.055115.
AXA Citradinamis -35,211,576,537.3801 58,308,565,939.00/4 -0.150916.
BNP Paribas Solaris -2,970,039,011.7606 4,355,729,213.00/4 -0.170417.
RD Schroder Dana Prestasi -18,353,363,851.0698 160,133,361,203.88/4 -0.028618.
Bahana Dana Prima -105,848,109,621.8121 249,440,393,153.00/4 -0.086219.
Panin Dana Prima -127,951,013,450.2191 157,254,453,632.00/4 -0.203420.
Batavia Dana Saham Agro -1,584,130,551.156 58,774,805,140.00/4 -0.006721.
BNP Paribas Infrastruktur -3,786,864,551,438.5506 5,499,670,124,257.72/4 -0.172122.
BNP Paribas Star -2,982,406,315,943.4432 5,887,788,048,777.00/4 -0.126623.
GMT Dana Ekuitas -369,593,093,025.222 607,761,946,630.00/4 -0.15224.
Danareksa Mawar -62,695,443,861.1368 66,421,702,789.40/4 -0.23592
0
0
9
1.
AAA Blue Chip value Fund 24,604,376,037.8874 34,860,356,927.78 /4 0.17642.
CIMB Principal Equity Agg. 54,224,548,660.1364 32,315,096,313.00/4 0.41943.
FSIE Dividend Yield Fund 27,687,947,543.34 30,922,712,099.00/4 0.22384.
FSIE Value Select Fund 55,956,216,413.298 149,693,427,249.07/4 0.93455.
FSIE Peka Fund 16,073,548,749.8424 9,877,292,680.52/4 0.38416.
Manulife Saham Andalan 1,218,375,155,360.31 1,053,609,533,426.00/4 0.28907.
Manulife Dana Saham 10,927,411,807,961.64 1,274,738,969,191.83/4 0.21438.
Phinisi Dana Saham 65,444,515,869.3054 56,939,434,438.62/4 0.28739.
RD Millenium Equity 10,921,793,896.8237 4,585,499,800.57/4 0.595410.
NISP Indeks Saham Progresif 43,094,756,003.8992 86,911,201,954.99 /4 0.123911.
BNI Reksa dana Berkembang 26,282,288,084.41 26,282,288,084.41/4 0.234612.
Reksa dana Jisawi Saham 16,073,548,749.8424 8,877,292,680.52/4 0.452613.
BNP Paribas Ekuitas 4,004,130,865,533.117 3,463,067,466,709.16/4 0.289014.
FS Indoequity Sectoral Fund 958,922,668,392.9948 1,105,174,077,816.40/4 0.216915.
AXA Citradinamis 29,915,491,430.6304 29,681,267,941.13/4 0.251916.
BNP Paribas Solaris 10,126,496,525.6088 1,941,063,349.78/4 1.304217.
RD Schroder Dana Prestasi 67,834,053,224.6769 145,211,927,178.62/4 0.116718.
Bahana Dana Prima 172,213,739,837.4957 163,385,019,476.73/4 0.263519.
Panin Dana Prima 39,304,838,231.6601 53,229,239,444.83/4 0.184620.
Batavia Dana Saham Agro 65,545,625,357.5608 57,486,894,122.80/4 0.285021.
BNP Paribas Infrastruktur 1,649,653,241,908.591 2,420,918,456,421.50/4 0.170322.
BNP Paribas Star 4,004,130,865,533.117 3,463,067,466,709.16/4 0.289023.
GMT Dana Ekuitas 338,401,892,694.4404 307,279,757,178.60/4 0.275324.
Danareksa Mawar 14,047,767,432.2985 15,449,797,211.24/4 0.22731.
AAA Blue Chip value Fund -30,751,617,480.3441 54,863,914,682.16/4 -0.14012.
CIMB Principal Equity Agg. -50,740,770,209.979 76,400,095,223.68/4 -0.1663.
FSIE Dividend Yield Fund 872,303,386.35 53,433,238,557.00/4 0.0044.
FSIE Value Select Fund -165,122,381,871.4773 195,186,286,121.67/4 -0.21145.
FSIE Peka Fund -25,315,617,045.234 55,442,159,403.58/4 -0.1166(3)
6.
Manulife Saham Andalan -134,304,044,725.95 2,044,158,440,223.00/4 -0.10642
0
1
0
7.
Manulife Dana Saham 429,612,446.76 4,006,450,801.00/4 0.05368.
Phinisi Dana Saham 30,440,270,147.883 110,146,357,909.60/4 0.0699.
RD Millenium Equity 20,885,616,896.6871 13,465,007,033.76/4 0.387710.
NISP Indeks Saham Progresif 46,493,192,219.5293 121,947,588,950.03/4 0.006911.
BNI Reksa dana Berkembang -15,106,550,048.0811 46,338,816,806.49/4 -0.081512.
Reksa dana Jisawi Saham 15,154,470,239.5017 21,945,218,493.40/4 0.172613.
BNP Paribas Ekuitas 480,427,202,129.751 6,718,458,414,297.06/4 0.017814.
FS Indoequity Sectoral Fund -442,815,641,601.3069 1,884,786,003,339.16/4 -0.058715.
AXA Citradinamis 44,703,075,745.4487 54,002,805,689.61/4 0.206916.
BNP Paribas Solaris 31,949,826,866.4576 10,173,987,354.34/4 0.78517.
RD Schroder Dana Prestasi 119,544,244,638.0591 200,361,563,946.65/4 0.149118.
Bahana Dana Prima 89,927,632,475.7525 303,396,190,076.32/4 0.074119.
Panin Dana Prima 13,549,228,070.325 85,184,392,478.70/4 0.039720.
Batavia Dana Saham Agro -69,839,376,465.8688 110,776,020,429.76/4 -0.157621.
BNP Paribas Infrastruktur -1,683,695,881,863.86 2,066,749,981,530.62/4 -0.138522.
BNP Paribas Star 480,427,202,129.751 6,718,458,414,297.06/4 0.017823.
GMT Dana Ekuitas 1,952,836,152,041.373 582,403,247,174.08/4 0.838224.
Danareksa Mawar -17,825,075,905.8471 26,870,746,343.19/4 -0.1658(4)
Tabel Pengolahan Kinerja Reksa Dana Saham
Tahun
No
Nama Reksa Dana
Excess Return Standar Deviasi
Return
KRDS
2
0
0
7
1. AAA Blue Chip value Fund 0.02519482 0.0547 0.4606 2. CIMB Principal Equity Agg. 0.0294005 0.0635 0.4630
3. FSIE Dividend Yield Fund 0.03230874 0.0603 0.5358
4. FSIE Value Select Fund 0.02874755 0.0611 0.4705
5. FSIE Peka Fund 0.03098025 0.0735 0.4215
6. Manulife Saham Andalan 0.03002769 0.0539 0.5571
7. Manulife Dana Saham 0.0232848 0.0560 0.4158
8. Phinisi Dana Saham 0.02250864 0.0539 0.4176
9. RD Millenium Equity 0.0248442 0.0564 0.4405
10. NISP Indeks Saham Progresif 0.02720123 0.0523 0.5201
11. BNI Reksa dana Berkembang 0.03788134 0.0721 0.5254
12. Reksa dana Jisawi Saham 0.01617165 0.0495 0.3267
13. BNP Paribas Ekuitas 0.03114156 0.0556 0.5601
14. FS Indoequity Sectoral Fund 0.03307836 0.0743 0.4452
15. AXA Citradinamis 0.01667402 0.0418 0.3989
16. BNP Paribas Solaris 0.0258489 0.0630 0.4103
17. RD Schroder Dana Prestasi 0.0291602 0.0691 0.422
18. Bahana Dana Prima 0.02857658 0.0529 0.5402
19. Panin Dana Prima 0.03238476 0.0673 0.4812
20. Batavia Dana Saham Agro 0.03017898 0.0702 0.4299
21. BNP Paribas Infrastruktur 0.0300832 0.0595 0.5056
22. BNP Paribas Star 0.0311658 0.0635 0.4908
23. GMT Dana Ekuitas 0.03138912 0.0672 0.4671
24. Danareksa Mawar 0.02850515 0.0635 0.4489
2
0
0
8
1. AAA Blue Chip value Fund 0.0301928 0.0752 0.4015
2. CIMB Principal Equity Agg. 0.0313794 0.0780 0.4023
3. FSIE Dividend Yield Fund 0.01995984 0.0498 0.4008
4. FSIE Value Select Fund 0.02206875 0.0535 0.4125
5. FSIE Peka Fund 0.02475225 0.0579 0.4275
6. Manulife Saham Andalan 0.04149425 0.0917 0.4525
7. Manulife Dana Saham 0.03477 0.0760 0.4575
8. Phinisi Dana Saham 0.22172675 0.4369 0.5075
9. RD Millenium Equity 0.0417321 0.0801 0.521
10. NISP Indeks Saham Progresif 0.0257022 0.0524 0.4905
11. BNI Reksa dana Berkembang 0.02882946 0.0726 0.3971
12. Reksa dana Jisawi Saham 0.03777455 0.0865 0.4367
13. BNP Paribas Ekuitas 0.035075 0.0625 0.5612
14. FS Indoequity Sectoral Fund 0.03024549 0.0669 0.4521
15. AXA Citradinamis 0.0317961 0.0735 0.4326
16. BNP Paribas Solaris 0.03113952 0.0796 0.3912
17. RD Schroder Dana Prestasi 0.02886716 0.0524 0.5509
(5)
19. Panin Dana Prima 0.04183212 0.0726 0.5762
20. Batavia Dana Saham Agro 0.02682306 0.0627 0.4278
21. BNP Paribas Infrastruktur 0.01545016 0.0362 0.4268
22. BNP Paribas Star 0.02282445 0.0435 0.5247
23. GMT Dana Ekuitas 0.043281 0.0756 0.5725
24. Danareksa Mawar 0.03763188 0.0731 0.5148
2
0
0
9
1. AAA Blue Chip value Fund 0.0259118 0.0524 0.4945
2. CIMB Principal Equity Agg. 0.02633869 0.0641 0.4109
3. FSIE Dividend Yield Fund 0.0212952 0.0456 0.467
4. FSIE Value Select Fund 0.03147275 0.0655 0.4805
5. FSIE Peka Fund 0.03369091 0.0671 0.5021
6. Manulife Saham Andalan 0.02793744 0.0522 0.5352
7. Manulife Dana Saham 0.0242784 0.0562 0.432
8. Phinisi Dana Saham 0.0356875 0.0625 0.571
9. RD Millenium Equity 0.035088 0.0680 0.516
10. NISP Indeks Saham Progresif 0.0303264 0.0702 0.432
11. BNI Reksa dana Berkembang 0.03223596 0.0761 0.4236
12. Reksa dana Jisawi Saham 0.0294148 0.0604 0.487
13. BNP Paribas Ekuitas 0.0293763 0.0543 0.541
14. FS Indoequity Sectoral Fund 0.01724076 0.0498 0.3462
15. AXA Citradinamis 0.0327936 0.0610 0.5376
16. BNP Paribas Solaris 0.0275886 0.0524 0.5265
17. RD Schroder Dana Prestasi 0.028836 0.0675 0.4272
18. Bahana Dana Prima 0.033097 0.0626 0.5287
19. Panin Dana Prima 0.035139 0.0775 0.4534
20. Batavia Dana Saham Agro 0.036447 0.0786 0.4637
21. BNP Paribas Infrastruktur 0.0186 0.0734 0.2534
22. BNP Paribas Star 0.012665 0.0538 0.2354
23. GMT Dana Ekuitas 0.023 0.0709 0.3244
24. Danareksa Mawar 0.01164 0.0459 0.2536
2
0
1
0
1. AAA Blue Chip value Fund 0.016595 0.0418 0.397
2. CIMB Principal Equity Agg. 0.019943 0.0490 0.407
3. FSIE Dividend Yield Fund 0.017839 0.0458 0.3895
4. FSIE Value Select Fund 0.026875 0.0509 0.528
5. FSIE Peka Fund 0.031587 0.0583 0.5418
6. Manulife Saham Andalan 0.029683 0.0554 0.5358
7. Manulife Dana Saham 0.022317 0.0482 0.463
8. Phinisi Dana Saham 0.031459 0.0683 0.4606
9. RD Millenium Equity 0.041555 0.0873 0.476
10. NISP Indeks Saham Progresif 0.035598 0.0647 0.5502
11. BNI Reksa dana Berkembang 0.030318 0.0652 0.465
12. Reksa dana Jisawi Saham 0.026054 0.0573 0.4547
(6)
14. FS Indoequity Sectoral Fund 0.026197 0.0550 0.4763
15. AXA Citradinamis 0.034083 0.0670 0.5087
16. BNP Paribas Solaris 0.035482 0.0768 0.462
17. RD Schroder Dana Prestasi 0.034067 0.0654 0.5209
18. Bahana Dana Prima 0.027358 0.0590 0.4637
19. Panin Dana Prima 0.032285 0.0675 0.4783
20. Batavia Dana Saham Agro 0.023879 0.0622 0.3839
21. BNP Paribas Infrastruktur 0.016108 0.0463 0.3479
22. BNP Paribas Star 0.02463 0.0564 0.4367
23. GMT Dana Ekuitas 0.033702 0.0743 0.4536
24. Danareksa Mawar 0.041632 0.0776 0.5365