BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva
keuangan financial assets merupakan salah satu bentuk dari investasi selain investasi pada aktiva nyata riil assets. Investasi pada aktiva keuangan adalah
investasi pada surat-surat berharga baik di pasar uang maupun di pasar modal, sedangkan investasi pada aktiva nyata dapat berupa investasi pada rumah, tanah,
dan emas. Investasi pada aktiva keuangan baik di pasar uang maupun pasar modal
tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Beberapa alasan yang mengakibatkan tidak semua orang dapat melakukannya adalah karena keterbatasan dana,
keterbatasan waktu dan juga keterbatasan pengetahuan mengenai instrumen investasi. Wadah investasi yang diciptakan untuk menarik para pemodal yang
memiliki keterbatasan dana, waktu atau pengetahuan tersebut adalah reksa dana. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27
mendefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pada pengertian tersebut terdapat tiga unsur penting, pertama adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua dana
tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga dana tersebut dikelola
Universitas Sumatera Utara
oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksa dana itu adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan pihak yang
dipercayakan untuk mengelola dana Mulyana, 2004:2. Sejak diperkenalkannya reksa dana di Indonesia pada tahun 1996 hingga
sekarang, reksa dana telah mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan, meskipun sempat mengalami penurunan ketika terjadi krisis ekonomi. Reksa dana
mulai diperkenalkan di Indonesia tepatnya pada tanggal 7 September 1995 ketika BAPEPAM memberikan pernyataan efektif atas sebuah reksa dana perseroan
bersifat tertutup, yakni PT. BDNI Reksa Dana. Berdasarkan data BAPEPAM 2010, pada akhir bulan Desember 2010 sudah tercatat sebanyak 619 reksa dana.
Padahal pada tahun 1996 baru berdiri sebanyak 25 reksa dana.
Tabel 1.1 Perkembangan Industri Reksa dana Periode 1996-2010
Periode Jumlah
Reksa dana
Pemegang Reksa dana
Unit Penyertaan Nilai Aktiva
Bersih NAB Rp Milyar
Jumlah Saham Unit yang Beredar
1996 25
2.441 2.782,32
1.942.232.210,52 1997
77 20.234
4.916,60 6.007.373.758,55
1998 81
15.482 2.992,17
3.680.892.097,26 1999
81 24.127
4.974,10 4.349.952.950,82
2000 94
39.487 5.515,95
5.006.049.769,66 2001
108 51.723
8.003,77 7.303.771.880,36
2002 131
125.820 46.613,83
41.665.523.049,21 2003
186 171.712
69.447,72 60.020.745.572,82
2004 246
299.063 104.037,82
84.700.701.702,71 2005
328 254.660
29.405,73 21.262.143.379,98
2006 403
202.991 51.620,08
36.140.102.795,60 2007
473 325.224
92.190,63 53.589.967.474,74
2008 603
352.429 74.065,81
60.976.090.770,24 2009
671 357.192
114.370,00 69.978.061.139,63
2010 619
353.704 149.099,00
66.154.785.442,89
Sumber: Bapepam.go.id pada tanggal 14 April 2011
Universitas Sumatera Utara
Memilih reksa dana yang akan memberikan pengembalian seperti yang diharapkan, membutuhkan cara pandang dan analisis yang tepat. Ada beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan investor ketika berinvestasi pada reksa dana. Pertimbangan utama investor pada umumnya adalah kinerja historis.
Pertimbangan lainnya adalah risiko, besarnya biaya, tinggi rendahnya harga atau NABUnit, besarnya aset yang dikelola reksa dana ukuran reksa dana, laporan
investasi dan komunikasi dengan manajer investasi Pratomo dan Nugraha, 2009:43.
Sebelum berinvestasi di reksa dana, perlu diketahui jenis reksa dana apa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan investasi. Jenis-jenis reksa dana yang
tersedia di Indonesia ada empat berdasarkan kategori instrumen dimana reksa dana melakukan investasi, karakteristik potensi keuntungan dan risikonya, yaitu:
reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham dan reksa dana campuran.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Jenis Reksa Dana Priode 2009-2010
Reksa Dana Jumlah Unit Penyertaan Juta
Jumlah Dana Kelolaan Milyar Desember
2009 Oktober
2010 Growth
Desember 2009
Oktober 2010
Growth
Pendapatan Tetap 10,904
14,901 36.65
14,664 22,894
56.12 Pasar Uang
5,220 7,495
43.59 5,220
7,495 43.58
Campuran 7,139
6,798 - 4.78
12,964 15,069
16.24 Saham
11,796 10,175
-13.74 39,698
43,668 10.00
Sumber: Bapepam.go.id pada tanggal 15 Mei 2011
Dari data memperlihatkan pertumbuhan jenis reksa dana di mana Reksa Dana Pendapatan Tetap menduduki peringkat tertinggi dengan pertumbuhan
jumlah unit penyertaan sebesar 36.65 dan jumlah dana kelolaan sebesar 56.13,
Universitas Sumatera Utara
dan sedangkan Reksa dana Saham mengalami penurunan pada Jumlah unit penyertaan sebesar -13.70 dan pertumbuhan pada jumlah dana kelolaan sebesar
10.01. Reksa dana Saham merupakan salah satu jenis reksa dana selain Reksa dana
Pendapatan Tetap, Reksa dana Pasar Uang dan Reksa dana Campuran. Reksa dana Saham adalah reksa dana dimana investasi dilakukan dengan alokasi aset
minimum 80 untuk saham. Investasi pada saham memiliki risiko lebih tinggi namun menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula. Tingginya
risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi Pratomo dan Nugraha, 2009: 73.
Investor dalam menentukan pilihan investasinya dalam reksa dana tentu melakukan penilaian terhadap kinerjanya. Pengukuran kinerja reksa dana dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu model atau parameter yang bisa diterima secara universal dimana seringkali dikaitkan dengan return dan risiko risk-
adjusted performance, baik risiko total Sharpe Ratio maupun risiko sistematis Treynor Index dan Jensen Alpha. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja reksa
dana tanpa memperhitungkan unsur risiko justru akan menghasilkan informasi yang menyesatkan bagi para investor.
Pengukuran Kinerja reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sharpe Ratio dimana premi risiko portofolio dibagi dengan standar
deviasinya. Standar deviasi dalam indeks Sharpe, risiko merupakan risiko yang dianggap relevan yaitu risiko total penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis. Sebagian dari risko total tersebut dapat dihilangkan melalui
Universitas Sumatera Utara
diversifikasi. Risiko yang dapat dihilangkan tersebut disebut sebagai risiko tidak sistematis risiko pasar, sedangkan risiko yang tidak dapat dihilangkan disebut
sebagai risiko sistematis. Namun untuk menghilangkan risiko tidak sistematis diperlukan Manajer Investasi handal yang dapat membentuk portofolio secara
tepat. Di Indonesia keberadaan Manajer Investasi yang handal masih jarang
ditemukan. Portofolio yang dibentuk oleh Manajer Investasi tersebut tidak dapat menghilangkan risiko tidak sistematis seluruhnya, berbeda dengan keadaan di luar
negeri negara maju dimana manajer-manajer investasi yang cerdas ditambah dengan pemanfaatan alat-alat yang canggih dapat membentuk portofolio yang
lebih baik. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana di Indonesia lebih tepat menggunakan Sharpe Ratio yang digunakan dalam penelitian ini. Pratomo dan
Nugraha, 2009:203 Pengukuran kinerja investasi dilakukan untuk mengukur tingkat
pengembalian return dan risiko. Pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dinilai secara individu tetapi juga dilakukan dengan membandingkan portofolio
lainnya sebagai benchmark. Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana memilih Reksa Dana Saham sebagai saluran investasi khususnya
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja reksa dana. Perlu
diingatkan kembali bahwa kinerja reksa dana yang diketahui melalui naik- turunnya NABUnit sudah termasuk biaya-biaya pengelolaan, namun diluar biaya
pembelian selling fee atau biaya penjualan kembali redemption fee. Dalam
Universitas Sumatera Utara
mengelola reksa dana tentunya ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh investor kepada pengelola reksa dana, salah satunya adalah Expense Ratio.
Expense Ratio merupakan pembanding antara biaya operasional reksa dana terhadap dana yang dikelola.
Turnover ratio merupakan perubahan portofolio dari reksa dana. Reksa dana dengan Turnover Ratio yang tinggi menunjukkan bahwa manajer Investasi
melakukan aktivitas pembelian maupun penjualan portofolio dengan frekuensi yang tinggi dalam usaha mengantisipasi perubahan pasar.
Semakin besarnya jumlah aset atau ukuran sebuah reksa dana, seharusnya akan memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi pada reksa dana tersebut dalam
memberikan pelayanan terbaik kepada nasabahnya. Semakin besar aset akan semakin memudahkan terciptanya economies of scale yang dapat berdampak pada
penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan biaya lain-lainnya.
Hal ini berdampak positif kepada kinerja atau hasil investasi yang dapat diberikan kepada investor.
Aktivitas operasional reksa dana mengacu pada pembelian dan penjualan produk-produk yang ditawarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyudi
dalam Pratiwi, 2010:26 yang menyatakan bahwa Cash Flow memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana. Aliran kas masuk yang tinggi akan
meningkatkan pendapatan investasi sehingga akan memperbaiki kinerja reksa dana itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti mengambil judul penelitian berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas yaitu : “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan pada sub bab sebelumnya, rumusan pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah faktor Expense Ratio, Turnover Ratio, Ukuran Reksa dana, dan Cash
Flow berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia”.
1.3 Tujuan Penelitian