4.2.3. Saran Masukan Matrik 4.16. Saran atau Masukan dalam Implementasi Standar Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 terhadap Persiapan Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Umum Deli
Informan Saran
Wakil Ketua Komite
Medik Saran ini sebenarnya banyak … pertama dari Direktur sendiri ...
direktur pertama harus memang mempelajari elemen penilaian standar-standar, setidaknya memahami ... versi 2012 ini karena
begitu pentingnya peran Direktur terhadap ... akreditasi versi 2012 ini, ... pada waktu penilaianpun nanti saya rasa dia nanti paparan.
Jadi memang dia harus benar-benar mempelajari kedua saran untuk Direktur. Dia Direktur harus memang ikut serta kalau mungkin
baik dia ikut dalam pokja. Jadi bilamana kita ada kegiatan presentasi pokja ataupun ... sosialisasi dia juga terlibat. Jadi bukan
hanya dia sebagai Direktur.
Ketua Pokja Tim
Akreditasi Saran saya atau masukan dalam rangka melakukan persiapan lebih
baik dalam menghadapi akreditasi sebaiknya yang utama pemenuhan dan pemahaman dokumen masing-masing unit, kalau
memungkinkan bimbingan ditingkatkan intensitasnya, kalau memungkinkan bentuk suatu tim kecil yang masing-masing tim
terdiri dari 4-5 pokja terkait. Tim tersebut akan dipimpin oleh 1 satu orang ketua yang akan memonitor kerja mereka, ketua
tersebut akan bertanggung jawab kepala ketua tim akreditasi. Pertemuan rapat tim akreditasi agar dijalankan supaya dapat
dilakukan pembahasan pokja-pokja yang bermasalah. Untuk peningkatan pengetahuan, agar pengiriman pelatihan jangan
difokuskan kepada 1 orang saja supaya yang lain juga mendapat pemahaman yang sama tentang akreditasi tersebut. Sarana
prasarana yang mendukung persiapan akreditasi juga perlu ditingkatkan mengingat banyaknya dokumen yang harus dipenuhi.
Peran Direktur agar lebih ditingkatkan dengan pemahaman lebih mendalam standar tersebut sehingga dapat mengetahui kesulitan
dalam rangka peningkatan persiapan menghadapi akreditasi.
Koordinator Pelaksana
Pokja APK Saran ... dokumen agak diginikan, soalnya masih terpengaruh dan
tetapkan dulu mana yang lebih pas untuk akreditasi versi 2012.
Koordinator Pelaksana
Pokja HPK Harusnya ada bahan berupa contoh atau buku yang lengkap,
adanya telusur ke lapangan yang merata.
Universitas Sumatera Utara
Koordinator Pelaksana
Pokja AP Saran saya itu, harusnya kita ... di rumah sakit ini tidak memakai
dokter jaga ruangan dan dokter UGD untuk ikut serta dalam pelaksanaan akreditasi, ... karena dalam proses implementasinya
itu dibutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra, sedangkan sistem praktek di negara kita ini bisa dibilang tidak diwajibkan seorang
dokter itu menetap di sebuah rumah sakit, sehingga apabila seorang dokter itu bekerja di dua, tiga rumah sakit dan apabila
rumah sakit tersebut memakai dokter itu juga maka pekerjaan dokter tersebut akan menjadi sangat kewalahan dan akhirnya
akreditasi itu tidak berjalan dengan baik.
Koordinator Pelaksana
Pokja PP Yang utama itu adalah bahwa seluruh komponen rumah sakit harus
menyadari bahwa akreditasi rumah sakit itu sangat penting. Jadi yang saya tekankan disini adalah kesadaran dari semua komponen,
semua pihak bahwa akreditasi sangat penting untuk pengendalian mutu pelayanan rumah sakit dari suatu rumah sakit dan Rumah
Sakit Umum Deli harus ... beritikad, harus mempersiapkan diri untuk melewati akreditasi versi 2012 ini ya. Demikian yang utama
adalah kesadaran dari semua pihak untuk berperan baik dalam persiapan dokumen ... mempersiapkan sarana dan prasarana,
menilai prasarana-prasarana yang masih layak pakai atau membutuhkan sarana prasarana yang baru yang akan kita ajukan
secara prosedural untuk kelengkapannya. Setelah setiap persiapan selesai dilakukan secara otomatis ini harus diimplementasikan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, saya rasa seperti itulah, jadi utamanya adalah tetap kesadaran.
Koordinator Pelaksana
Pokja PAB Kami di kamar operasi memang sih kekurangan ada, istilahnya
fasilitas, kami hanya minta fasilitas sesuai akreditasi seperti mereka minta CSSD, ya minta tolong untuk fasilitas tersebut
diadakan. Membeli gedung baru yang dekat kamar operasi karena CSSD itu kan sentral steril dan tersendiri dan kami disini kurang.
Ya itu ya fasilitas dan kedua diadakan bimbingan eksternal supaya lebih bermutu kamar operasi.
Koordinator Pelaksana
Pokja MPO Adanya buku pedoman yang sesuai dengan standar akreditasi versi
2012. Kalau bisa dipanggil KARS langsung dari Jakarta datanya jelas dan lengkap, kalau kita buat tahu-tahu salah, kata KARS jadi
bolak balik. Pembimbingnya meningkatkan sosialisasi lebih jelas.
Koordinator Pelaksana
Pokja PPK Untuk kedepannya saya harap mungkin perlu ditingkatkan
pelayanan kita, juga ya.. karena standar kali ini tidak ke dokumen, saya rasa dia ke klinis, jadi perilaku pelayanan sehari-hari bukan
saja harus ditingkatkan dari struktural dokumen, tapi harus ke klinis fokus ke pasien. Untuk saat ini mungkin masalah-masalah
yang kita temukan akan dibicarakan lagi. Tapi untuk saat ini
Universitas Sumatera Utara
memang belum ada timbul masalah, kita masih coba pemenuhan dokumen elemen-elemen yang ada di pokja saya, tapi nanti kita
akan coba melengkapi dulu dan kalau misalnya timbul masalah akan minta saran dari pembimbing. … implementasi masih sekitar,
mungkin sebagian lebih 50 masih jalan. Karena PPK dokumentasinya tidak begitu banyak dan lebih banyak ke pasien,
mungkin kedepannya kita harus lebih benar-benar pelaksanaan standar ini untuk pemenuhan akreditasi mendatang lebih sering
mungkin bersosialisasi antar pokja karena tidak bisa satu pokja berdiri sendiri dan harus saling kerjasama.
Koordinator Pelaksana
Pokja PMKP Orang yang dilibatkan di setiap standar akreditasi ini kiranya harus
mempunyai ilmu dasar mengenai akreditasi dan orang yang ditunjuk itu dikhususkan untuk kerjakan ini, jadi tidak kerja
separuh–separuh. Pikirannya fokus ke standar akreditasi jadi mudah-mudahan dapat mengerjakannya. Maksudnya dalam bidang
data saja, seandainya petugas pelaksana juga dilibatkan bisa-bisa saja, tapi tidak kerjakan, hanya untuk penerapan data saja.
Koordinator Pelaksana
Pokja PPI Itu tadi supaya sosialisasi untuk semua perawat itu bisa berjalan
dok.. karena yang bukan hanya PPI saja yang harus mengerti, semua perawat karena ini kan di rumah sakit banyak infeksi
penularan sementara kita disini untuk mencegah jadi diharapkan semua perawat harus tahu, selain perawat kita harus arahkan
keluarga pasien dan pasien itu sendiri. Ya pengenalan ibaratnya apa yang bisa dilakukan untuk cegah infeksi ya kita dengan
perawat-perawat itu memberitahukan apa, apa yang harus dilakukan untuk cegah infeksi.
Koordinator Pelaksana
Pokja TKP Saran saya mungkin untuk pimpinan, kami mengharapkan ...
pimpinan Rumah Sakit Umum Deli ini karena penilaian akreditasi versi 2012 itu bukan hanya yang dinilai nantinya tim pokja tersebut
tetapi ... itu sebagai Direktur harus bisa menguasai apa yang ada di pokja masing-masing, sehingga kami mengharapkan ... pimpinan
juga terjun secara langsung ke lapanganlah. Sehingga bila ada kendala saat itu bisa langsung diketahui dan mungkin perlu juga
sebagai pimpinan juga mengetahui dipokja-pokja tersebut elemen- elemen apa yang harus dilengkapi, seperti itu. Kemudian kami juga
menyarankan agar adanya dokumen-dokumen sebagai contoh untuk kami lihat, ... sehingga kami dapat melengkapi dokumen-
dokumen yang dituntut harus dilengkapi di pokja akreditasi terutama mungkin dalam hal membuat buku pedoman, buku
panduan.
Koordinator Pelaksana
Ya.. sarannya tetap semangat dan menjalankan dengan baik dan tetap bekerjasama agar penyusunan bagi setiap pekerja pokja dapat
Universitas Sumatera Utara
Pokja MFK berjalan dengan lancar. Jangan terus bosan dengan pengerjaan
walaupun masih salah gitu dokter. Jadi kalau salah terus diulang ... walaupun dah benar ya tetap kita coba lagi cari yang lain.
Koordinator Pelaksana
Pokja KPS Menurut saya agar berjalan baik pertama-tama setiap pokja
akreditasi seharusnya sering mengikuti seminar mengenai akreditasi versi 2012 ini. Kedua sering dilakukan studi banding ke
rumah sakit yang sudah melaksanakan akreditasi versi 2012. Yang ketiga adanya data-data pendukung yang lengkap dari rumah sakit
lain untuk dijadikan masukan atau gambaran sehingga setiap pokja mengerti apa yang di kerjakan, ya.. yang terakhir ... kalau semua
dilaksanakan dengan baik seperti yang saya sebutkan diatas saya yakin Rumah Sakit Umum Deli bisa terakreditasi standar akreditasi
versi 2012 dengan baik.
Koordinator Pelaksana
Pokja MKI Agar ada bahan, contoh dari rumah sakit lain supaya dapat menjadi
panduan buat kami. Alangkah baiknya bila Direktur ikut langsung dalam setiap sosialisasi tiap –tiap pokja.
Koordinator Pelaksana
Pokja SKPRS Sebenarnya sarannya gampang aja ya.., kita komit ya.., komit
untuk keseluruhan dari atas. Dari Direktur sampai ke bawahan, jadi kalau kita sudah komit dari atas sampai ke bawah ... semua elemen
dan tuntutan akreditasi dari versi 2012 itu bisa terlaksana jadi kalau kita sudah memang yakin dan mau bekerja disana sesusah apapun
pasti kita bisa lalui. Yang penting kuncinya adalah komit, istilahnya kita pasti dan mau mendukung semua istilah program
versi akreditasi versi 2012.
Koordinator Pelaksana
Pokja MDG’S
Kalau boleh itu tadi didatangkan yang khusus untuk membimbing. Sebenarnya guru pembimbing yang saat ini masih kurang. Karena
guru pembimbing yang saat ini, saya masih kurang mengerti karena digabung dengan pokja yang lain dan ditambah lagi
memang .. daya tangkap saya agak kurang, ya.. amburadullah dok.. dan saya sendiri jadi pusing, soalnya belum ngerti yang ini sudah
disambung dengan yang lain tetapi saya tetap berusaha
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ada informan yang mengusulkan sebaiknya tenaga fungsional yang melaksanakan tugas sehari-hari tidak dilibatkan
dalam kelompok kerja tetapi dipilih sumber daya manusia yang mempunyai kecakapan di bidang akreditasi untuk mengerjakan semua elemen-elemen penilaian
yang dibutuhkan dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. Di dalam
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan dokumen akreditasi sumber daya manusia tersebut senantiasa didukung dengan pelatihan-pelatihan dan bimbingan dari luar maupun dari dalam yang intensif
dan frekuensi lebih sering, buku referensi yang cukup, peran sentral Direktur yang kuat. Hal ini dapat membantu unit memenuhi dokumennya, yang selanjutnya dengan
adanya kesadaran tinggi semua unsur yang terlibat dalam unit kerja menerima dan mempelajari dokumen-dokumen yang disosialisasikan, mengimplementasi di
lapangan. Kemantapan dari unit kerja sebagai pelaksana akreditasi dan kelompok kerja sebagai pengumpul dokumen akreditasi untuk disatukan dalam Standar
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 menjadi sebuah pedoman kerja yang bernilai untuk kelima belas kelompok kerja Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
Bila semua yang diutarakan di atas terlaksana dengan baik maka memungkinkan untuk membentuk suatu tim kecil yang masing-masing tim terdiri
dari empat sampai lima kelompok kerja terkait dan tim tersebut dipimpin oleh satu ketua yang akan memonitoring secara rutin kerja tim, ketua tersebut akan
bertanggungjawab kepada ketua pokja tim akreditasi. Dilakukan pertemuan rutin membahas kelompok kerja-kelompok kerja yang ada masalah supaya dicari jalan
keluarnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap Persiapan Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Umum Deli
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 pasal 40 ayat 1 dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal 3 tiga tahun sekali. Untuk melaksanakan ketentuan pasal 40 ayat 1 ini ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 dimana dalam pasal 1disebutkan bahwa Akreditasi Rumah Sakit, selanjutnya disebut Akreditasi, adalah pengakuan terhadap rumah sakit
yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi Standar Pelayanan
Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan, dan pasal 2 Akreditasi bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit; b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit;
c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi; dan
d. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan. Sedangkan manfaat Akreditasi menurut Departemen Kesehatan 2008 adalah :
1. Bagi pasien masyarakat
Universitas Sumatera Utara
a. Pasien masyarakat mendapatkan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi.
b. Hak-hak pasien akan diperhatikan dan dipenuhi oleh rumah sakit sarana kesehatan lainnya.
c. Sebagai acuan dalam memilih rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya. 2. Bagi pegawai atau petugas rumah sakit
a. Rasa aman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatannya oleh karena sarana, prasarana dan peralatan memenuhi standar.
b. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara unit di rumah sakit sarana kesehatan lainnya.
c. Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan. d. Mendorong staf rumah sakit sarana kesehatan lainnya untuk membudayakan
tulis yang dikerjakan dan kerjakan yang ditulis. 3. Bagi Rumah Sakit
a. Sebagai forum konsultasi antara rumah sakit dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit yang akan memberikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sarana kesehatan lainnya melalui pencapaian standar yang ditentukan.
b. Dengan melakukan self assessment secara berkesinambungan akan mendorong pelaksanaan budaya mutu.
c. Sebagai alat untuk negoisasi pada pihak ketiga asuransi, perusahaan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
d. Sebagai alat untuk pemasaran. e. Meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat bagi rumah sakit.
f. Melalui self assessment dapat diketahui kekurangan sehingga dapat sebagai masukan untuk penyusunan anggaran.
4. Bagi Pemilik Rumah Sakit a. Pemilik mempunyai rasa kebanggan bila rumah sakitnya telah diakreditasi.
b. Sebagai alat untuk mengukur kinerja pimpinan rumah sakit. 5. Bagi Perusahaan Asuransi
a. Sebagai acuan untuk memilih rumah sakit yang telah memenuhi standar. b. Rasa aman oleh karena para peserta asuransi mendapatkan pelayanan sesuai
dengan standar. 6. Bagi Pemerintah
a. Sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan dan membudayakan konsep mutu pelayanan rumah sakit.
b. Sebagai alat untuk memotivasi dan mendorong rumah sakit untuk memenuhi standar.
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 dan ketentuan pasal 1 dan pasal 2 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 dan dalam rangka menghadapi era globalisasi bidang perumahsakitan oleh Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan dengan Surat Keputusan Nomor HK.02.04I279011 menetapkan
Universitas Sumatera Utara
standar akreditasi rumah sakit yang memenuhi kriteria-kriteria internasional dan bersifat dinamis yaitu Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 ini lebih berfokus pada pasien, kuat pada process, output dan outcome dan kuat di implementasi. Berbeda dengan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 yang berfokus pada provider, kuat pada input struktur dan lemah di implementasi.
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terdiri dari 15 lima belas bab, 323 tiga ratus dua puluh tiga standar dan 1237 seribu dua ratus tiga puluh tujuh
elemen penilaian. Distribusi standar dan elemen penilaian dari masing-masing bab dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Standar dan Elemen Penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
No BAB
Jumlah Standar
Elemen Penilaian
1. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
SKPRS 6
24 2.
Hak Pasien dan Keluarga HPK 30
100 3.
Pendidikan Pasien dan Keluarga PPK 7
28 4.
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien PMKP
23 88
5. Millineum Development Goals MDGS
3 19
6. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
APK 23
105 7.
Assessmen Pasien AP 44
184 8.
Pelayanan Pasien PP 22
74 9.
Pelayanan Anestesi dan Bedah PAB 14
51 10 Manajemen dan Penggunaan Obat MPO
21 84
11 Manajemen Komunikasi dan Informasi MKI 28
109
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Lanjutan
No BAB
Jumlah Standar
Elemen Penilaian
12 Kualifikasi dan Pendidikan Staf KPS 24
99 13 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi PPI
24 83
14 Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan
TKP 27
98 15 Manajemen Fasilitas dan Keselamatan MFK
27 91
Total 323
1237 Sumber : Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
Ketentuan penilaian dari bab, standar dan elemen penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 adalah :
g. Penilaian suatu bab ditentukan oleh penilaian pencapaian semua standar pada bab tersebut, dan menghasilkan nilai persentase bagi bab tersebut.
h. Penilaian suatu standar dilaksanakan melalui penilaian terpenuhinya Elemen Penilaian EP, menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut.
i. Penilaian suatu Elemen Penilaian dinyatakan sebagai berikut : −
Tercapainya Penuh TP → diberikan skor 10.
− Tercapainya Sebagian TS
→ diberikan skor 5. −
Tidak Tercapainya TT → diberikan skor 0.
− Tidak Dapat Diterapkan TDD
→ tidak masuk dalam proses penilaian dan perhitungan.
Tingkat kelulusan dan kriteria kelulusan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dapat dilihat pada tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Tingkat Kelulusan dan Kriteria Kelulusan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
No BAB
Tingkat Kelulusan dan Kriteria Kelulusan
Dasar Madya
Utama Paripurna
1 Sasaran Keselamatan Pasien
Rumah Sakit SKPRS 80
80 80
80 2
Hak Pasien dan Keluarga HPK
80 80
80 80
3 Pendidikan Pasien dan
Keluarga PPK 80
80 80
80 4.
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien PMKP
80 80
80 80
5 Millineum Development Goals
MDGS 20
80 80
80 6
Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan APK
20 80
80 80
7 Assessmen Pasien AP
20 80
80 80
8 Pelayanan Pasien PP
20 80
80 80
9 Pelayanan Anestesi dan Bedah
PAB 20
20 80
80 10 Manajemen dan Penggunaan
Obat MPO 20
20 80
80 11 Manajemen Komunikasi dan
Informasi MKI 20
20 80
80 12 Kualifikasi dan Pendidikan
Staf KPS 20
20 80
80 13 Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi PPI 20
20 20
80 14 Tata Kelola, Kepemimpinan,
dan Pengarahan TKP 20
20 20
80 15 Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan MFK 20
20 20
80 Sumber : Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
Menurut Departemen Kesehatan 2008, dalam rangka pelaksanaan akreditasi rumah sakit, telah disusun langkah-langkah pada fase persiapan dan fase akreditasi.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pada fase persiapan untuk tingkat rumah sakit dalam program akreditasi akan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Membentuk subkomite akreditasi di tingkat rumah sakit. 2. Mengikuti pelatihan-pelatihan tentang akreditasi yang diadakan baik oleh wilayah
maupun pusat. 3. Diseminasi informasi mengenai akreditasi kepada seluruh staf di rumah sakit.
4. Menyiapkan atau memenuhi standar. Pada fase persiapan, standar-standar yang harus dipenuhi sebenarnya lebih
banyak menyangkut standar struktur dan proses. Yang dinilai dalam akreditasi ini adalah “compliance” rumah sakit atas standar tersebut. Standar proses tentu lebih
terkait dengan kegiatan atau teknis keprofesian, juga bagaimana kegiatan tersebut dikelola. Sebagai contoh, prosedur tetap atau SOP yang tertulis untuk suatu kegiatan
merupakan standar struktur, sedangkan bagaimana SOP tersebut dilaksanakan dalam kegiatan pelayanan akan merupakan standar proses. Dengan demikian “compliance”
rumah sakit terhadap SOP bukan sekedar adanya SOP tertulis dokumentasi, tetapi apakah SOP tersebut telah dijalankan atau tidak observasi langsung dan wawancara
serta dokumentasi. Dari uraian di atas, terlihat bahwa fase persiapan ini selain perlu dana yang
cukup besar untuk perangkat lunak dan keras juga perlu waktu yang cukup untuk membudayakan standar “proses” dalam kegiatan sehari-hari. Pemenuhan standar
proses ini juga akan melibatkan hampir seluruh staf petugas di rumah sakit,
Universitas Sumatera Utara
sehingga peran subkomite akreditasi dalam diseminasi informasi ke seluruh unit kerja di rumah sakit sangat penting artinya.
Manajemen Rumah Sakit Umum Deli melaksanakan implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di rumah sakit dalam rangka menghadapi
penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli di tahun mendatang. Pada fase persiapan penilaian akreditasi, manajemen Rumah Sakit Umum Deli telah menyusun
plan of action implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli Tahun 2015. Dari plan of
action terlihat bahwa : Sejak Januari 2013
: mulai mengirim staf khusus ketua kelompok kerja tim akreditasi untuk mengikuti sosialisasi,
pelatihan-pelatihan dan bimbingan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 untuk rumah
sakit publik dan rumah sakit privat oleh institusi pemerintah
Minggu I Maret 2013 : telah menerbitkan Surat Keputusan Direktur
tentang pemberlakuan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum
Deli. Minggu II Maret 2013
: telah membentuk kelompok kerja Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
penunjukan yang ditentukan oleh Direktur rumah sakit.
Minggu III Maret 2013 : ketua kelompok kerja tim akreditasi telah
melakukan sosialisasi awal tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 kepada
sebagian staf rumah sakit dan pihak manajemen Rumah Sakit Umum Deli mulai menggalang
komitmen dari staf rumah sakit untuk melaksanakan Standar Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012. Minggu IV Maret 2013
sd Juni 2013 : staf ahli bidang akreditasi selaku pembimbing
telah memberikan pemahaman Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 kepada 15
lima belas kelompok kerja. Minggu I Juli 2013
: staf ahli bidang akreditasi, ketua kelompok kerja tim akreditasi dan koordinator koordinator
pelaksana 15 lima belas kelompok kerja telah menyusun formulir rekam medis yang ada di 15
lima belas kelompok kerja. Minggu II Juli 2013 sd
Minggu III : 15 lima belas kelompok kerja mulai menyusun
kebijakan, pedoman, panduan, dan standar
Universitas Sumatera Utara
Oktober 2013 prosedur operasional SPO dengan dipandu
oleh staf ahli bidang akreditasi dan ketua kelompok kerja tim akreditasi.
Minggu IV Oktober 2013 sd Minggu I
November 2013 : staf ahli bidang akreditasi bersama dengan ketua
kelompok kerja tim akreditasi dan 15 lima belas koordinator koordinator pelaksana
melakukan revisi dokumen Rekam Medis sesuai dengan kondisi pelayanan di Rumah Sakit
Umum Deli. Minggu II November
2013 sd Minggu III Februari 2014
: 15 lima belas kelompok kerja mulai menerapkan dokumen yang diminta setiap
standar dan elemen penilaian yang ada di 15 lima belas bab Standar Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012. Minggu II November
2013 sd Februari 2014 : staf ahli bidang akreditasi dan ketua kelompok
kerja tim akreditasi mulai melakukan metodologi telusur terhadap implementasi dokumen yang
diminta dari 15 lima belas bab yang dilakukan oleh 15 lima belas kelompok kerja.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Monitoring Implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Terhadap Persiapan Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Umum Deli
Menurut Nugroho 2012 monitoring kebijakan atau pengawasan kebijakan merupakan salah satu dari 3 tiga dimensi pengendalian kebijakan.
Monitoring kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Pengawasan sering kali dipahami sebagai “on going evaluation” atau “ formative evaluation”. Model monitoring secara generik digambarkan sebagai
sekuensi antara perencanaan dan evaluasi. Dengan demikian, sebenarnya monitoring dapat disebut “bagian-bagian” dari evaluasi, sebagaimana
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5.1 Model Monitoring Secara Generik
Nugroho 2012 mengutip pendapat Kunarjo dalam Glosari Pembiayaan Pembangunan 1991, monitoring atau pamantuan adalah usaha secara terus
menerus untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dari pelaksanaan tugas atau proyek yang sedang dilaksanakan.
Peren- canaan
Pencapaian Pelaksanaan
Waktu
Pengawasan I Pengawasan II
Pengawasan IV Pengawasan III
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nugroho 2012 ada beberapa teknik monitoring, yaitu : 1. On desk, dengan mencermati laporan-laporan perkembangan dan
memanfaatkan metode triangulasi, baik triangulasi data maupun triangulasi teori.
2. On site, dengan cara turun ke lapangan memeriksa secara langsung. 3. Gabungan on site dan on desk.
4. Memanfaatkan ahli melalui model Delphi ataupun diskusi kelompok terfokus. Nugroho 2012 mengungkapkan bahwa tujuan monitoring yaitu
memastikan pelaksanaan tidak menyimpang dari perencanaan, dan membangun early warning system, sebagai bagian penting untuk memastikan jika terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan. Nugroho 2012 mengatakan dalam melakukan monitoring, setidaknya ada
4 empat hal yang harus menjadi catatan pemonitor, yaitu : 1. Proses monitoring tidak diperkenankan mengganggu proses implementasi.
2. Pemonitor tidak diperkenankan melakukan intervensi karena dapat menghilangkan peluang berkembangnya diskresi inovasi.
3. Pemonitor tidak diperkenankan menyampailan hasil monitoring kepada yang dimonitor, tetapi kepada atasan yang dimonitor.
4. Pemonitor tidak diperkenankan mengambil anggota dari pelaksana, atau mempunyai hubungan khusus dengan pelaksana.
Pemantauan awal dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 agar pelaksanaannya sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
rencana yang telah ditetapkan, sudah mulai dilakukan di minggu II November 2013 dan akan berlangsung sampai dengan Maret 2015 oleh staf ahli bidang
akreditasi. Laporan hasil 6 enam bulan I periode November 2013 – April 2014 menjadi masukan untuk bahan penelitian analisis implementasi Standar Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli.
Hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian yang diminta dari 15 lima belas bab yang dilakukan oleh 15 lima belas kelompok kerja sebagai berikut :
Bab I : Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit SKP
-
Tercapai Penuh TP : 61,90
-
Tercapai Sebagian TS : 14,29
-
Tidak Tercapai TT : -
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 76,19
Bab II : Hak Pasien dan Keluarga HPK
-
Tercapai Penuh TP : 44,78
-
Tercapai Sebagian TS : 9,7
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 54,48
Universitas Sumatera Utara
Bab III : Pendidikan Pasien dan Keluarga PPK
-
Tercapai Penuh TP : 40
-
Tercapai Sebagian TS : 30
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 70
Bab IV : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien PMKP
-
Tercapai Penuh TP : 27,66
-
Tercapai Sebagian TS : 22,34
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 50
Bab V : Millineum Development Goals MDG’S
-
Tercapai Penuh TP : 10,53
-
Tercapai Sebagian TS : 26,32
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 36,85
Bab VI : Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan APK
-
Tercapai Penuh TP : 45,24
-
Tercapai Sebagian TS : 19,05
Universitas Sumatera Utara
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 64,29
Bab VII : Assessmen Pasien AP
-
Tercapai Penuh TP : 27,59
-
Tercapai Sebagian TS : 34,48
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 62,07
Bab VIII : Pelayanan Pasien PP
-
Tercapai Penuh TP : 27,78
-
Tercapai Sebagian TS : 36,11
-
Tidak Tercapai TT : -
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 63,89
Bab IX : Pelayanan Anestesi dan Bedah PAB
-
Tercapai Penuh TP : 58,33
-
Tercapai Sebagian TS : 19,44
-
Tidak Tercapai TT : -
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 77,77
Universitas Sumatera Utara
Bab X : Manajemen dan Penggunaan Obat MPO
-
Tercapai Penuh TP : 32,14
-
Tercapai Sebagian TS : 30,95
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 63,09
Bab XI : Manajemen Komunikasi dan Informasi MKI
-
Tercapai Penuh TP : 49,15
-
Tercapai Sebagian TS : 25,42
-
Tidak Tercapai TT : -
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 74,57
Bab XII : Kualifikasi dan Pendidikan Staf KPS
-
Tercapai Penuh TP : 26,67
-
Tercapai Sebagian TS : 31,67
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 58,34
Bab XIII : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi PPI
-
Tercapai Penuh TP : 23,08
-
Tercapai Sebagian TS : 25
Universitas Sumatera Utara
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 48,08
Bab XIV : Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan TKP
-
Tercapai Penuh TP : 46,67
-
Tercapai Sebagian TS : 20
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 66,67
Bab XV : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan MFK
-
Tercapai Penuh TP : 18,18
-
Tercapai Sebagian TS : 32,95
-
Tidak Tercapai TT : 0
-
Tidak Dapat Diterapkan TDD : - Kesimpulan : hasil pencapaian bab 51,13
Rangkuman upaya pencapaian 15 lima belas bab Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 oleh 15 lima belas kelompok kerja di Rumah Sakit Umum Deli per
April 2014, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Upaya Pencapaian 15 Lima Belas Bab Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 per April 2014
No BAB
Tingkat Kelulusan dan Kriteria Kelulusan
Dasar Madya
Utama Paripurna
1 Sasaran Keselamatan Pasien
Rumah Sakit SKPRS TT
TT TT
TT 2
Hak Pasien dan Keluarga HPK
TT TT
TT TT
3 Pendidikan Pasien dan
Keluarga PPK TT
TT TT
TT 4.
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien PMKP
TT TT
TT TT
5 Millineum Development Goals
MDGS TS
TT TT
TT 6
Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan APK
TS TT
TT TT
7 Assessmen Pasien AP
TS TT
TT TT
8 Pelayanan Pasien PP
TS TT
TT TT
9 Pelayanan Anestesi dan Bedah
PAB TS
TS TT
TT 10 Manajemen dan Penggunaan
Obat MPO TS
TS TT
TT 11 Manajemen Komunikasi dan
Informasi MKI TS
TS TT
TT 12 Kualifikasi dan Pendidikan
Staf KPS TS
TS TT
TT 13 Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi PPI TS
TS TS
TT 14 Tata Kelola, Kepemimpinan,
dan Pengarahan TKP TS
TS TS
TT 15 Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan MFK TS
TS TS
TT Sumber : Hasil Monitoring Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah
Sakit Umum Deli
Dari tabel 5.3. di atas maka disimpulkan bahwa Rumah Sakit Umum Deli belum memenuhi tingkat kelulusan dan kriteria kelulusan Standar Akreditasi Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
Versi 2012 level pencapaian Dasar karena 4 empat bab dasar masih dibawah 80 delapan puluh walaupun 11 sebelas bab lainnya sudah diatas 20 dua puluh .
5.3. Faktor-Faktor Kendala Selama Implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Terhadap Persiapan Penilaian Akreditasi
Rumah Sakit Umum Deli
Akib 2010 memaparkan pandangan George Edwards III 1984 bahwa tanpa inplementasi yang efektif keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil
dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya
mengelola input untuk menghasilkan output atau outcome bagi masyarakat. Akib 2010 memaparkan pandangan George Edwards III 1984 bahwa
implementasi kebijakan diperlukan karena adanya masalah kebijakan yang perlu diatasi dan dipecahkan. George Edwards III 1984 memperkenalkan pendekatan
masalah implementasi dengan mempertanyakan faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat keberhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan pertanyaan
retoris tersebut dirumuskan 4 empat faktor sebagai sumber masalah sekaligus prakondisi bagi keberhasilan bagi proses implementasi, yakni komunikasi, sumber
daya, sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur organisasi termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut merupakan kriteria yang perlu ada dalam
implementasi suatu kebijakan dan diuraikan sebagai berikut : 1. Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas
bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi
Universitas Sumatera Utara
penyaluran informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan.
2. Sumber daya meliputi 4 empat komponen yaitu staf yang cukup jumlah dan mutu; informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan; kewenangan
yang cukup guna melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
3. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen pelaksana terhadap program. 4. Struktur birokrasi didasarkan pada standar prosedur operasional yang mengatur
tata aliran pekerjaan dan pelaksana kebijakan. Menurut Akib 2010, jaminan kelancaran implementasi kebijakan adalah
diseminasi yang dilakukan secara baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada 4 empat, yakni :
1. Adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang dibuat oleh
pihak berwenang; 2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan menerima
dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan dianggap logis; 3. Keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah;
4. Pemahaman bahwa meskipun pada awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun seiring dengan perjalanan waktu maka kebijakan tersebut
dianggap sebagai sesuatu yang wajar dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut George Edwards III dalam Winarno 2007 implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang kompleks dengan begitu banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Dalam mengkaji implementasi kebijakan publik, George Edwards III mulai dengan mengajukan 2
dua pertanyaan, yakni : 1. What is the precondition for successful policy implementation?
2. What are the primary obstacles to successful policy implementation? George Edwards III berusaha menjawab 2 dua pertanyaan tersebut dengan mengkaji
4 empat faktor atau variabel dari kebijakan yaitu : struktur birokrasi, sumber daya, komunikasi, dan disposisi.
Kajian dari keempat faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut George Edwards III dalam Winarno 2007 sebagai
berikut : 1. Struktur Birokrasi
Birokrasi merupakan salah-satu institusi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan. Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam
struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam organisasi-organisasi swasta, institusi pendidikan dan sebagainya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu birokrasi
diciptakan hanya untuk menjalankan suatu kebijakan tertentu. Ripley dan Franklin dalam Winarno 2007 mengidentifikasi 6 enam karakteristik birokrasi
sebagai hasil pengamatan terhadap birokrasi di Amerika Serikat, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan publik public affair.
2. Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap
hierarkinya. 3. Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda.
4. Fungsi birokrasi berada dalam lingkungan yang kompleks dan luas. 5. Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang tinggi dengan begitu jarang
ditemukan birokrasi yang mati. 6. Birokrasi bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari
pihak luar. Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama
banyak pihak. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat
jalannya pelaksanaan kebijakan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka memahami struktur birokrasi
merupakan faktor yang fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan publik. Menurut George Edwards III dalam Winarno 2007 terdapat dua karakteristik utama
dari birokrasi yakni : ”Standard Operating Procedure SOP dan fragmentasi”. “Standard operating procedure SOP merupakan perkembangan dari tuntutan
internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas” Winarno, 2007. Ukuran dasar SOP atau
Universitas Sumatera Utara
prosedur kerja ini biasa digunakan untuk menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai sektor publik dan swasta. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana
dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan
tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan peraturan.
Berdasarkan hasil penelitian Edwards III yang dirangkum oleh Winarno 2007 menjelaskan bahwa : ”SOP sangat mungkin dapat menjadi kendala bagi
implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan begitu, semakin
besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP menghambat implementasi”.
”Namun demikian, di samping menghambat implementasi kebijakan SOP juga mempunyai manfaat. Organisasi-organisasi dengan prosedur-prosedur perencanaan
yang luwes dan kontrol yang besar atas program yang bersifat fleksibel mungkin lebih dapat menyesuaikan tanggung jawab yang baru daripada birokrasi-birokrasi
tanpa mempunyai ciri-ciri seperti ini”. Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan
kebijakan adalah fragmentasi. Edwards III dalam Winarno 2007 menjelaskan bahwa ”fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada
beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”. Pada umumnya,
Universitas Sumatera Utara
semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan.
Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pokok yang merugikan
bagi keberhasilan implementasi kebijakan. Berikut hambatan-hambatan yang terjadi dalam fragmentasi birokrasi berhubungan dengan implementasi kebijakan publik
Winarno, 2007 : ”Pertama, tidak ada otoritas yang kuat dalam implementasi kebijakan karena terpecahnya fungsi-fungsi tertentu ke dalam lembaga atau badan
yang berbeda-beda. Di samping itu, masing-masing badan mempunyai yurisdiksi yang terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas yang penting mungkin akan
terlantarkan dalam berbagai agenda birokrasi yang menumpuk”. ”Kedua, pandangan yang sempit dari badan yang mungkin juga akan menghambat perubahan. Jika suatu
badan mempunyai fleksibilitas yang rendah dalam misi-misinya, maka badan itu akan berusaha mempertahankan esensinya dan besar kemungkinan akan menentang
kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan perubahan”. 2. Sumber Daya
Syarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap sumber daya resources. Seorang ahli dalam bidang sumberdaya, Schermerchorn, Jr 1994
mengelompokkan sumberdaya ke dalam: “Information, Material, Equipment, Facilities, Money, People”. Sementara Hodge 1996 mengelompokkan sumber daya
ke dalam: ”Human resources, Material resources, Financial resources and Information resources”. Pengelompokkan ini diturunkan pada pengkategorian yang
Universitas Sumatera Utara
lebih spesifik yaitu sumber daya manusia ke dalam: “Human resources- can be classified in a variety of ways; labors, engineers, accountants, faculty, nurses, etc”.
Sumber daya material dikategorikan ke dalam: “Material resources-equipment, building, facilities, material, office, supplies, etc. Sumber daya finansial digolongkan
menjadi: ”Financial resources- cash on hand, debt financing, owner`s investment, sale revenue, etc”. Serta sumber daya informasi dibagi menjadi: “Data resources-
historical, projective, cost, revenue, man power data etc”.
Edwards III 1984 mengkategorikan sumber daya organisasi terdiri dari : “Staff, information, authority, facilities; building, equipment, land and supplies”. Edwards
III 1984 mengemukakan bahwa sumber daya tersebut dapat diukur dari aspek kecukupannya yang didalamnya tersirat kesesuaian dan kejelasan; “Insufficient
resources will mean that laws will not be enforced, services will not be provided and
reasonable regulation will not be developed “.
Winarno 2007 mengutip pendapat Tachjan 2006, “Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu sistem yang mempunyai
implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis, sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh organisasi
yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis, sumber daya bertalian dengan kemampuan
transformasi dari organisasi”. Menurut Edwards III dalam Agustino 2006, sumberdaya merupakan hal
penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikator-indikator yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat sejauh mana sumber daya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari :
1 Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai
street-level bureaucrats. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya disebabkan oleh stafpegawai yang tidak cukup
memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan
implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan kompeten dan kapabel dalam
mengimplementasikan kebijakan. 2 Informasi.
Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu : pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua,
informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.
3 Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat
dilaksanakan secara efektif. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik.
Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan implementasi kebijakan publik.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersedia, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak, efektivitas
kewenangan diperlukan dalam implementasi kebijakan; tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para
pelaksana demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya. 4 Fasilitas.
Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten,
tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung sarana dan prasarana maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
3. Disposisi Menurut Edwards III dalam Winarno 2007 mengemukakan ”kecenderungan-
kecenderungan atau disposisi merupakan salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif”. Jika para pelaksana
mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi
kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal. Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau menolak terhadap implementasi kebijakan
karena konflik kepentingan maka implementasi kebijakan akan menghadapi kendala yang serius.
Bentuk penolakan dapat bermacam-macam seperti yang dikemukakan Edwards III tentang ”zona ketidakacuhan” dimana para pelaksana kebijakan melalui
Universitas Sumatera Utara
keleluasaannya diskresi dengan cara yang halus menghambat implementasi kebijakan dengan cara mengacuhkan, menunda dan tindakan penghambatan lainnya.
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn dalam Agustino 2006 : ”sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat
yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil
keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan”.
Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edwards III dalam Agustino 2006 mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri dari :
1 Pengangkatan birokrasi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang
nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena itu,
pengangkatan dan pemilihan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi
pada kepentingan warga masyarakat. 2 Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah
sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi
Universitas Sumatera Utara
insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan
menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau
organisasi. 4. Komunikasi
Menurut Agustino 2006, ”komunikasi merupakan salah-satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik”. Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui
mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terdapat tiga indikator
yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi. Edwards III dalam Agustino 2006 mengemukakan tiga variabel tersebut yaitu:
1 Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi
yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian miskomunikasi yang disebabkan banyaknya tingkatan
birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
Universitas Sumatera Utara
2 Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan street-level bureaucrats
harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigumendua. 3 Konsistensi.
Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering
berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian Edwards III yang dirangkum dalam Winarno 2007 terdapat beberapa hambatan umum yang biasa terjadi dalam transmisi
komunikasi yaitu : ”Pertama, terdapat pertentangan antara pelaksana kebijakan dengan perintah yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan. Pertentangan seperti ini
akan mengakibatkan distorsi dan hambatan yang langsung dalam komunikasi kebijakan. Kedua, informasi yang disampaikan melalui berlapis-lapis hierarki
birokrasi. Distorsi komunikasi dapat terjadi karena panjangnya rantai informasi yang dapat mengakibatkan bias informasi. Ketiga, masalah penangkapan informasi juga
diakibatkan oleh persepsi dan ketidakmampuan para pelaksana dalam memahami persyaratan-persyaratan suatu kebijakan”.
Menurut Winarno 2007 faktor-faktor yang mendorong ketidakjelasan informasi dalam implementasi kebijakan publik biasanya karena kompleksitas
kebijakan, kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan publik, adanya
Universitas Sumatera Utara
masalah-masalah dalam memulai kebijakan yang baru serta adanya kecenderungan menghindari pertanggungjawaban kebijakan.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana menjabarkan distorsi atau hambatan komunikasi? Proses implementasi kebijakan terdiri dari berbagai aktor yang terlibat
mulai dari manajemen puncak sampai pada birokrasi tingkat bawah. Komunikasi yang efektif menuntut proses pengorganisasian komunikasi yang jelas ke semua tahap
tadi. Jika terdapat pertentangan dari pelaksana, maka kebijakan tersebut akan diabaikan dan terdistorsi. Untuk itu, Winarno 2007 menyimpulkan : ”semakin
banyak lapisan atau aktor pelaksana yang terlibat dalam implementasi kebijakan, semakin besar kemungkinan hambatan dan distorsi yang dihadapi”.
Dalam mengelola komunikasi yang baik perlu dibangun dan dikembangkan saluran-saluran komunikasi yang efektif. Semakin baik pengembangan saluran-
saluran komunikasi yang dibangun, maka semakin tinggi probabilitas perintah- perintah tersebut diteruskan secara benar.
Dalam kejelasan informasi biasanya terdapat kecenderungan untuk mengaburkan tujuan-tujuan informasi oleh pelaku kebijakan atas dasar kepentingan
sendiri dengan cara menginterpretasikan informasi berdasarkan pemahaman sendiri- sendiri. Cara untuk mengantisipasi tindakan tersebut adalah dengan membuat
prosedur melalui pernyataan yang jelas mengenai persyaratan, tujuan, menghilangkan pilihan dari multi interpretasi, melaksanakan prosedur dengan hati-hati dan
mekanisme pelaporan secara terinci.
Universitas Sumatera Utara
Implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli dalam rangka persiapan penilaian akreditasi rumah sakit merupakan
kegiatan yang kompleks. Ada 2 dua hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari implementasi standar tersebut yaitu :
1. Pelaksanaan akreditasi 5 lima kegiatan pelayanan yang telah dilakukan sebelumnya dengan mempergunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007
apakah dilanjutkan pembenahan dokumen yang intensif dari 11 sebelas kegiatan pelayanan lainnya.
Rumah Sakit Umum Deli sudah melaksanakan akreditasi dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 tahun 2012 yang lalu dan dinyatakan lulus
tingkat dasar 5 lima pelayanan yaitu administrasi dan manajemen, pelayanan medik, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan dan rekam medik.
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 meliputi 16 enam belas pelayanan : administrasi dan manajemen, pelayanan medik, pelayanan gawat darurat,
pelayanan keperawatan, rekam medik, kamar operasi, laboratorium, radiologi, farmasi, K3, pengendalian infeksi, perinatal risiko tinggi, rehabilitasi medik,
intensif, gizi dan darah. Dengan adanya pengalaman mengikuti dan lulus di 5 lima pelayanan, Rumah Sakit Umum Deli mencoba untuk membenahi dokumen
di unit kerja lainnya. Kegiatan bimbingan diberikan kepada tiap unit kerja, membantu penanggungjawab unit kerja melengkapi dokumen dan senantiasa
melakukan evaluasi terhadap setiap standar dalam instrumen penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007. Ada tidaknya kelengkapan dokumen di
Universitas Sumatera Utara
setiap unit kerja memberikan pengaruh bagi Rumah Sakit Umum Deli dalam mempersiapkan diri untuk menerima implementasi Standar Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012. Proses implementasi oleh kelompok kerja Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dipengaruhi juga oleh kesiapan unit kerja dengan
pemenuhan dokumen masing-masing unit kerja. Keberhasilan atas pemenuhan parameter yang diminta dalam setiap standar di Standar Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2007 oleh setiap unit kerja dipengaruhi oleh birokrasi Rumah Sakit Umum Deli itu sendiri karena birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam
implementasi setiap kebijakan Direktur rumah sakit yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap hierarkinya.
2. Perlu mengkaji implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli dengan mempergunakan teori George Edwards III
yang menitikberatkan pada empat faktor yaitu faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor disposisi dan faktor struktur birokrasi, yang kaitannya dengan
keberhasilan implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli.
Peranan keempat faktor di dalam teori George Edwards III yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi
2012 terhadap Persiapan Penilaian Akreditasi di Rumah Sakit Umum Deli dapat dilihat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Faktor Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli. Untuk komunikasi yang baik
tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 membutuhkan : A. Penyaluran komunikasi transmisi yang baik tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 kepada kelompok kerja oleh pembimbing dibantu oleh ketua kelompok kerja tim akreditasi dan oleh koordinator pelaksana
kelompok kerja kepada anggota kelompok kerja yang bertujuan untuk menghindari salah pengertian miskomunikasi.
Dalam penyaluran komunikasi transmisi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dari pembimbing kepada kelompok kerja bisa timbul
hambatan yaitu : 1 Adanya konsep pemikiran bahwa kelompok kerja yang memiliki tugas
fungsional rutin yang tidak menekuni akreditasi rumah sakit tidak perlu lagi dibebani tugas akreditasi dan cukup menempatkan individu
khusus untuk menerima penyaluran komuniasi transmisi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dan mengerjakan tugas akreditasi
karena dapat mempengaruhi efektivitas penyaluran komunikasi.. 2 Penyaluran informasi tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi
2012 lebih tepat ke unit kerja mengingat personil dalam kelompok kerja silih berganti sehingga unit kerja dapat melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan standar dalam bab dan elemen penilaian dalam standar. Sasaran yang tepat dapat mengurangi bias informasi dan kelompok
kerja hanya mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
3 Ketidakmampuan kelompok kerja dalam memahami standar dan elemen penilaian yang diisyaratkan dalam Standar Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012 seperti yang disampaikan oleh pembimbing dapat menimbulkan salah persepsi dengan alasan bukan bidang keahliannya.
B. Komunikasi tentang setiap standar dalam bab dan elemen penilaian dalam standar yang tercantum di Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dari
pembimbing dan atau ketua kelompok kerja tim akreditasi kepada kelompok kerja harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu
mendua. Dalam kejelasan komunikasi tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dari pembimbing kepada kelompok kerja, hambatan yang
bisa terjadi yaitu : 1 Rumitnya pemahaman tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi
2012 walaupun sudah dijelaskan dan dipelajari berkali-kali. 2 Kurangnya kesepakatan mengenai tujuan dari implementasi Standar
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan, dengan kata lain
dijelaskan berkali-kali bila tidak ada kesadaran dan kemauan untuk menerima maka akan sia-sia saja.
Universitas Sumatera Utara
3 Masalah-masalah pro dan kontra dalam memulai implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang tergolong baru di Rumah
Sakit Umum Deli. 4 Adanya kecenderungan kelompok kerja menghindari
pertanggungjawaban proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan alasan bukan bidang pemahamannya, beban
kerja tinggi dan kendala waktu. C. Komunikasi tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang
disampaikan oleh pembimbing kepada kelompok kerja harus konsisten, jelas, dan tidak berubah-ubah untuk mengantisipasi timbulnya
kebingungan dari kelompok kerja dan unit kerja. 2 Faktor Sumber Daya
Sumber daya merupakan salah satu input dalam manajemen rumah sakit yang sangat dibutuhkan untuk dapat mengimplementasikan Standar Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli. Sumber daya melibatkan hal yang bersifat ekonomis kaitannya dengan pengorbanan biaya
oleh Rumah Sakit Umum Deli untuk mendukung keberhasilan implementasi Standar Akreditasi Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli dan teknologis
kaitannya dengan kemampuan Rumah Sakit Umum Deli untuk mengikuti perubahan paradigma Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli dikaji
keterlibatan faktor sumber daya sebagai berikut : 1 Sumber daya manusia
Personil-personil yang terlibat dalam kelompok kerja menurut konsep pemikiran secara sektoral, tidak kompeten dalam bidangnya. Seyogyanya
mereka hanya sebatas pengumpul dokumen dan melihat apakah dokumen sudah sesuai dengan proses di lapangan. Bukan dituntut untuk
mengerjakan kebijakan, pedoman, panduan dan standar prosedur operasional yang bukan di bidangnya melainkan unit kerja yang
bertanggungjawab. Ada pula yang berkomentar supaya ditugaskan sumber daya manusia yang khusus mengerjakan dokumen di unit kerja dan
selanjutnya sumber daya manusia tersebut melakukan kegiatan sosialisasi di unit kerja.
2 Anggaran Sudah disebutkan di atas bahwa pengorbanan biaya oleh Rumah Sakit
Umum Deli dalam mendukung keberhasilan implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 mutlak diperlukan, selain anggaran
biaya pembimbing yang sudah disepakati oleh manajemen rumah sakit. Biaya pengganti uang transport untuk kelompok kerja dan uang makan
siang karena bimbingan dilakukan dari pagi sampai dengan sore hari perlu dipertimbangkan, mengingat program akreditasi menurut kebijakan
Universitas Sumatera Utara
Direktur merupakan program rumah sakit, wajib diikuti oleh seluruh staf rumah sakit dan tidak ada kompensasi finansial untuk kelompok kerja
yang terkait dan bertanggungjawab. 3 Fasilitas
Menurut konsep pemikiran kelompok kerja secara sektoral bahwa prasarana menjadi kendala dalam mendukung kelompok kerja seperti
dokumen referensi yang kurang memadai, internet Rumah Sakit Umum Deli yang terbatas wilayah aksesnya sehingga tidak dapat dipergunakan
untuk mencari bahan untuk memenuhi dokumen standar yang diminta setiap bab dan dokumen elemen penilaian yang diminta dalam standar
seperti yang tercantum di dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
4 Informasi Menurut konsep pemikiran kelompok kerja secara sektoral bahwa
informasi untuk mendukung proses pemenuhan standar dalam setiap bab dan elemen penilaian dalam setiap standar seperti yang diminta dalam
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 kurang memadai dan adanya data ketidakpatuhan dari kelompok kerja terhadap kesepakatan bersama
untuk melaksanakan pemenuhan standar dan elemen penilaian dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 kurang.
Universitas Sumatera Utara
5 Wewenang Dapat disampaikan bahwa kewenangan merupakan hak untuk bertindak
atau pengesahan dari pembimbing dan ketua kelompok kerja tim akreditasi untuk menyampaikan informasi tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 dan meminta laporan dari kelompok kerja tentang pemenuhan standar dan elemen penilaian yang tercantun dalam
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 sebagai bentuk pertanggungjawaban ke Direktur. Individu yang diangkat sebagai
koordinator dan koordinator pelaksana juga mempunyai wewenang atas anggota kelompok kerja tetapi bukan berarti dapat diselewengkan demi
kepentingan dirinya sendiri dengan tidak ikut mengerjakan tugas akreditasi, anggota kelompok kerja dibiarkan mengerjakan sendiri tugas-
tugas yang dibagikan oleh koordinator dan koordinator pelaksana. 3 Faktor Disposisi
Disposisi atau sikap kelompok kerja merupakan salah satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi yang efektif Standar
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli. Hambatan yang bisa terjadi pada faktor disposisi
yaitu : 1 Pengangkatan dan pemilihan personil dalam kelompok kerja Standar
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 harus memiliki dedikasi pada komitmen yang telah disepakati, mengerti bahwa implementasi Standar
Universitas Sumatera Utara
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kelompok kerja bukan beban kerja dan menyadari bahwa
implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Deli.
2 Program akreditasi adalah program rumah sakit harus dilaksanakan oleh seluruh staf di Rumah Sakit Umum Deli, insentif berkaitan dengan
penggantian biaya transport dan uang makan bagi kelompok kerja dapat menjadi pertimbangan bagi kelancaran proses implementasi Standar
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 oleh kelompok kerja karena dapat menjadi faktor pendorong bagi kelompok kerja.
4 Faktor Struktur Birokrasi Rumah Sakit Umum Deli memiliki struktur organisasi dengan berpegang pada
hierarki dan jenjang jabatan. Direktur Rumah Sakit Umum Deli sebagai unsur pimpinan tertinggi bertanggungjawab terhadap seluruh proses
penyelenggaraan di rumah sakit baik bersifat administratif, teknis medis dan non medis. Setiap penyelenggara rumah sakit dalam peraturan perundang-
undangan diwajibkan memiliki surat izin dan surat izin operasional rumah sakit tersebut dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan
diregistrasi dan diakreditasi. Proses akreditasi rumah sakit setiap 3 tiga tahun wajib dilaksanakan oleh rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 memerlukan keterlibatan personil yang duduk di dalam struktur organisasi
Rumah Sakit Umum Deli. Personil yang ditunjuk untuk menanggungjawabi suatu unit kerja mempunyai tugas, fungsi dan wewenang atas unitnya.
Penanggungjawab unit menguasai standar pelayanan unitnya. Mempersiapkan standar prosedur operasional : profesi, pelayanan dan administrasi untuk
keseragaman tindakan di dalam unit kerjanya. Keberhasilan suatu unit kerja melengkapi dirinya dengan kebijakan, pedoman, panduan dan standar prosedur
operasional membuat kelompok kerja Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 lebih mudah mengumpulkan dokumen dan bisa ikut berpartisipasi
memantau proses implementasi standar prosedur operasional di lapangan dengan memberikan laporan hasil akhir outcome. Disamping itu pandangan
sempit tentang fragmentasi dapat dikurangi berhubung penyebaran tanggung jawab implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 oleh
kelompok kerja bukan merupakan beban berat lagi karena setiap saat kelompok kerja dengan mudah berkoordinasi dengan unit kerja yang telah
memiliki dokumen yang dibutuhkan dalam setiap standar dan setiap elemen penilaian didalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
Sebaliknya penanggungjawab unit kerja yang dari segi pengetahuan, pendalaman materi, dan pemahaman materi yang kurang atas standar
pelayanan untuk unit kerja maka akan menimbulkan sikap acuh tak acuh neutrality dan menolak rejection terhadap proses implementasi Standar
Universitas Sumatera Utara
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di rumah sakit seperti yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Deli. Dampaknya koordinasi antar kelompok
kerja, kelompok kerja dengan unit kerja tidak terwujud. Kebijakan pelayanan, pedoman, panduan dan standar prosedur operasional yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan oleh unit kerja dan bagaimana pula monitoring atasan ke bawahan dapat dilakukan bila struktur input saja tidak tersedia, alhasil proses
process dan hasil akhir outcome tidak akan didapatkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
I. Fase persiapan proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dalam rangka penilaian akreditasi di Rumah Sakit Umum Deli di tahun
mendatang masih kurang terlihat dari : a. Kelompok kerja yang terbentuk belum dapat memberikan konstribusi karena
keahlian, kemampuan dan kemauan yang kurang memadai. b. Keikutsertaan pelatihan eksternal tentang akreditasi belum menyeluruh
kepada kelompok kerja, lebih difokuskan kepada ketua kelompok kerja tim akreditasi karena belum adanya alokasi dana khusus untuk pelatihan eksternal.
c. Diseminasi informasi mengenai akreditasi belum menyeluruh kepada kelompok kerja karena personil dalam kelompok kerja silih berganti.
d. Penyiapan dan pemenuhan dokumen belum memenuhi ketentuan penilaian. II. Hasil monitoring implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di
Rumah Sakit Umum Deli dalam rangka persiapan penilaian akreditasi rumah sakit di tahun mendatang belum memenuhi standar terlihat dari : Rumah Sakit Umum
Deli belum memenuhi tingkat kelulusan dan kriteria kelulusan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 level pencapaian Dasar karena 4 empat bab dasar yang
Universitas Sumatera Utara