Pengendalian Kebijakan Dr. Juanita, S.E., M.Kes 3. dr. Fauzi, S.K.M

8 Model Nakamura dan Smallwood 1980 dengan environments influencing implementation yang terdiri atas tiga elemen dan masing-masing mempunyai actors and arenas, 9 model jaringan oleh Walter Kickert, Erik Hans Klijn dan Joop Koppenjan 1997 dengan proses implementasi kebijakan adalah sebuah complex of interaction processes di antara sejumlah besar aktor yang berada dalam suatu jaringan network aktor-aktor yang independen. Implementasi kebijakan perlu diketahui paradigma kebijakan mana yang digunakan, kebijakan sebelum di implementasikan, harus disosialisasikan, dicoba, diperbaiki, diterapkan, dan kelak dievaluasi dalam proses yang “berwaktu” dan adanya diskresi, atau ruang gerak bagi individu pelaksana di lapangan untuk memilih tindakan sendiri yang otonom dalam batas wewenangnya apabila menghadapi situasi khusus, misalnya apabila kebijakan tidak mengatur atau mengatur berbeda dengan kondisi lapangan Nugroho, 2012.

2.13. Pengendalian Kebijakan

Nugroho 2012 mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan publik harus dikendalikan. Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu : 1 monitoring kebijakan, atau pengawasan kebijakan, 2 evaluasi kebijakan dan 3 pengganjaran kebijakan. Monitoring kebijakan atau pengawasan kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan Universitas Sumatera Utara rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan sering kali dipahami sebagai “on-going evaluation” atau “ formative evaluation”. Menurut Nugroho 2012 yang mengutip pendapat Kunarjo, monitoring atau pemantauan adalah usaha secara terus menerus untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dari pelaksanaan tugas atau proyek yang sedang dilaksanakan. Ada tiga tehnik monitoring yaitu on desk, on site dan gabungan dari keduanya. Tujuan Monitoring hanya dua, yaitu memastikan pelaksanaan tidak menyimpang dari perencanaan, dan membangun early warning system sebagai bagian penting untuk memastikan jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan. Nugroho 2012 mengatakan evaluasi kebijakan merupakan penilaian pencapaian kinerja dari implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai dilaksanakan” dengan dua pengertian “selesai”, yaitu 1 pengertian waktu mencapai melewati “tenggat waktu” dan 2 pengertian kerja “pekerjaan tuntas”. Menurut Nugroho 2012 pengganjaran kebijakan termasuk didalamnya penghukuman. Pengganjaran dengan demikian bermakna pemberian insentif atau disinsentif yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil dari pengawasan dan penilaian yang telah dilakukan. Hal ini penting diangkat karena jika monitoring dan evaluasi tidak memberikan arti penting, tidak diberikan pengganjaran atasnya. Sebagian besar pemahaman evaluasi kebijakan publik berada pada domain evaluasi implementasi kebijakan publik. Hal ini bisa dipahami karena memang implementasi merupakan faktor penting kebijakan yang harus dilihat benar-benar. Tujuan evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi Universitas Sumatera Utara dalam indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu 1 bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya berkenaan dengan kinerja implementasi publik variasi dari outcome terhadap variabel independen tertentu. 2 faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi kebijakan dan lingkungan implementasi kebijakan yang mempengaruhi variasi outcome implementasi kebijakan, 3 bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan publik? Pertanyaan ini berkenaan dengan “tugas” pengevaluasi untuk memilih variabel-variabel yang dapat diubah, atau actionable variable – variabel yang bersifat natural atau variabel lain yang tidak bisa diubah tidak dapat dimasukkan sebagai variabel evaluasi.

2.14. Landasan Teori