dalam indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu 1 bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya
berkenaan dengan kinerja implementasi publik variasi dari outcome terhadap variabel independen tertentu. 2 faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi
itu? Jawabannya berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi kebijakan dan lingkungan implementasi kebijakan yang mempengaruhi
variasi outcome implementasi kebijakan, 3 bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan publik? Pertanyaan ini berkenaan dengan “tugas”
pengevaluasi untuk memilih variabel-variabel yang dapat diubah, atau actionable variable – variabel yang bersifat natural atau variabel lain yang tidak bisa diubah
tidak dapat dimasukkan sebagai variabel evaluasi.
2.14. Landasan Teori
Akreditasi Rumah Sakit secara umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan secara khusus bertujuan untuk memberikan jaminan
kepuasan dan perlindungan kepada masyarakat, memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang telah menerapkan standar yang ditetapkan dan menciptakan
lingkungan internal rumah sakit yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan pasien sesuai standar input struktur, proses dan hasil outcome. Departemen
Kesehatan, 2008. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia dimulai pada tahun 1995
dengan mempergunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi Lama yang berfokus
Universitas Sumatera Utara
pada struktur input berupa dokumentasi dan seiring dengan tuntutan masyarakat yang semakin selektif terhadap pelayanan kesehatan yang lebih berrmutu dan aman
maka Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi Lama mengalami perubahan menjadi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang lebih berfokus pada proses dan
hasil outcome menuju standar internasional yang mengacu pada sistem Joint Commision International, juga dilengkapi dengan muatan lokal berupa program
prioritas nasional yang berupa program Millenium Development Goals MDG’S meliputi PONEK, HIV, dan TB DOTS. Adapun perubahan paradigma Standar
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 : 1. Tujuan akreditasi adalah peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan bukan
semata-mata sertifikat kelulusan. 2. Standar akreditasi harus memenuhi kriteria-kriteria internasional dan bersifat
dinamis. 3. Peran Direktur sangat sentral.
4. Pelayanan berfokus pada pasien. 5. Keselamatan pasien menjadi standar utama.
6. Kesinambungan pelayanan dilakukan, baik saat merujuk keluar maupun serah terima pasien di dalam rumah sakit antar unit, antar shift, antar petugas.
7. Proses akreditasi tidak semata-mata meneliti secara cross sectional tapi juga longitudinal.
8. Proses akreditasi mencari bukti-bukti terhadap penerapan dan pengembangan standar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan metode telusur yang
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari telusur individual atau pasien, telusur sistem, telusur lingkungan dan telusur program spesifik.
9. Hasil survei merupakan upaya pencapaian rumah sakit terhadap skoring yang ditentukan berupa level-level pencapaian yaitu dasar, madya, utama dan paripurna
yang dinyatakan oleh Sutoto 2011, dan diperkuat dengan dasar hukum : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, 2 Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147MenkesPerI2010, 3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340MenkesPerIII2010, 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 659MenkesPerVIII2009, 5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 012 tahun 2012, 6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 428MenkesSKXII2012, 7 Keputusan Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Nomor HK. 02.04I279011 Nasution, 2013. Nugroho 2012 mengemukakan kebijakan publik adalah keputusan yang
dibuat negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik paling tidak mengandung tiga
komponen dasar, yaitu 1 tujuan yang hendak dicapai, 2 sasaran yang memenuhi spesific, measurable, aggressive but attanaible, result oriented dan time bound, 3
cara mencapai sasaran tersebut. Cara mencapai sasaran inilah yang sering disebut dengan implementasi, yang biasanya diterjemahkan ke dalam program-program, ke
proyek dan ke kegiatan. Aktivitas implementasi ini biasanya terkandung di
Universitas Sumatera Utara
dalamnya : siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? apa yang mereka kerjakan? apa dampak dari isi kebijakan?
Menurut Nugroho 2012, persentase keberhasilan kebijakan terdiri dari 20 rencana, 60 implementasi dan 20 sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan
implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena masalah- masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu,
ancaman utama, adalah inkonsistensi implementasi. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Nugroho 2012 yang mengutip pendapat George Edward III, menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif,
yaitu communication, resources, disposition or attitudes, dan bureaucratic structures. Keempat isu pokok tersebut tidak berdiri sendiri namun saling berkaitan dalam
mempengaruhi proses implementasi yang ditinjau dari perspektif pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan dan kelompok penerima manfaat beneficiaries.
Nugroho 2012 mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan publik harus dikendali.
Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu 1 monitoring kebijakan, atau pengawasan kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan
pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, 2 evaluasi kebijakan merupakan penilaian pencapaian kinerja dari
implementasi dan, 3 pengganjaran kebijakan bermakna pemberian insentif atau
Universitas Sumatera Utara
disinsentif yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil dari pengawasan dan penilaian yang telah dilakukan.
2.15. Kerangka Berpikir